Tiga balita di Garut menderita gizi buruk

Rabu, 01 Februari 2012 - 08:43 WIB
Tiga balita di Garut...
Tiga balita di Garut menderita gizi buruk
A A A
Sindonews.com - Tiga balita di Kabupaten Garut menderita gizi buruk. Satu di antaranya bernama Rehan, 13 bulan, terpaksa menjalani perawatan intensif di RSU dr Slamet Garut karena mengalami kelainan pada organ jantungnya.

Kini putra keempat pasangan Cece, 42, dan Sopiah, 36, hanya memiliki bobot sekitar 5,5 kg. Penyakit gizi buruk sebenarnya telah diderita balita tersebut sejak memasuki umur empat bulan.

"Waktu lahir. bobot tubuhnya normal yaitu sekitar 3,4 gram. Namun, pada saat Rehan berusia empat bulan, bobot tubuhnya berkurang drastis. Tubuhnya mengecil dan lemas saat bergerak," kata Sopiah, orang tua Rehan, kepada Sindo, kemarin.

Kendati sering mendapat asupan ASI dan imunisasi dari puskesmas setempat, namun pertumbuhan balita yang tercatat sebagai warga RT 03/02, Kampung Jatimulya, Desa Jatisari, Kecamatan Cisompet tidak berlangsung baik. Kondisi perekonomian keluarga dinilai menjadi salah satu penyebab Rehan menderita gizi buruk.

Sopiah menuturkan, pendapatan suaminya, Cece, sebagai buruh serabutan yang hanya Rp20.000 per hari dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. "Sejak memasuki usia empat bulan itu, Rehan sering sakit-sakitan. Saya baru berani membawa Rehan ke rumah sakit setelah kondisinya sangat parah," tuturnya.

Kepala Bidang Pembinaan Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan (Dinkes) Garut Iwan Suhendar mengungkapkan, pada tahun ini tercatat tiga balita asal Kabupaten Garut menderita gizi buruk. Namun, karena memerlukan perawatan lebih, dua balita lainnya mesti dirujuk ke RSHS Bandung.

"Rehan hingga kini masih dirawat intensif di RSU dr Slamet Garut. Sedangkan dua lainnya sudah dibawa ke Bandung. Saya tidak ingat nama salah satunya, namun yang satunya lagi bernama Hilda, 3 bulan, asal Kampung Babakan Manggung RT 02/06, Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul," katanya.

Berdasarkan data 2011, tercatat 1.982 kasus balita asal Garut mengalami gizi buruk. Menurut dia, sebagian besar kasus gizi buruk ini disebabkan kondisi perekonomian keluarga. (san)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7899 seconds (0.1#10.140)