Pasca Banjir, 7.387 Warga Bekasi Terserang Penyakit

Pasca Banjir, 7.387 Warga Bekasi Terserang Penyakit
A
A
A
BEKASI - Dinas Kesehatan Bekasi mencatat sebanyak 7.387 warga Kota dan Kabupaten Bekasi terserang berbagai penyakit pasca banjir. Di Kota Bekasi, warga yang terserang penyakit sebanyak 5.587 orang dan Kabupaten Bekasi 1.800 orang.
Saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi sudah melakukan penanganan medis bagi warga Bekasi yang terdampak banjir tersebut. Bahkan, warga sudah diobati melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) terdekat.
Kabid Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Wawan Hernawan mengatakan, angka tersebut berdasarkan warga yang terdampak banjir di Kabupaten Bekasi. "Hingga Jumat (10/1/2020) terdata sebanyak 1.800 warga yang terserang penyakit," katanya kepada wartawan.
Dari jumlah itu, kata dia, pasien tertinggi adalah panyakit kulit. Kemudian disusul penyakit ISPA, nyeri otot (myalgia) dan sakit kepala (chepalgia). Jenis penyakit yang dialami korban banjir ini berdasarkan data yang diterima Dinas Kesehatan dari 44 Puskesmas.
Menurut dia, data tersebut terhimpun sejak 2 Januari 2020 melayani 1.000 pasien. Kemudian turun menjadi 800 per tanggal 5 Januari 2020. Jadi total 1.800 pasien yang dilayani 44 Puskesmas di Kabupaten Bekasi pascabanjir. Selain jenis penyakit itu, Dinkes juga mewaspadai penyakit hipertensi dan jantung.
Karena, kata dia, sangat dimungkinkan korban banjir mengalami stres lantaran seisi rumahnya terendam banjir. Sehingga memicu penyakit hipertensi dan jantung. Karena itu Puskesmas sudah jalan mengantisipasi dengan menyiapkan obat-obatan," katanya.
Kepala Dinkes Kabupaten Bekasi, Sry Enny Mainiarti mengatakan, sejak banjir menerjang, pihaknya langsung bergerak. Yakni dengan memberikan logistik dan kebutuhan lainnya kepada korban banjir. "Bersama Puskesmas, UPTD dan organisasi profesi sudah turun ke lapangan," katanya.
Petugas, kata dia, langsung mengumpulkan makanan, minuman dan pakaian layak pakai, susu, pampers pembalut untuk diberikan ke tempat-tempat yang terkena banjir. Banjir yang menerjang wilayah Kabupaten Bekasi sejak awal Januari 2020 kemarin tidak hanya menyebabkan warga terserang penyakit.
Tapi juga bangunan negara ikut terendam. Seperti satu Puskesmas Setiamekar, Tambun Selatan. Untuk itu, petugas hingga kini masih di lapangan untuk memberikan pengobatan kepada warga yang terdampak banjir dengan penanganan langsung di Puskesmas.
Di Kota Bekasi, Dinas Kesehatan setempat mencatat sebanyak 5.587 warga Kota Bekasi menderita penyakit setelah dilanda banjir pada Rabu (1 Januari 2020) lalu. Jumlah ini merupakan data Dinas Kesehatan Kota Bekasi terhadap kunjungan warga ke Posko Kesehatan selama sepekan.
Total Posko Kesehatan meliputi 42 puskesmas, posko kesehatan terjadwal di 100 titik banjir dan lokasi pengungsian, masjid-masjid di dekat titik banjir, dan 41 kantor layanan publik di Kota Bekasi. Saat ini, posko banjir masih beroperasi disebagian wilayah terdampak banjir.
"Kasus tertinggi penyakit ISPA sebanyak 1.583 warga atau setara 24,2 persen laporan. Lalu disusul penyakit kulit 990 warga, setara 17,7 persen laporan," kata Kabid Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Dezy Syukrawati, Jumat (10/1/2020).
Menurut dia, tingginya penyakit ISPA lantaran kondisi lingkungan tempat tinggal yang buruk pascabanjir. "Jadi tidak secara langsung mengidap ISPA, tetapi karena kelelahan, lalu situasi lingkungan yang jelek, serta daya tahan tubuh yang menurun, membuat gampang perkena penyakit," ungkapnya.
Dezy memastikan, belum ada laporan penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis yang umumnya muncul selepas banjir. Meskipun begitu, ia mengimbau agar warga mengantisipasi kemungkinan terserang tiga penyakit di atas.
Saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi sudah melakukan penanganan medis bagi warga Bekasi yang terdampak banjir tersebut. Bahkan, warga sudah diobati melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) terdekat.
Kabid Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Wawan Hernawan mengatakan, angka tersebut berdasarkan warga yang terdampak banjir di Kabupaten Bekasi. "Hingga Jumat (10/1/2020) terdata sebanyak 1.800 warga yang terserang penyakit," katanya kepada wartawan.
Dari jumlah itu, kata dia, pasien tertinggi adalah panyakit kulit. Kemudian disusul penyakit ISPA, nyeri otot (myalgia) dan sakit kepala (chepalgia). Jenis penyakit yang dialami korban banjir ini berdasarkan data yang diterima Dinas Kesehatan dari 44 Puskesmas.
Menurut dia, data tersebut terhimpun sejak 2 Januari 2020 melayani 1.000 pasien. Kemudian turun menjadi 800 per tanggal 5 Januari 2020. Jadi total 1.800 pasien yang dilayani 44 Puskesmas di Kabupaten Bekasi pascabanjir. Selain jenis penyakit itu, Dinkes juga mewaspadai penyakit hipertensi dan jantung.
Karena, kata dia, sangat dimungkinkan korban banjir mengalami stres lantaran seisi rumahnya terendam banjir. Sehingga memicu penyakit hipertensi dan jantung. Karena itu Puskesmas sudah jalan mengantisipasi dengan menyiapkan obat-obatan," katanya.
Kepala Dinkes Kabupaten Bekasi, Sry Enny Mainiarti mengatakan, sejak banjir menerjang, pihaknya langsung bergerak. Yakni dengan memberikan logistik dan kebutuhan lainnya kepada korban banjir. "Bersama Puskesmas, UPTD dan organisasi profesi sudah turun ke lapangan," katanya.
Petugas, kata dia, langsung mengumpulkan makanan, minuman dan pakaian layak pakai, susu, pampers pembalut untuk diberikan ke tempat-tempat yang terkena banjir. Banjir yang menerjang wilayah Kabupaten Bekasi sejak awal Januari 2020 kemarin tidak hanya menyebabkan warga terserang penyakit.
Tapi juga bangunan negara ikut terendam. Seperti satu Puskesmas Setiamekar, Tambun Selatan. Untuk itu, petugas hingga kini masih di lapangan untuk memberikan pengobatan kepada warga yang terdampak banjir dengan penanganan langsung di Puskesmas.
Di Kota Bekasi, Dinas Kesehatan setempat mencatat sebanyak 5.587 warga Kota Bekasi menderita penyakit setelah dilanda banjir pada Rabu (1 Januari 2020) lalu. Jumlah ini merupakan data Dinas Kesehatan Kota Bekasi terhadap kunjungan warga ke Posko Kesehatan selama sepekan.
Total Posko Kesehatan meliputi 42 puskesmas, posko kesehatan terjadwal di 100 titik banjir dan lokasi pengungsian, masjid-masjid di dekat titik banjir, dan 41 kantor layanan publik di Kota Bekasi. Saat ini, posko banjir masih beroperasi disebagian wilayah terdampak banjir.
"Kasus tertinggi penyakit ISPA sebanyak 1.583 warga atau setara 24,2 persen laporan. Lalu disusul penyakit kulit 990 warga, setara 17,7 persen laporan," kata Kabid Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Dezy Syukrawati, Jumat (10/1/2020).
Menurut dia, tingginya penyakit ISPA lantaran kondisi lingkungan tempat tinggal yang buruk pascabanjir. "Jadi tidak secara langsung mengidap ISPA, tetapi karena kelelahan, lalu situasi lingkungan yang jelek, serta daya tahan tubuh yang menurun, membuat gampang perkena penyakit," ungkapnya.
Dezy memastikan, belum ada laporan penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis yang umumnya muncul selepas banjir. Meskipun begitu, ia mengimbau agar warga mengantisipasi kemungkinan terserang tiga penyakit di atas.
(ysw)