Penyaluran beras harus dipermudah

Senin, 09 Januari 2012 - 08:22 WIB
Penyaluran beras harus...
Penyaluran beras harus dipermudah
A A A
Sindonews.com - Pemprov Jawa Barat harus membuktikan kepada masyarakat bahwa stok beras untuk operasi pasar (OP) tersedia. Dengan begitu, tidak ada lagi spekulan yang mengambil keuntungan sepihak.

Langkah yang bisa diambil Perum Bulog dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indag) Jabar yakni mempermudah suplai beras kepada pedagang grosir dan eceran.

“Kalau pasokan beras Bulog banyak, saya optimistis kenaikan harga beras bisa lebih ditekan,” kata Asep Cempaka, pedagang beras grosir di Pasar Kosambi,Kota Bandung. Menurut dia, beras Bulog yang dijual ke masyarakat sebesar Rp6.600 per kg cukup diminati masyarakat.

Namun,untuk mendapatkan beras tersebut, dia mengaku kesulitan.Kebutuhan 1,5 ton per dua hari susah didapat.Tokonya terpaksa menahan penjualan beras Bulog akibat minimnya pasokan, padahal bila beras Bulog mencukupi, dia bisa menjual beras oplosan (beras Bulog dan lokal) seharga Rp7.400 per kg. Menurut distributor beras di Jabar, Ermaya, saat inilah waktunya pemerintah mengeluarkan stok beras yang dimiliki.

Dengan harapan, harga beras medium Rp8.000 per kg bisa tertahan. Saat ini stok gabah mulai menipis. Dalam dua minggu ke depan harganya diprediksi terus melonjak hingga Rp5.500 per kg. Bila hal itu terjadi, harga beras dipastikan akan melambung dalam kurun waktu dua bulan ke depan.

Dia memperkirakan bisa mencapai Rp10.000 per kg untuk beras medium. Seharusnya Bulog dan Indag berkaca kepada Pemprov DKI Jakarta yang berani menggelontorkan beras OP sampai dengan 13.000 ton per minggu.

Dengan mekanisme penyaluran sekitar 7.000 ton pada Senin dan 6.000 ton setiap Kamis. Tidak sekadar itu, harga jual beras Bulog di Jakarta yang cenderung lebih murah dari Jabar mampu menekan efek pasar tidak menaikkan harga beras.

“Seharusnya kalau Bulog stoknya banyak, harganya jangan Rp6.600 per kg. Paling tidak Rp6.200 per kg, karena di Jakarta saja harga jual beras Bulog Rp6.050 per kg,”kata Ermaya.

Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar Anggoro Dwitjahyono mengatakan, kenaikan harga pokok pembelian (HPP) beras bisa memicu kenaikan harga beras di pasaran. “Kalau HPP naik, harga beras umum pasti naik juga,” ucapnya.

Menurut dia, kenaikan harga beras sebesar 10% dapat memicu inflasi sebesar 0,4%. Nilai tersebut cukup besar dan dapat merangsang kenaikan harga bahan pokok lainnya.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0915 seconds (0.1#10.140)