Sekolah ini beralaskan tikar, beratap anyaman bambu
A
A
A
Sindonews.com – Membicarakan persoalan pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu memang tidak ada habisnya. Sebab, selalu diselimuti berbagai macam permasalahan.
Mulai dari sistim anggaran, tenaga pengajar, pungutan liar sampai dugaan korupsi anggaran pendidikan masih menjadi hot isu di tengah masyarakat. Potret proses belajar yang sangat memprihatinkan misalnya saja di SMP Negeri 2 (satu atap) Dusun Tanjung Harapan Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhanbatu.
Padahal jaraknya dari Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu tidak jauh,hanya sekitar 30 menit perjalanan dengan kendaraan roda dua melewati aspal yang mulus hingga kelokasi Sebanyak 44 siswa –siswi kelas satu di sekolah itu terpaksa belajar di lantai, hanya beralaskan tikar karena ketiadaan mebeler.
Ironisnya, ruangan perpustakaan yang disulap menjadi ruangan belajar juga tanpa memiliki papan tulis.Sedangkan disisi kiri dan kanan ruangan itu banyak ditemukan barang bekas sepeti kayu dan papan. Wakil Kepala SMP Negeri 2 Kecamatan Pangkatan Roma Uli Ambarita mengatakan, siswanya terpaksa belajar tanpa meja, kursi dan papan tulis.
Karena sebanyak empat ruangan yang diperuntukkan menampung 157 -an siswa mulai dari kelas satu hingga tiga tidak lagi dapat menampung seluruh pelajar. "Sebelumnya memang ada yang masuk siang. Tapi kalau masuk siang kami buat ada orangtua murid yang keberatan, karena memang aturannya sekolah SMPN2 ini masuk pagi gini," kata RomaUli, kemarin.
Dia menambahkan, dinas pendidikan belum mengetahui kondisi itu. Ummu A’iman,guru sekolah itu mengatakan, tikar yang menjadi alas duduk itu hasil inisatif para guru. Sejumlah guru terpaksa membawa tikar darirumah agarsiswa-siswi memiliki alas duduk.
Hanya berjarak sekitar 50 meter dari SMPN 2 Kecamatan Pangkatan, juga ada siswa kelas tiga SDN 118376 Dusun Tanjung Harapan Kecamatan Pangkatan yang belajar dalam kondisi memprihatinkan.
Selama tiga tahun belakangan ini para siswa terpaksa belajar di ruangan guru dan rumah sekolah yang dijadikan sebagai ruangan kelas bagi murid. Plafon ruangan itu tampak seadanya, terbuat dari anyaman bambu.
Sehingga kalau kondisi cuaca panas, tentunya akan terasa dari pantulan atap ruangan tersebut.Karena tidak semuanya ruangan itu memiliki plafon. Sekretaris Dinas Pendidikan Labuhanbatu Hobol Rangkuti, tidak bersedia memberikan tanggapannya. (san)
Mulai dari sistim anggaran, tenaga pengajar, pungutan liar sampai dugaan korupsi anggaran pendidikan masih menjadi hot isu di tengah masyarakat. Potret proses belajar yang sangat memprihatinkan misalnya saja di SMP Negeri 2 (satu atap) Dusun Tanjung Harapan Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhanbatu.
Padahal jaraknya dari Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu tidak jauh,hanya sekitar 30 menit perjalanan dengan kendaraan roda dua melewati aspal yang mulus hingga kelokasi Sebanyak 44 siswa –siswi kelas satu di sekolah itu terpaksa belajar di lantai, hanya beralaskan tikar karena ketiadaan mebeler.
Ironisnya, ruangan perpustakaan yang disulap menjadi ruangan belajar juga tanpa memiliki papan tulis.Sedangkan disisi kiri dan kanan ruangan itu banyak ditemukan barang bekas sepeti kayu dan papan. Wakil Kepala SMP Negeri 2 Kecamatan Pangkatan Roma Uli Ambarita mengatakan, siswanya terpaksa belajar tanpa meja, kursi dan papan tulis.
Karena sebanyak empat ruangan yang diperuntukkan menampung 157 -an siswa mulai dari kelas satu hingga tiga tidak lagi dapat menampung seluruh pelajar. "Sebelumnya memang ada yang masuk siang. Tapi kalau masuk siang kami buat ada orangtua murid yang keberatan, karena memang aturannya sekolah SMPN2 ini masuk pagi gini," kata RomaUli, kemarin.
Dia menambahkan, dinas pendidikan belum mengetahui kondisi itu. Ummu A’iman,guru sekolah itu mengatakan, tikar yang menjadi alas duduk itu hasil inisatif para guru. Sejumlah guru terpaksa membawa tikar darirumah agarsiswa-siswi memiliki alas duduk.
Hanya berjarak sekitar 50 meter dari SMPN 2 Kecamatan Pangkatan, juga ada siswa kelas tiga SDN 118376 Dusun Tanjung Harapan Kecamatan Pangkatan yang belajar dalam kondisi memprihatinkan.
Selama tiga tahun belakangan ini para siswa terpaksa belajar di ruangan guru dan rumah sekolah yang dijadikan sebagai ruangan kelas bagi murid. Plafon ruangan itu tampak seadanya, terbuat dari anyaman bambu.
Sehingga kalau kondisi cuaca panas, tentunya akan terasa dari pantulan atap ruangan tersebut.Karena tidak semuanya ruangan itu memiliki plafon. Sekretaris Dinas Pendidikan Labuhanbatu Hobol Rangkuti, tidak bersedia memberikan tanggapannya. (san)
()