Pengaruh Kerajaan Sriwijaya dalam Kebudayaan Banyuasin
A
A
A
PANGKALAN BALAI - Penemuan situs pecahan kapal Sriwijaya di Desa Sumirejo Mariana Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin oleh pusat arkeologi Indonesia beberapa tahun lalu menunjukkan bahwa Kerajaan Sriwijaya memiliki hubungan erat dengan kebudayaan masyarakat Kabupaten Banyuasin.
“Luas wilayah kabupaten Banyuasin didominasi oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan jalur transportasi utama kerajaan Sriwijaya di masa lalu.,” kata Bupati Banyuasin H Askolani, melalui Kepala Bappeda dan Litbang Erwin Ibrahim, Selasa (4/2/2020).
Menurut Erwin, gerbang transportasi utama kerajaan Sriwijaya bermuara di aliran sungai dan laut sungai Musi, yang saat ini masuk dalam wilayah kabupaten Banyuasin sampai ke sungai Musi kota Palembang. “Oleh karena itu, kemungkinan peninggalan sejarah itu sangat mungkin ada di wilayah Kabupaten Banyuasin,” jelas dia.
Kerajaan Sriwijaya, merupakan kerajaan Melayu yang berada di pulau Sumatera serta memiliki pengaruh besar terhadap Nusantara. Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, bahkan hingga Pulau Jawa.
“Ini membuat nama Kerajaan Sriwijaya dikenal di seluruh Nusantara. Tidak hanya dari Nusantara saja, akan tetapi juga kerajaan ini dikenal hingga ke mancanegara. Dengan adanya keberadaan situs pecahan kapal Sriwijaya di Banyuasin ini, membuka peluang kebangkitan budaya yang tentunya diharapkan dapat memiliki nilai jual terhadap khazanah budaya Sumatera Selatan dan Indonesia,” ujar dia.
Kondisi situs tersebut, katanya, berada di bawah pengawasan dan otoritas pusat arkeologi nasional. “Yang tentunya kita berharap dapat dikoordinasikan dengan lembaga tersebut untuk dieksploitasi guna pembangunan budaya untuk pemberdayaan masyarakat. Juga menjadi kebangkitan wisata masyarakat Banyuasin.”
“Selain itu kami dibantu beberapa pihak, salah satu nya Yayasan Tandipulau yang akan membuat kajian dan mengangkat ikon kapal Sriwijaya sebagai ikon Pemkab Banyuasin, untuk menjadi pintu gerbang Kerajaan Sriwijaya,” ungkap dia.
Ikon tersebut dapat dikaji dan dipertimbangkan sebagai khazanah budaya kabupaten Banyuasin. Dan perlu ditindaklanjuti dalam bentuk kajian ilmiah dalam waktu sesingkat singkatnya, agar budaya kabupaten Banyuasin dapat terangkat.
“Bappeda Litbang Kabupaten Banyuasin dalam waktu dekat akan mengundang OPD dan stakeholder terkait, untuk melakukan FGD, mengenalkan dan mengkaji secara detail. Juga mengajak multipihak terlibat bersama-sama mengupas sejarah Kerajaan Sriwijaya di Kabupaten Banyuasin,” imbuh dia.
“Diharapkan ke depan ikon kapal tersebut akan didesain dalam bentuk museum budaya yang terintegrasi, menceritakan sejarah Sriwijaya, sejarah budaya Banyuasin, pemerintahan Banyuasin sampai budaya seni, pendidikan, pertanian dan seluruh potensi Banyuasin,” tandasnya.
“Luas wilayah kabupaten Banyuasin didominasi oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan jalur transportasi utama kerajaan Sriwijaya di masa lalu.,” kata Bupati Banyuasin H Askolani, melalui Kepala Bappeda dan Litbang Erwin Ibrahim, Selasa (4/2/2020).
Menurut Erwin, gerbang transportasi utama kerajaan Sriwijaya bermuara di aliran sungai dan laut sungai Musi, yang saat ini masuk dalam wilayah kabupaten Banyuasin sampai ke sungai Musi kota Palembang. “Oleh karena itu, kemungkinan peninggalan sejarah itu sangat mungkin ada di wilayah Kabupaten Banyuasin,” jelas dia.
Kerajaan Sriwijaya, merupakan kerajaan Melayu yang berada di pulau Sumatera serta memiliki pengaruh besar terhadap Nusantara. Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, bahkan hingga Pulau Jawa.
“Ini membuat nama Kerajaan Sriwijaya dikenal di seluruh Nusantara. Tidak hanya dari Nusantara saja, akan tetapi juga kerajaan ini dikenal hingga ke mancanegara. Dengan adanya keberadaan situs pecahan kapal Sriwijaya di Banyuasin ini, membuka peluang kebangkitan budaya yang tentunya diharapkan dapat memiliki nilai jual terhadap khazanah budaya Sumatera Selatan dan Indonesia,” ujar dia.
Kondisi situs tersebut, katanya, berada di bawah pengawasan dan otoritas pusat arkeologi nasional. “Yang tentunya kita berharap dapat dikoordinasikan dengan lembaga tersebut untuk dieksploitasi guna pembangunan budaya untuk pemberdayaan masyarakat. Juga menjadi kebangkitan wisata masyarakat Banyuasin.”
“Selain itu kami dibantu beberapa pihak, salah satu nya Yayasan Tandipulau yang akan membuat kajian dan mengangkat ikon kapal Sriwijaya sebagai ikon Pemkab Banyuasin, untuk menjadi pintu gerbang Kerajaan Sriwijaya,” ungkap dia.
Ikon tersebut dapat dikaji dan dipertimbangkan sebagai khazanah budaya kabupaten Banyuasin. Dan perlu ditindaklanjuti dalam bentuk kajian ilmiah dalam waktu sesingkat singkatnya, agar budaya kabupaten Banyuasin dapat terangkat.
“Bappeda Litbang Kabupaten Banyuasin dalam waktu dekat akan mengundang OPD dan stakeholder terkait, untuk melakukan FGD, mengenalkan dan mengkaji secara detail. Juga mengajak multipihak terlibat bersama-sama mengupas sejarah Kerajaan Sriwijaya di Kabupaten Banyuasin,” imbuh dia.
“Diharapkan ke depan ikon kapal tersebut akan didesain dalam bentuk museum budaya yang terintegrasi, menceritakan sejarah Sriwijaya, sejarah budaya Banyuasin, pemerintahan Banyuasin sampai budaya seni, pendidikan, pertanian dan seluruh potensi Banyuasin,” tandasnya.
(akn)