Kakek ini pilih pungut sampah daripada mengemis
A
A
A
Sindonews.com - Lamba nama lelaki tua itu, usianya senja sudah 70 tahun. Sehari-hari dia bekerja sebagai tukang sampah di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN ) 1 Pangkejene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, gajinya Rp250 ribu satu bulan.
Setiap hari, tak kenal panas atau hujan Lamba mengayuh sepeda bututnya ke tempatnya bekerja yang berjarak 5 kilo meter. Lamba tinggal di Kelurahan Tekolabbua, Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep. Di rumahnya yang sederhana dia, tinggal bersama istrinya, Sohra (60).
Di rumah yang berdiri tepat di pinggir Sungai Pangajene, dia hanya berdua dengan istrinya, anak-anaknya sudah meninggal waktu mereka masih kecil-kecil karena serangan penyakit aneh. Lamba sendiri tidak tahu penyakit apa yang menyerang anaknya.
Sementara untuk berobat dia tak punya biaya. Di tempatnya bekerja, tak ada sampah yang luput dari matanya. Setiap sampah di sekolah ini adalah rezeki baginya. Satu per satu sampah dipungutinya dan dimasukkan ke tong sampah.
Pekerjaan ini dijalaninya sudah tiga masa jabatan kepala sekolah di SMU unggulan tersebut. Diakuinya, uang Rp250 ribu sebulan itu jauh dari kata cukup, namun itu tak mengurangi ketekunannya menjalani profesinya.
“Memang tidak cukup, tapi mau di apa lagi sudah tidak ada lagi yang mau member pekerjaan untuk orangtua seperti saya,” katanya dalam bahasa Bugis, maklum dia tidak mengerti bahasa Indonesia. Dia menuturkan akan terus bekerja sampai tenaganya sudah tidak mampu lagi untuk bekerja, dia pantang untuk mengemis.
Untungnya beberapa kerabatnya berbaik hati sehingga sering dia tidak perlu membeli beras. Tapi itu juga tidak rutin. “Untungnya ada keponakan yang datang bawakan beras, tapi itu juga tidak rutin. Mudah-mudahan bulan ini dia datang bawakan saya beras lagi,” ujarnya.
Dengan usia yang renta, kini Lamba dan sohra harus berjuang melawan kemiskinan yang tanpa ada bantuan dari pemerintah.
Setiap hari, tak kenal panas atau hujan Lamba mengayuh sepeda bututnya ke tempatnya bekerja yang berjarak 5 kilo meter. Lamba tinggal di Kelurahan Tekolabbua, Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep. Di rumahnya yang sederhana dia, tinggal bersama istrinya, Sohra (60).
Di rumah yang berdiri tepat di pinggir Sungai Pangajene, dia hanya berdua dengan istrinya, anak-anaknya sudah meninggal waktu mereka masih kecil-kecil karena serangan penyakit aneh. Lamba sendiri tidak tahu penyakit apa yang menyerang anaknya.
Sementara untuk berobat dia tak punya biaya. Di tempatnya bekerja, tak ada sampah yang luput dari matanya. Setiap sampah di sekolah ini adalah rezeki baginya. Satu per satu sampah dipungutinya dan dimasukkan ke tong sampah.
Pekerjaan ini dijalaninya sudah tiga masa jabatan kepala sekolah di SMU unggulan tersebut. Diakuinya, uang Rp250 ribu sebulan itu jauh dari kata cukup, namun itu tak mengurangi ketekunannya menjalani profesinya.
“Memang tidak cukup, tapi mau di apa lagi sudah tidak ada lagi yang mau member pekerjaan untuk orangtua seperti saya,” katanya dalam bahasa Bugis, maklum dia tidak mengerti bahasa Indonesia. Dia menuturkan akan terus bekerja sampai tenaganya sudah tidak mampu lagi untuk bekerja, dia pantang untuk mengemis.
Untungnya beberapa kerabatnya berbaik hati sehingga sering dia tidak perlu membeli beras. Tapi itu juga tidak rutin. “Untungnya ada keponakan yang datang bawakan beras, tapi itu juga tidak rutin. Mudah-mudahan bulan ini dia datang bawakan saya beras lagi,” ujarnya.
Dengan usia yang renta, kini Lamba dan sohra harus berjuang melawan kemiskinan yang tanpa ada bantuan dari pemerintah.
()