Investor Adopsi Percontohan Tambak Udang KKP di Pasangkayu
A
A
A
PASANGKAYU - Perusahaan swasta nasional mulai tertarik dengan bisnis budidaya udang, setelah sebelumnya mereka berhasil mengadopsi model pendekatan kawasan budidaya udang berkelanjutan dengan hasil yang optimal.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) gencar melakukan diseminasi atau percontohan model tersebut di berbagai daerah potensial salah satunya di Pasangkayu-Mamuju Utara.
Tambak udang berkelanjutan merupakan model percontohan yang dikenalkan Ditjen Perikanan Budidaya KKP, dengan mendorong pengelolaan yang terintegrasi dan ramah lingkungan.
Model ini juga dinilai efektif untuk mengendalikan penyebaran hama dan penyakit udang, karena berada dalam satu manajemen dan biosecurity yang ketat.
Saat meninjau kawasan budidaya udang berkelanjutan di Desa Randomayang ,Kabupaten Pasangkayu-Mamuju Utara Selasa (11/2) Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, mengatakan bahwa KKP menargetkan adanya peningkatan ekspor sebesar 250% hingga tahun 2024.
Oleh karenanya, Slamet mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan strategi untuk mendongkrak produktivitas budidaya udang di berbagai daerah salah satunya dengan mengembangkan percontohan model tambak budidaya udang berkelanjutan.
"Model pengembangan kawasan tambak budidaya udang berkelanjutan telah nyata mampu menggenjot produktivitas udang secara signifikan. Jadi, sebenarnya dengan model teknologi seperti ini, target peningkatan 250% dalam lima tahun ke depan yang ditetapkan Presiden Jokowi sangat realistis," ungkapnya.
Slamet menjelaskan model kawasan dinilai efektif untuk menjamin sistem produksi bisa berjalan terintegrasi mulai dari penataan tata letak, penyediasn benih bermutu, manajemen pakan, dan pengendalian penyakit dan lingkungannya.
Menurutnya, melalui model ini produktivitas bisa digenjot hingga 5-10 ton per hektar.
"Tahun 2024 kita menargetkan ekspor naik 250 %, atau ada penambahan produksi udang nasional setidaknya mencapai 578 ribu ton. Setahun ini kita akan petakan kebutuhan lahan, infrastruktur dan sarana prasarana. Nanti baru kita lakukan realisasi, tentu dengan menggandeng seluruh stakeholders termasuk menarik investor masuk," imbuh Slamet.
Slamet menegaskan bahwa tahun ini komoditas udang masih menjadi fokus pengembangan sebagai andalan ekspor perikanan nasional. Tahun 2018 tercatat share ekspor udang Indonesia mencapai hampir 40% dari total nilai ekspor total produk perikanan nasional atau mencapai 1,3 milyar USD. Dengan menggenjot produktivitas budidaya diharapkan nilai produksi dapat naik hingga mencapai 3,25 milyar USD.
"Saya senang, kita berhasil buktikan bahwa model kawasan budidaya berkalanjutan ini menghasilkan produksi optimal dan ini telah memicu para investor masuk dan mengadopsi model sejenis. Dengan keterlibatan investor, tentu menambah optimisme, ke depan industri budidaya udang nasional akan semakin maju", pungkasnya.
Senada dengan Slamet, Presiden Direktur PT. Manakara Sakti Abadi, Rudy Hartanto Wibowo, salah satu investor udang di Pasangkayu, menyatakan bahwa target 250% ekspor udang adalah realistis. Ia meyakini target tersebut pasti tercapai. Menurutnya, kuncinya adalah keseriusan semua stakehokders terkait. Dirinya juga melihat prospek industri budidaya udang nasional sangat menggiurkan dan bisa jadi andalan devisa.
"Para pemilik modal saya rasa untuk mulai tidak ragu menginvestasikan dana dalam bisnis udang ini. Saya merasa, bisnisnya saat ini menjanjikan karena teknologi tersedia, SDM ada, dan infrastruktur mulai dibenahi," tegas Rudy
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) gencar melakukan diseminasi atau percontohan model tersebut di berbagai daerah potensial salah satunya di Pasangkayu-Mamuju Utara.
Tambak udang berkelanjutan merupakan model percontohan yang dikenalkan Ditjen Perikanan Budidaya KKP, dengan mendorong pengelolaan yang terintegrasi dan ramah lingkungan.
Model ini juga dinilai efektif untuk mengendalikan penyebaran hama dan penyakit udang, karena berada dalam satu manajemen dan biosecurity yang ketat.
Saat meninjau kawasan budidaya udang berkelanjutan di Desa Randomayang ,Kabupaten Pasangkayu-Mamuju Utara Selasa (11/2) Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, mengatakan bahwa KKP menargetkan adanya peningkatan ekspor sebesar 250% hingga tahun 2024.
Oleh karenanya, Slamet mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan strategi untuk mendongkrak produktivitas budidaya udang di berbagai daerah salah satunya dengan mengembangkan percontohan model tambak budidaya udang berkelanjutan.
"Model pengembangan kawasan tambak budidaya udang berkelanjutan telah nyata mampu menggenjot produktivitas udang secara signifikan. Jadi, sebenarnya dengan model teknologi seperti ini, target peningkatan 250% dalam lima tahun ke depan yang ditetapkan Presiden Jokowi sangat realistis," ungkapnya.
Slamet menjelaskan model kawasan dinilai efektif untuk menjamin sistem produksi bisa berjalan terintegrasi mulai dari penataan tata letak, penyediasn benih bermutu, manajemen pakan, dan pengendalian penyakit dan lingkungannya.
Menurutnya, melalui model ini produktivitas bisa digenjot hingga 5-10 ton per hektar.
"Tahun 2024 kita menargetkan ekspor naik 250 %, atau ada penambahan produksi udang nasional setidaknya mencapai 578 ribu ton. Setahun ini kita akan petakan kebutuhan lahan, infrastruktur dan sarana prasarana. Nanti baru kita lakukan realisasi, tentu dengan menggandeng seluruh stakeholders termasuk menarik investor masuk," imbuh Slamet.
Slamet menegaskan bahwa tahun ini komoditas udang masih menjadi fokus pengembangan sebagai andalan ekspor perikanan nasional. Tahun 2018 tercatat share ekspor udang Indonesia mencapai hampir 40% dari total nilai ekspor total produk perikanan nasional atau mencapai 1,3 milyar USD. Dengan menggenjot produktivitas budidaya diharapkan nilai produksi dapat naik hingga mencapai 3,25 milyar USD.
"Saya senang, kita berhasil buktikan bahwa model kawasan budidaya berkalanjutan ini menghasilkan produksi optimal dan ini telah memicu para investor masuk dan mengadopsi model sejenis. Dengan keterlibatan investor, tentu menambah optimisme, ke depan industri budidaya udang nasional akan semakin maju", pungkasnya.
Senada dengan Slamet, Presiden Direktur PT. Manakara Sakti Abadi, Rudy Hartanto Wibowo, salah satu investor udang di Pasangkayu, menyatakan bahwa target 250% ekspor udang adalah realistis. Ia meyakini target tersebut pasti tercapai. Menurutnya, kuncinya adalah keseriusan semua stakehokders terkait. Dirinya juga melihat prospek industri budidaya udang nasional sangat menggiurkan dan bisa jadi andalan devisa.
"Para pemilik modal saya rasa untuk mulai tidak ragu menginvestasikan dana dalam bisnis udang ini. Saya merasa, bisnisnya saat ini menjanjikan karena teknologi tersedia, SDM ada, dan infrastruktur mulai dibenahi," tegas Rudy
(zil)