Kebanggaan keluarga itu telah pergi
A
A
A
Sindonews.com-Suasana duka masih menyelimuti keluarga Kapten Pnb Ali Mustofa SIP (31) korban tewas kecelakaan pesawat T-34 Charlie di Dusun Jetis, Kedungsari, Bandongan, Magelang, Jawa Tengah.
Meski ikhlas, Rina Priharani sang istri tak mampu menyimpan kesedihannya. Mata wanita 29 tahun itu terlihat sembab dan terus berkaca-kaca. Begitu pula ketiga anaknya, Nabila Ali Mustofa (6) dan Noval Ali Mustofa (4), mereka terlihat turut berduka, hanya si bungsu Aurel Ali Mustofa (2) terlihat masih bisa bercanda, mungkin dia tak mengerti sang ayah pergi untuk selama-lamanya.
Begitu pula sejumlah kerabat Ali yang datang dari Tuban, Jawa Timur. Meski tampak tegar, rasa tak percaya akan kehilangan orang yang dibanggakan itu terlihat dari raut wajah mereka. Siapa sangka, orang yang dianggap panutan, pintar dan andalan keluarga itu pergi begitu cepat.
Di mata rekan-rekannya, Ali dikenal tak neko-neko. Seperti diakui Rifai Mochamad, dia mengenal Ali sebagai teman yang baik juga santun. "Dia teman leting 2000 (seangkatan), dia itu baik dan santun. Begitu pula diakui Adrian Adli yang juga rekan seangkatan, Ali orang yang sederhana dan sangat baik. "Sewaktu jadi taruna dulu, dia itu baik banget," kata Adli.
Sementara di mata para senior, Ali memang dikenal disiplin dalam tugas, baik juga sederhana. Mayor Pnb Safeano yang ikut mengantar jenazah Ali ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Magelang mengaku terakhir bertemu Ali Jumat 6 Januari 2001, beberapa jam sebelum mengalami kecelakaan. "Saya ketemu sama dia (Ali) Jumat pagi pas briefing, tidak ada yang berbeda, semua biasa-biasa saja," kata Safeano yang pilot pesawat angkut itu.
Safeano sendiri tak menduga, akan terjadi kecelakaan itu, sebab sebelum terbang pesawat dalam kondisi prima. Safeano berharap keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. "Begitu pula kepada putra putri yang ditinggalkan akan menjadi anak yang baik dan sholeh," harap Safeano. Menurutnya, semua pekerjaan ada resikonya termasuk pilot.
Sebelum akhirnya dimakamkan di TMP Giridharmoloyo, Magelang, jenazah Ali sempat disemayamkan di Skadron Pendidikan (Skadik) 102 Lanud Adi Sutjipto dan dilepas secara resmi oleh Komandan Lanud (DanLanud) Adi Sutjipto Marsekal Pertama (Marsma) TNI Abdul Muis.
Dalam sambutannya Danlanud itu merasa kehilangan salah satu putra terbaik yang saat ini sebagai instruktur penerbang di Sekbang Lanud Adi Sutjipto itu. (lin)
Meski ikhlas, Rina Priharani sang istri tak mampu menyimpan kesedihannya. Mata wanita 29 tahun itu terlihat sembab dan terus berkaca-kaca. Begitu pula ketiga anaknya, Nabila Ali Mustofa (6) dan Noval Ali Mustofa (4), mereka terlihat turut berduka, hanya si bungsu Aurel Ali Mustofa (2) terlihat masih bisa bercanda, mungkin dia tak mengerti sang ayah pergi untuk selama-lamanya.
Begitu pula sejumlah kerabat Ali yang datang dari Tuban, Jawa Timur. Meski tampak tegar, rasa tak percaya akan kehilangan orang yang dibanggakan itu terlihat dari raut wajah mereka. Siapa sangka, orang yang dianggap panutan, pintar dan andalan keluarga itu pergi begitu cepat.
Di mata rekan-rekannya, Ali dikenal tak neko-neko. Seperti diakui Rifai Mochamad, dia mengenal Ali sebagai teman yang baik juga santun. "Dia teman leting 2000 (seangkatan), dia itu baik dan santun. Begitu pula diakui Adrian Adli yang juga rekan seangkatan, Ali orang yang sederhana dan sangat baik. "Sewaktu jadi taruna dulu, dia itu baik banget," kata Adli.
Sementara di mata para senior, Ali memang dikenal disiplin dalam tugas, baik juga sederhana. Mayor Pnb Safeano yang ikut mengantar jenazah Ali ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Magelang mengaku terakhir bertemu Ali Jumat 6 Januari 2001, beberapa jam sebelum mengalami kecelakaan. "Saya ketemu sama dia (Ali) Jumat pagi pas briefing, tidak ada yang berbeda, semua biasa-biasa saja," kata Safeano yang pilot pesawat angkut itu.
Safeano sendiri tak menduga, akan terjadi kecelakaan itu, sebab sebelum terbang pesawat dalam kondisi prima. Safeano berharap keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. "Begitu pula kepada putra putri yang ditinggalkan akan menjadi anak yang baik dan sholeh," harap Safeano. Menurutnya, semua pekerjaan ada resikonya termasuk pilot.
Sebelum akhirnya dimakamkan di TMP Giridharmoloyo, Magelang, jenazah Ali sempat disemayamkan di Skadron Pendidikan (Skadik) 102 Lanud Adi Sutjipto dan dilepas secara resmi oleh Komandan Lanud (DanLanud) Adi Sutjipto Marsekal Pertama (Marsma) TNI Abdul Muis.
Dalam sambutannya Danlanud itu merasa kehilangan salah satu putra terbaik yang saat ini sebagai instruktur penerbang di Sekbang Lanud Adi Sutjipto itu. (lin)
()