Korban bencana alam merasa terlupakan
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Kabupaten Majene saat ini gencar memberikan bantuan. Namun korban bencana alam pada 2010 justru merasa dilupakan karena bantuan keuangan belum juga dikucurkan sesuai klasifikasi kerugian yang mereka terima.
Padal bantuan keuangan itu diatur dalam Perbup. Bantuan yang gencar disalurkan berupa beras kepada korban dampak anomali. Setiap kepala keluarga (KK) diberi bantuan 10 kilogram (kg).
Jumlah KK yang mendapat bantuan sebanyak 4.000 tersebar di delapan kecamatan di Kabupaten Majene. Sebanyak 600 KK di Banggae Timur, 700 KK di Banggae, 600 KK di Pamboang, 600 KK di Sendana, 365 KK di Tubo Sendana, 385 KK di Tammerodo, 325 KK di Ulumanda, dan 425 KK di Kecamatan Malunda.
Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolik oleh Bupati Majene H Kalma Katta dan Wakil Bupati H Fahmi Massiara sejak 12 Januari lalu. Saat pembagian masih terus berlangsung oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disosnakertrans) kepada seluruh KK yang sudah terdaftar.
Sementara korban bencana alam seperti puting beliung dan kebakaran yang terjadi pada 2010 masih harus sabar menanti. Pasalnya, Pemkab Majene melalui Disosnakertrans belum juga menyalurkan bantuan berupa uang tersebut.
Kepala Bidang Sosial Disosnakertrans Majene Abdullah, berkilah dengan menyatakan keheranannya. "Saya juga heran kenapa sampai saat ini bantuan itu belum cair," kilah Abdullah, Kamis (19/1/2012).
Dia mengungkapkan, Bupati Majene H Kalma Kata telah mengeluarkan disposisi ditujukan kepada Dinas Keuangan untuk pencaiaran dana bantuan. Abdullah mengkau heran dana tersebut belum dicairkan.
Seorang keluarga korban puting beliung di Kelurahan Baurung mengaku pasrah menunggu bantuan.
"Saya pasrah saja karena kejadiannya pada 2010 tapi hingga kini belum ada bantuan perbaikan. Padahal dulu kami didatangi dan diminta tidak memperbaiki rumah sebelum didata. Kalau itu yang diikuti berarti sejak 2010 itu rumah kami tidak bisa ditempati," kata Mama Arifin.
Dia mengaku, terpaksa harus berutang kepada tukang kayu yang memperbaiki rumahnya.
Pemerhati sosial Ahmad mengatakan, seharusnya pemerintah memprioritaskan korban bencana alam 2010 diberikan bantuan perbaikan rumah ketimbang korban yang belakangan terjadi.
"Kalau terus ditunda maka akan semakin bertambah korban yang harus dibantu, karena setiap tahun hampir dapat dipastikan akan ada korban bencana alam di Majene, terutama puting beliung. Saya jadi ragu, adakah keinginan pemkab menyalurkan bantuan perbaikan kecuali bantuan beras karena selalu ada stok di Disosnakertrans," tandas Ahmad.
Padal bantuan keuangan itu diatur dalam Perbup. Bantuan yang gencar disalurkan berupa beras kepada korban dampak anomali. Setiap kepala keluarga (KK) diberi bantuan 10 kilogram (kg).
Jumlah KK yang mendapat bantuan sebanyak 4.000 tersebar di delapan kecamatan di Kabupaten Majene. Sebanyak 600 KK di Banggae Timur, 700 KK di Banggae, 600 KK di Pamboang, 600 KK di Sendana, 365 KK di Tubo Sendana, 385 KK di Tammerodo, 325 KK di Ulumanda, dan 425 KK di Kecamatan Malunda.
Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolik oleh Bupati Majene H Kalma Katta dan Wakil Bupati H Fahmi Massiara sejak 12 Januari lalu. Saat pembagian masih terus berlangsung oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disosnakertrans) kepada seluruh KK yang sudah terdaftar.
Sementara korban bencana alam seperti puting beliung dan kebakaran yang terjadi pada 2010 masih harus sabar menanti. Pasalnya, Pemkab Majene melalui Disosnakertrans belum juga menyalurkan bantuan berupa uang tersebut.
Kepala Bidang Sosial Disosnakertrans Majene Abdullah, berkilah dengan menyatakan keheranannya. "Saya juga heran kenapa sampai saat ini bantuan itu belum cair," kilah Abdullah, Kamis (19/1/2012).
Dia mengungkapkan, Bupati Majene H Kalma Kata telah mengeluarkan disposisi ditujukan kepada Dinas Keuangan untuk pencaiaran dana bantuan. Abdullah mengkau heran dana tersebut belum dicairkan.
Seorang keluarga korban puting beliung di Kelurahan Baurung mengaku pasrah menunggu bantuan.
"Saya pasrah saja karena kejadiannya pada 2010 tapi hingga kini belum ada bantuan perbaikan. Padahal dulu kami didatangi dan diminta tidak memperbaiki rumah sebelum didata. Kalau itu yang diikuti berarti sejak 2010 itu rumah kami tidak bisa ditempati," kata Mama Arifin.
Dia mengaku, terpaksa harus berutang kepada tukang kayu yang memperbaiki rumahnya.
Pemerhati sosial Ahmad mengatakan, seharusnya pemerintah memprioritaskan korban bencana alam 2010 diberikan bantuan perbaikan rumah ketimbang korban yang belakangan terjadi.
"Kalau terus ditunda maka akan semakin bertambah korban yang harus dibantu, karena setiap tahun hampir dapat dipastikan akan ada korban bencana alam di Majene, terutama puting beliung. Saya jadi ragu, adakah keinginan pemkab menyalurkan bantuan perbaikan kecuali bantuan beras karena selalu ada stok di Disosnakertrans," tandas Ahmad.
()