Proyek Nasional di Jawa Timur Tersandung Situs Kuno
A
A
A
KEDIRI - Proyek strategis nasional di Jawa Timur berpotensi melewati situs-situs kuno yang merupakan cagar budaya. Banyak pihak berharap proyek-proyek itu hendaknya ramah terhadap peninggalan sejarah.
Jika tak ada aral melintang, groundbreaking atau peresmian dimulainya pembangunan Bandara Kediri akan dilakukan pada 16 April 2020. Rencana itu mundur dari semula yang sudah ditetapkan pada Maret 2020. Masalahnya klasik: pembebasan lahan.Bandara tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 372 hektare yang memotong tiga kecamatan dan empat desa di Kediri dengan landasan pacu sepanjang 3.300 meter. “Pesawat internasional dan bandara umrah bisa,” ujar Mayor (Inf.) Bagja Sirait, Staf Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman dan Investasi, belum lama ini.
Bandara Kediri merupakan proyek strategis nasional. Bandara ini dibangun dan akan dikelola oleh PT Surya Dhoho Investama, anak perusahaan PT Gudang Garam. Menurut estimasi, pembangunan bandara bakal menghabiskan biaya sekitar Rp5–Rp10 triliun.
Selain ada sebagian warga yang belum rela melepas tanahnya, di lokasi calon bandara tersebut banyak ditemukan situs yang diduga cagar budaya. Itu sebabnya pemerintah perlu memikirkan konsep pembangunan bandara yang ramah peninggalan bersejarah.
Situs yang ditemukan dan diduga cagar budaya itu beragam, mulai dari benda, struktur, maupun bangunan. Benda-benda itu tersebar di semua desa di tiga kecamatan yang terdampak bandara.Sebut saja di Desa Grogol. Di daerah yang menjadi salah satu poros bandara itu, ada beberapa situs yang masuk cagar budaya. Satu di antaranya masih bisa dilihat struktur utamanya, yakni struktur batu bata kuno. Lokasinya di perbatasan Dusun Tanjung dan Dusun Grogol Timur, Desa Grogol, Kediri.
Novi Bahrul Munib, Ketua Pelestari Sejarah dan Budaya Kadhiri (Pasak), menyebut struktur tersebut masih bagus. Penampakannya masih terlihat jelas dengan bahan utama batu-bata merah berukuran besar. “Ternyata, ada dua titik struktur. Cukup besar jika dilihat sudut-sudutnya,” katanya.
Lelaki itu memang belum memastikan situs tersebut bekas bangunan apa. Sebab, memang perlu penelitian lebih dalam. Itu menjadi kewenangan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. “Menurut dugaan awal, itu adalah salah satu instalasi pengairan zaman dahulu,” katanya.
Di lokasi ini juga ada punden berisi dua makam kuno yang diyakini adalah sesepuh kawasan tersebut. Jarak struktur dengan punden hanya sekitar 100 meter. Di situ juga ada fondasi kuno peninggalan era Kolonial Belanda. Bangunan itu diduga sebagai instalasi pengairan yang saat ini masih berfungsi sebagai waduk.
Situs di Jawa Timur tidak hanya ditemukan di proyek bandara Kediri. Proyek Tol Pandaan-Malang juga begitu. Kini, PT Jasa Marga selaku pengelola tol berupaya melindungi Situs Sekaran dengan membangun talut atau dinding penahan tanah.
Selain talut, Jasa Marga juga akan membuat kuncup sebagai pelindung dari situs yang berada di km 37+100 Tol Pandaan-Malang atau tepatnya di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, tersebut.
BPCB mengungkap bahwa Situs Sekaran merupakan kompleks pemukiman di masa pra-Majapahit. Situs tersebut berupa susunan bata kuno yang meluas di sisi barat ruas Tol Pandaan-Malang.
Kaya Cagar Budaya
Soal cagar budaya, Jawa Timur memang amat kaya. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur 2018, jumlah potensi tinggalan cagar budaya di daerah ini mencapai 11.333 buah yang tersebar di 38 kabupaten dan kota.
Jumlah tersebut tentu saja belum termasuk temuan-temuan terbaru belakangan ini. Selain Kediri dan Malang, di Mojokerto juga ada penemuan struktur batu bata kuno yang diduga pemukiman zaman Kerajaan Majapahit. Lokasi penemuan berada di kawasan cagar budaya nasional.
Wicaksono Dwi Nugroho, arkeolog dari BPCB Jawa Timur, menjelaskan struktur baru bata kuno itu diperkirakan dari luas area lahan 30×40 meter. Ini merupakan bagian dari pemukiman masa Majapahit, tepatnya pada abad 15 M. Di sini, ditemukan porselen zaman Dinasti Ming.
Struktur batu bata sampai delapan lapis itu diprediksi saling berhubungan. Struktur yang sudah terlihat memiliki panjang 31 cm, lebar 21 cm, dan tebal 7 cm. Semua struktur disusun dengan teknik tanah liat, bukan bata gosok. Menurut analogi dari temuan lain, bata gosok ditemukan di bangunan monumental. Namun, bangunan yang disusun bata tanah liat adalah pemukiman.
Pada pertengahan Januari lalu, juga ditemukan batu kenong di Arjasa, Jember. Batu tersebut termasuk peninggalan sejarah cagar budaya. Menurut BPCB Trowulan, batu itu memiliki berbagai fungsi. Salah satunya adalah untuk menghindari gempa bumi. BPCB memastikan benda tersebut memang termasuk cagar budaya, peninggalan sejarah yang tersebar di Kecamatan Arjasa dan Jember bagian utara.
Kini, semakin banyak proyek infrastruktur yang tengah digarap di Jawa Timur. Situs-situs kuno akan lebih banyak ditemukan. Maklum, Jawa Timur adalah pusat kerajaan penting, termasuk Kerajaan Majapahit. Itu sebabnya wajar jika banyak kalangan berharap proyek-proyek tersebut bisa ramah terhadap peninggalan kuno yang bersejarah itu. (Miftah H. Yusufpati)
Jika tak ada aral melintang, groundbreaking atau peresmian dimulainya pembangunan Bandara Kediri akan dilakukan pada 16 April 2020. Rencana itu mundur dari semula yang sudah ditetapkan pada Maret 2020. Masalahnya klasik: pembebasan lahan.Bandara tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 372 hektare yang memotong tiga kecamatan dan empat desa di Kediri dengan landasan pacu sepanjang 3.300 meter. “Pesawat internasional dan bandara umrah bisa,” ujar Mayor (Inf.) Bagja Sirait, Staf Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman dan Investasi, belum lama ini.
Bandara Kediri merupakan proyek strategis nasional. Bandara ini dibangun dan akan dikelola oleh PT Surya Dhoho Investama, anak perusahaan PT Gudang Garam. Menurut estimasi, pembangunan bandara bakal menghabiskan biaya sekitar Rp5–Rp10 triliun.
Selain ada sebagian warga yang belum rela melepas tanahnya, di lokasi calon bandara tersebut banyak ditemukan situs yang diduga cagar budaya. Itu sebabnya pemerintah perlu memikirkan konsep pembangunan bandara yang ramah peninggalan bersejarah.
Situs yang ditemukan dan diduga cagar budaya itu beragam, mulai dari benda, struktur, maupun bangunan. Benda-benda itu tersebar di semua desa di tiga kecamatan yang terdampak bandara.Sebut saja di Desa Grogol. Di daerah yang menjadi salah satu poros bandara itu, ada beberapa situs yang masuk cagar budaya. Satu di antaranya masih bisa dilihat struktur utamanya, yakni struktur batu bata kuno. Lokasinya di perbatasan Dusun Tanjung dan Dusun Grogol Timur, Desa Grogol, Kediri.
Novi Bahrul Munib, Ketua Pelestari Sejarah dan Budaya Kadhiri (Pasak), menyebut struktur tersebut masih bagus. Penampakannya masih terlihat jelas dengan bahan utama batu-bata merah berukuran besar. “Ternyata, ada dua titik struktur. Cukup besar jika dilihat sudut-sudutnya,” katanya.
Lelaki itu memang belum memastikan situs tersebut bekas bangunan apa. Sebab, memang perlu penelitian lebih dalam. Itu menjadi kewenangan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. “Menurut dugaan awal, itu adalah salah satu instalasi pengairan zaman dahulu,” katanya.
Di lokasi ini juga ada punden berisi dua makam kuno yang diyakini adalah sesepuh kawasan tersebut. Jarak struktur dengan punden hanya sekitar 100 meter. Di situ juga ada fondasi kuno peninggalan era Kolonial Belanda. Bangunan itu diduga sebagai instalasi pengairan yang saat ini masih berfungsi sebagai waduk.
Situs di Jawa Timur tidak hanya ditemukan di proyek bandara Kediri. Proyek Tol Pandaan-Malang juga begitu. Kini, PT Jasa Marga selaku pengelola tol berupaya melindungi Situs Sekaran dengan membangun talut atau dinding penahan tanah.
Selain talut, Jasa Marga juga akan membuat kuncup sebagai pelindung dari situs yang berada di km 37+100 Tol Pandaan-Malang atau tepatnya di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, tersebut.
BPCB mengungkap bahwa Situs Sekaran merupakan kompleks pemukiman di masa pra-Majapahit. Situs tersebut berupa susunan bata kuno yang meluas di sisi barat ruas Tol Pandaan-Malang.
Kaya Cagar Budaya
Soal cagar budaya, Jawa Timur memang amat kaya. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur 2018, jumlah potensi tinggalan cagar budaya di daerah ini mencapai 11.333 buah yang tersebar di 38 kabupaten dan kota.
Jumlah tersebut tentu saja belum termasuk temuan-temuan terbaru belakangan ini. Selain Kediri dan Malang, di Mojokerto juga ada penemuan struktur batu bata kuno yang diduga pemukiman zaman Kerajaan Majapahit. Lokasi penemuan berada di kawasan cagar budaya nasional.
Wicaksono Dwi Nugroho, arkeolog dari BPCB Jawa Timur, menjelaskan struktur baru bata kuno itu diperkirakan dari luas area lahan 30×40 meter. Ini merupakan bagian dari pemukiman masa Majapahit, tepatnya pada abad 15 M. Di sini, ditemukan porselen zaman Dinasti Ming.
Struktur batu bata sampai delapan lapis itu diprediksi saling berhubungan. Struktur yang sudah terlihat memiliki panjang 31 cm, lebar 21 cm, dan tebal 7 cm. Semua struktur disusun dengan teknik tanah liat, bukan bata gosok. Menurut analogi dari temuan lain, bata gosok ditemukan di bangunan monumental. Namun, bangunan yang disusun bata tanah liat adalah pemukiman.
Pada pertengahan Januari lalu, juga ditemukan batu kenong di Arjasa, Jember. Batu tersebut termasuk peninggalan sejarah cagar budaya. Menurut BPCB Trowulan, batu itu memiliki berbagai fungsi. Salah satunya adalah untuk menghindari gempa bumi. BPCB memastikan benda tersebut memang termasuk cagar budaya, peninggalan sejarah yang tersebar di Kecamatan Arjasa dan Jember bagian utara.
Kini, semakin banyak proyek infrastruktur yang tengah digarap di Jawa Timur. Situs-situs kuno akan lebih banyak ditemukan. Maklum, Jawa Timur adalah pusat kerajaan penting, termasuk Kerajaan Majapahit. Itu sebabnya wajar jika banyak kalangan berharap proyek-proyek tersebut bisa ramah terhadap peninggalan kuno yang bersejarah itu. (Miftah H. Yusufpati)
(ysw)