Perbatasan Mambramo Tengah Papua Ditutup, Pemkab Siapkan 60 Ton Beras

Rabu, 01 April 2020 - 10:07 WIB
Perbatasan Mambramo Tengah Papua Ditutup, Pemkab Siapkan 60 Ton Beras
Perbatasan Mambramo Tengah Papua Ditutup, Pemkab Siapkan 60 Ton Beras
A A A
KELILA - Pemerintah Kabupaten Mamberamo Tengah menyiapkan 60 ton beras sebagai konsekuensi telah menutup akses jalan keluar dan masuk ke wilayah itu. (Baca: Dihadang Tim Satgas Covid-19, Ribuan Warga Wajo Tetap Nekat Mudik)

Sebelumnya Bupati Mamberamo Tengah Ricky Ham Pagawak resmi menutup dua jalan utama yang menghubungkan dengan Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya dan jalur yang menghubungkan Wamena dengan ke Kobakma, ibu kota Kabupaten Mamberamo Tengah
Selasa (31/3/2020) kemarin. Dua jalan utama yang ditutup itu masing-masing di Kampung Tikapura Distrik Kelila dan Kampung Wunan Distrik Ilugwa. Penutupan itu dilakukan hingga 31 April 2020 mendatang.

Penutupan dua jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Mamberamo Tengah itu ditandai dengan diturunkannya palang yang disaksikan masyarakat, Muspida, anggota DPR Mamberamo Tengah di Kampung Tikapura, Distrik Kelila.

Langkah penutupan akses jalan masuk maupun keluar Kabupaten Mamberamo Tengah itu, dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 (virus corona).

Bupati Ricky Ham Pagawak mengatakan, upaya ini dilakukan sesuai arahan gubernur untuk menyelamatkan nyawa masyarakat Papua dari virus corona.

“Satu nyawa masyarakat Papua sangat berarti, maka saya sebagai bupati mengambil langkah penutupan akses jalan masuk maupun keluar Mamberamo Tengah di dua distrik ini sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona. Kalau jalan masuk ditutup, itu berarti masyarakat disolasi (karantina),disitu juga dibangun pos penjagaan untuk melakukan pengawasan,” ujarnya.

“Salah satu solusi mencegah penyebaran virus corona adalah dengan menutup akses masuk dan keluar dan karantina masyarakat,karena hingga kini belum ada anti virus untuk menyembuhkan virus corona,” tambahnya.

Penutupan akses jalan utama di Distrik Kelila, juga berdampak terhadap 4 distrik lainnya milik Kabupaten Tolikara. Keempat ditrik itu yakni, Bokondini, Kaboneri, Bewani dan Kanero.

“Soal ini kami sudah sampaikan ke Wakil Bupati Tolikara.Dan wakil bupati sampaikan terima kasih karena Distrik Kelila merupakan wilayah terdepan sebelum masuk ke 4 distrik di Tolikara,” timpalnya.

Bupati dua periode ini mengakui, penutupan akses jalan mengakibatkan masyarakat hanya beraktivitas di rumah saja, tidak bisa keluar ke Wamena maupun sebaliknya untuk kepentingan apapun.

“Yang bisa masuk adalah mereka yang membawa bahan bangunan untuk kepentingan pembangunan infrastruktur dan pedagang yang membawa sembako. Itu pun akan diperiksa dengan ketat baik suhu badannya, maupun penyemprotan disinfektan agar aman oleh dinas kesehatan, TNI-Polri,” ungkapnya.

Menurutnya, jika kebijakan isolasi sudah dilakukan, maka pemerintah daerah wajib menyediakan bahan makanan selama satu bulan untuk masyarakat Mamberamo Tengah.

Bupati menuturkan, pemerintah daerah bertanggungjawab untuk menyediakan bahan makanan (bama) selama masa karantina. Bama yang disiapkan itu antara lain beras, mi instan, dan minyak goreng.

“Untuk tahap pertama, kami menyiapkan 60 ton beras, 2.000 karton mi instan dan 200 karton minyak goreng dengan isi 24 botol per kartonnya. Bahan makanan ini sudah mulai kami distribusikan ke Distrik Kobakma dan Ilugwa,besok ke Distrik Megambilis. Sedang Ilugwa dan Kelila tengah menunggu stok beras di Wamena, kalau sudah tinggal disalurkan,” katanya.

Pada kesempatan itu, bupati mengimbau kepada masyarakat Mamberamo Tengah untuk mendukung langkah isolasi yang diambil pemerintah.

“Karena virus ini kembali kepada diri kita, kalau kita menutup diri, tutup pintu rumah,maka virus ini tidak akan datang,sebaliknya jika kita buka diri, dengan terbukannya akses jalan ini,sehingga kita bisa ke kabupaten lain, maka sama saja pergi membawa pulang virus kesini,” imbuhnya.

Bupati juga berharap, masyarakat menghidari berjabat tangan, berpelukan, kumpul-kumpul, walau pun disatu sisi berjabat tangan merupakan budaya. Namun, sebaiknya untuk saat ini kebiasaan tersebut dihentikan. Masih ada salah dengan cara lain, tanpa mengurangi nilainya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6244 seconds (0.1#10.140)