Banyak Bangkai Ikan di Perairan Kolo Diduga Akibat Pencemaran BBM MFO

Sabtu, 15 Februari 2020 - 20:10 WIB
Banyak Bangkai Ikan di Perairan Kolo Diduga Akibat Pencemaran BBM MFO
Banyak Bangkai Ikan di Perairan Kolo Diduga Akibat Pencemaran BBM MFO
A A A
BIMA - Pasca terjadinya pencemaran air laut yang diduga akibat tumpahan BBM Marine Fuel Oil (MFO) atau minyak hitam saat pembongkaran dari Kapal Tanker MT Marine 2 ke mobil tangki di Pelabuhan Bima, ditemukan banyak bangkai ikan yang tercecer di kawasan Perairan Kolo, Kota Bima, Sabtu (15/02/2020). Dari hasil pantauan langsung, bangkai ikan yang telah mati berada langsung di tengah air laut yang masih berwarna hitam dan kecoklatan. Terlihat di lokasi, terdapat pula minyak yang berwarna hitam masih mengapung berbusa di sekitar 50 meter dari bibir pantai.

Bangkai ikan yang ditemukan terapung rata rata ikan yang berukuran kecil sebesar ibu jari kaki hingga ukuran telapak tangan. Selain ditemukan bangkai ikan mati, juga terlihat sebagian ikan yang baru saja alami pingsan akibat depresi hingga tak lama mati terapung.

Hal tersebut dibenarkan Kasat Polairud, Ipda Syarifudin, saat dikonfirmasi di ruangannya pada Sabtu (15/02/2020) sore. (Baca: Perairan Pelabuhan Bima Tercemar Tumpahan Minyak Sepanjang 10 Kilometer)

Ia mengatakan, dari hasil pantauan disertai dokumentasi oleh dua orang anggotanya yakni Brigadir Fajarnuari dan Brigadir Edi Sutomo, terdapat banyak bangkai ikan yang mati di kawasan Perairan Laut Kolo.

"Dari jenis ikan yang ditemukan mati terapung, ada grisi merah, ketambak, dan beberapa jenis ikan lainnya. Dua anggota saya pun kemudian memungutnya hingga satu kresek plastik hitam, dan sebagian besar masih dibiarkan terapung di kawasan pantai kolo. Untuk kepastian penyebab ikan mati mendadak di kawasan tersebut, kami belum tahu pasti penyebabnya," jelas Syarifudin.

Sementara, di Pelabuhan Bima telah terjadi pencemaran air laut yang diduga akibat tumpahan BBM MFO saat pembongkaran dari Kapal Tanker MT Marine 2 ke mobil tangki. Pembongkaran minyak hitam tersebut dilakukan selama 4 hari dari Senin (09/02/2020) hingga Kamis (13/02/2020).

Namun pada Jumat (14/02/2020) pasca pembongkaran BBM MFO, di sepanjang perairan laut dari Pelabuhan Bima hingga kawasan Perairan Kolo, Kota Bima, air tercemar minyak berwarna hitam dan sebagian pula berwarna kecoklatan.

Banyaknya minyak hitam yang mencemari kawasan itu, hingga pihak Pelindo III Bima sebagai penyedia jasa Perusahaan Bongkar Muat (PBM) menyangka jika hal itu terjadi disebabkan ada pihak lain yang sabotase untuk menjatuhkan pihaknya.

Dijelaskan sebelumnya, bahwa Pelindo III Bima yang juga notabene sebagai operator pelabuhan tidak mau disalahkan. Namun pernyataan tersebut berbalik terbalik dengan praktek kerja yang diduga kuat menyalahi aturan atau melanggar Standar Operasional Prosedur (SOP).

Pasalnya, saat pembongkaran terjadi tak terlihat adanya penyediaan Oil Boom sebagai perangkap minyak guna mengantisipasi jika sewaktu waktu terjadi tumpahan minyak ke laut.

Terpantau pula, selama dua kali pembongkaran BBM MFO masing masing sebanyak 750 kilo liter di Pelabuhan Bima, pihak Pelindo III Bima penyedia jasa justeru selalu mengabaikan SOP.

"Berdasarkan SOP, memang penyedia jasa PBM harus menyediakan Oil Boom untuk mengatisipasi terjadinya pencemaran minyak di laut. Akan tetapi, hampir seluruh pembongkaran minyak di pelabuhan mana pun, tidak ada yang membentangkan Oil Boom terlebih dahulu. Nah kita, seandainya terjadi pencemaran minyak di laut, maka Oil Boom bisa kita pinjamkan milik PT Pertamina Cabang Bima," kata Manager Pelindo III Bima, Wahyu Wirawan, saat memberikan keterangan beberapa waktu lalu.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4881 seconds (0.1#10.140)