Ini Kinerja Pertanian Gorontalo Tahun 2019 yang sangat Memuaskan
A
A
A
GORONTALO - Untuk terus mendorong peningkatan produksi pertanian, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo melaksanakan beberapa program unggulan Pertanian di tahun 2019. Bantuan diarahkan untuk merangsang produksi petani dan peternak. Selain itu ada proteksi hasil produksi dengan pemberian asuransi bagi sawah dan ternak.
Beberapa program unggulan tersebut yakni bantuan benih padi 33.732 Hektare, bantuan benih jagung 177.014 hektare, bantuan ternak sapi 1.000 ekor dan kambing 231 ekor, operasionalisasi Brigade Alsintan dan bajak lahan gratis 300 Hektare untuk petani Gurem.
Ada juga program asuransi pertanian (padi dan sapi), program READSI dan Pelatihan Petani, program Upaya Khusus (UPSUS) Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) bagi 16.800 akseptor serta Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA) untuk 16.028 Rumah Tangga Miskin (RTM) se Provinsi Gorontalo.
Pemprov Gorontalo juga mendorong program peternakan ayam kampung unggulan serta ternak sapi dan kambing melalui pengembangan Bredding Farm. Program kerjasama dengan Balitnak itu dipusatkan di desa Lonuo dan Wonggahu.
“Pada Tahun 2019 program yang diberi nama Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA) membantu lebih kurang 16.028 RTM (Rumah Tangga Miskin). Terdiri dari 909.600 bibit ayam, 2.729 ton pakan dan uang tunai Rp9 miliar,” jelas Kadis Pertanian Muljady D. Mario, Minggu (23/12/2019).
Khusus untuk jagung, produksinya sepanjang tahun 2019 diprediksi mengalami kenaikan 16,27 persen dari tahun 2018 menjadi 1.807.756 ton. Angka itu melebihi produksi tertinggi selama dua tahun terakhir di atas 1,5 juta ton. Mengukuhkan Gorontalo sebagai salah satu produsen jagung terbesar nasional.
Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo mencatat ada kenaikan luas panen jagung tahun 2019 yakni sebesar 362.359 hektare jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 343.241. Luas panen itu diintervensi dengan bantuan benih jagung sebanyak 2.655.221 kg benih gratis yang bersumber dari dana APBD maupun APBN Pusat.
“APBN kita untuk jagung tahun ini hampir Rp100 miliar. Itu tidak terlepas dari upaya Bapak Gubernur untuk meyakinkan pemerintah pusat. Salah satunya bentuk konkritnya Bapak Presiden Joko Widodo sempat ke Gorontalo pada Maret lalu untuk panen raya jagung,” imbuhnya.
Meningkatnya produktivitas jagung juga mendorong ekspor ke beberapa negara tetangga. Meski begitu, ekspor jagung tahun 2019 tidak dilakukan mengingat harga jagung dalam negeri masih lebih baik dari permintaan negara lain. Berbeda ketika tahun 2018 di mana Gorontalo mengeksor lebih kurang 109.800 ton jagung.
Dalam beberapa bulan terakhir Provinsi Gorontalo mengalami musibah kekeringan yang berdampak pada gagal panen untuk komoditas padi dan jagung. Hal itu diantisipasi pemerintah dengan penggantian benih padi dan jagung yang puso. Besarannya untuk tahun 2019 yakni jagung sebanyak 6000 hektare dan padi 587 hektare.
Kinerja sektor peternakan tahun 2019 juga cukup baik. Peningkatan populasi sapi berada di angka 243.447 ekor jika dibandingkan tahun sebelumnya hanya berjumlah 230.435 ekor. Peningkatan populasi Kambing berada di angka 101.224 ekor dibandingkan tahun sebelumnya 99.456 ekor. Sementara untuk produksi ayam buras menjadi 1.586.633 dari tahun sebelumnya 1.548.063 ekor.
Meningkatnya produksi ini turut ditunjang dengan bantuan ternak bagi kelompok peternak. Bantuan tersebut yakni 1.000 ekor sapi, 231 ekor kambing serta bibit ayam kampung lengkap dengan pakannya. Penyaluran ayam DOC mencapai 30.067 ekor kepada peternak se Provinsi Gorontalo.
Kinerja Sektor Perkebunan menunjukan geliat yang menggembirakan. Hal itu ditunjukkan dengan meningkatnya kinerja neraca ekspor bidang perkebunan olahan (tetes tebu dan tepung kelapa). Ditandai juga dengan berdirinya industri-industri pengolahan atau pabrik.
Buktinya jumlah volume ekspor tetes tebu pada periode Januari hingga Oktober 2019 tercatat 27,4 ribu ton atau senilai Rp 46,1 miliar dengan tujuan Vietnam dan Filipina. Sedangkan pada periode 2018 sebanyak 12 ribu ton atau setara dengan Rp26,9 miliar dengan tujuan Vietnam.
Asuransi Pertanian Masih Kurang Peminat
Proteksi lain yakni dengan mendorong petani untuk mengasuransikan sawah dan sapi miliknya. Hal ini diharapkan bisa menjadi jaminan jika sewaktu-waktu mengalami gagal panen atau ternak mati mendadak.
Program yang bekerjasama dengan Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) ini sebetulnya cukup menguntungkan namun masih minim peminat. Untuk satu ekor sapi, peternak hanya cukup membayar Rp40.000 per ekor untuk satu tahun. Klaim yang bisa didapat mencapai Rp10 juta.
Sementara untuk padi sawah petani hanya ditagih Rp36.000 per hektare selama satu tahun. Jika sawah mengalami puso maka akan diganti Rp6 juta per hektare.
“Sayangnya program ini belum mendapat atensi dari masyarakat. Realisasi klaim berdasarkan data dari Jasindo menyebutkan untuk asuransi pertanian (sawah) klaim 10 orang dengan realisasi klaim 8,6 hektare. Asuransi sapi klaim 103 ekor,” Mario membeberkan.
Revolusi Bantuan Alsintan dan Program Bajak Gratis
Dalam beberapa tahun terakhir Dinas Pertanian juga mengubah pola pemberian bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) dengan cara membentuk Brigade Alsintan. Brigade ini bertugas untuk menjaga, merawat dan mengoperasionalkan alsintan jiwa sewaktu-waktu dibutuhkan petani.
“Pembentukan brigade ini berawal dari keprihatinan bapak gubernur bahwa banyak alsintan yang diberikan oleh pemerintah pusat maupun provinsi tapi cenderung tidak terawat. Kedua alsintan ini ketika dibagikan cenderung dimonopoli gapoktan, petani lain yang meminjam menjadi sulit,” jelas Muljady.
Dengan adanya Brigade Alsitan maka umur pemanfaatan menjadi lebih lama. Begitu juga dengan biaya peminjaman alat yang harganya disubsidi. Petani membayar lebih murah dibandingkan meminjam kepada petani lain.
Program ini mendapat apresiasi dari Kementrian Pertanian RI yang menjadikan Gorontalo sebagai pilot project pengelolaan dan pelayanan alsintan nasional. Berbagai provinsi, kabupaten dan kota terus berdatangan untuk belajar pengelolaan Brigade Alsintan.
Ada 6.307 alsintan yang dioperasionalkan oleh brigade. Di antaranya 45 unit traktor roda empat, 156 unit traktor roda dua, 22 unit rice transplanter, 250 unit pompa air, 40 unit handsprayer serta 60 unit alat tanam jagung.
Seolah tidak cukup dengan Brigade Alsintan, Dinas Pertanian juga menganggarkan program bajak lahan gratis bagi petani. 300 hektare lahan menjadi sasaran program tersebut. Peruntukannya bagi petani kurang mampu yang ingin lahannya dibajak sebelum ditanami padi atau jagung.
Berbagai program pertanian tersebut pada gilirannya diharapkan dapat meningkat kesejahteraan petani di Gorontalo. Salah satunya diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP).
Data dari BPS menyebutkan NTP dan NTUP Gorontalo tahun 2018 sebesar 104.03 dan 119.50. Tahun 2019 jika mengacu data hingga November maka diprediksi NTP dan NTUP masing-masing 106.60 dan 122,94. Meningkat signifikan dibanding tahun 2018 lalu.
Beberapa program unggulan tersebut yakni bantuan benih padi 33.732 Hektare, bantuan benih jagung 177.014 hektare, bantuan ternak sapi 1.000 ekor dan kambing 231 ekor, operasionalisasi Brigade Alsintan dan bajak lahan gratis 300 Hektare untuk petani Gurem.
Ada juga program asuransi pertanian (padi dan sapi), program READSI dan Pelatihan Petani, program Upaya Khusus (UPSUS) Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) bagi 16.800 akseptor serta Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA) untuk 16.028 Rumah Tangga Miskin (RTM) se Provinsi Gorontalo.
Pemprov Gorontalo juga mendorong program peternakan ayam kampung unggulan serta ternak sapi dan kambing melalui pengembangan Bredding Farm. Program kerjasama dengan Balitnak itu dipusatkan di desa Lonuo dan Wonggahu.
“Pada Tahun 2019 program yang diberi nama Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA) membantu lebih kurang 16.028 RTM (Rumah Tangga Miskin). Terdiri dari 909.600 bibit ayam, 2.729 ton pakan dan uang tunai Rp9 miliar,” jelas Kadis Pertanian Muljady D. Mario, Minggu (23/12/2019).
Khusus untuk jagung, produksinya sepanjang tahun 2019 diprediksi mengalami kenaikan 16,27 persen dari tahun 2018 menjadi 1.807.756 ton. Angka itu melebihi produksi tertinggi selama dua tahun terakhir di atas 1,5 juta ton. Mengukuhkan Gorontalo sebagai salah satu produsen jagung terbesar nasional.
Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo mencatat ada kenaikan luas panen jagung tahun 2019 yakni sebesar 362.359 hektare jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 343.241. Luas panen itu diintervensi dengan bantuan benih jagung sebanyak 2.655.221 kg benih gratis yang bersumber dari dana APBD maupun APBN Pusat.
“APBN kita untuk jagung tahun ini hampir Rp100 miliar. Itu tidak terlepas dari upaya Bapak Gubernur untuk meyakinkan pemerintah pusat. Salah satunya bentuk konkritnya Bapak Presiden Joko Widodo sempat ke Gorontalo pada Maret lalu untuk panen raya jagung,” imbuhnya.
Meningkatnya produktivitas jagung juga mendorong ekspor ke beberapa negara tetangga. Meski begitu, ekspor jagung tahun 2019 tidak dilakukan mengingat harga jagung dalam negeri masih lebih baik dari permintaan negara lain. Berbeda ketika tahun 2018 di mana Gorontalo mengeksor lebih kurang 109.800 ton jagung.
Dalam beberapa bulan terakhir Provinsi Gorontalo mengalami musibah kekeringan yang berdampak pada gagal panen untuk komoditas padi dan jagung. Hal itu diantisipasi pemerintah dengan penggantian benih padi dan jagung yang puso. Besarannya untuk tahun 2019 yakni jagung sebanyak 6000 hektare dan padi 587 hektare.
Kinerja sektor peternakan tahun 2019 juga cukup baik. Peningkatan populasi sapi berada di angka 243.447 ekor jika dibandingkan tahun sebelumnya hanya berjumlah 230.435 ekor. Peningkatan populasi Kambing berada di angka 101.224 ekor dibandingkan tahun sebelumnya 99.456 ekor. Sementara untuk produksi ayam buras menjadi 1.586.633 dari tahun sebelumnya 1.548.063 ekor.
Meningkatnya produksi ini turut ditunjang dengan bantuan ternak bagi kelompok peternak. Bantuan tersebut yakni 1.000 ekor sapi, 231 ekor kambing serta bibit ayam kampung lengkap dengan pakannya. Penyaluran ayam DOC mencapai 30.067 ekor kepada peternak se Provinsi Gorontalo.
Kinerja Sektor Perkebunan menunjukan geliat yang menggembirakan. Hal itu ditunjukkan dengan meningkatnya kinerja neraca ekspor bidang perkebunan olahan (tetes tebu dan tepung kelapa). Ditandai juga dengan berdirinya industri-industri pengolahan atau pabrik.
Buktinya jumlah volume ekspor tetes tebu pada periode Januari hingga Oktober 2019 tercatat 27,4 ribu ton atau senilai Rp 46,1 miliar dengan tujuan Vietnam dan Filipina. Sedangkan pada periode 2018 sebanyak 12 ribu ton atau setara dengan Rp26,9 miliar dengan tujuan Vietnam.
Asuransi Pertanian Masih Kurang Peminat
Proteksi lain yakni dengan mendorong petani untuk mengasuransikan sawah dan sapi miliknya. Hal ini diharapkan bisa menjadi jaminan jika sewaktu-waktu mengalami gagal panen atau ternak mati mendadak.
Program yang bekerjasama dengan Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) ini sebetulnya cukup menguntungkan namun masih minim peminat. Untuk satu ekor sapi, peternak hanya cukup membayar Rp40.000 per ekor untuk satu tahun. Klaim yang bisa didapat mencapai Rp10 juta.
Sementara untuk padi sawah petani hanya ditagih Rp36.000 per hektare selama satu tahun. Jika sawah mengalami puso maka akan diganti Rp6 juta per hektare.
“Sayangnya program ini belum mendapat atensi dari masyarakat. Realisasi klaim berdasarkan data dari Jasindo menyebutkan untuk asuransi pertanian (sawah) klaim 10 orang dengan realisasi klaim 8,6 hektare. Asuransi sapi klaim 103 ekor,” Mario membeberkan.
Revolusi Bantuan Alsintan dan Program Bajak Gratis
Dalam beberapa tahun terakhir Dinas Pertanian juga mengubah pola pemberian bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) dengan cara membentuk Brigade Alsintan. Brigade ini bertugas untuk menjaga, merawat dan mengoperasionalkan alsintan jiwa sewaktu-waktu dibutuhkan petani.
“Pembentukan brigade ini berawal dari keprihatinan bapak gubernur bahwa banyak alsintan yang diberikan oleh pemerintah pusat maupun provinsi tapi cenderung tidak terawat. Kedua alsintan ini ketika dibagikan cenderung dimonopoli gapoktan, petani lain yang meminjam menjadi sulit,” jelas Muljady.
Dengan adanya Brigade Alsitan maka umur pemanfaatan menjadi lebih lama. Begitu juga dengan biaya peminjaman alat yang harganya disubsidi. Petani membayar lebih murah dibandingkan meminjam kepada petani lain.
Program ini mendapat apresiasi dari Kementrian Pertanian RI yang menjadikan Gorontalo sebagai pilot project pengelolaan dan pelayanan alsintan nasional. Berbagai provinsi, kabupaten dan kota terus berdatangan untuk belajar pengelolaan Brigade Alsintan.
Ada 6.307 alsintan yang dioperasionalkan oleh brigade. Di antaranya 45 unit traktor roda empat, 156 unit traktor roda dua, 22 unit rice transplanter, 250 unit pompa air, 40 unit handsprayer serta 60 unit alat tanam jagung.
Seolah tidak cukup dengan Brigade Alsintan, Dinas Pertanian juga menganggarkan program bajak lahan gratis bagi petani. 300 hektare lahan menjadi sasaran program tersebut. Peruntukannya bagi petani kurang mampu yang ingin lahannya dibajak sebelum ditanami padi atau jagung.
Berbagai program pertanian tersebut pada gilirannya diharapkan dapat meningkat kesejahteraan petani di Gorontalo. Salah satunya diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP).
Data dari BPS menyebutkan NTP dan NTUP Gorontalo tahun 2018 sebesar 104.03 dan 119.50. Tahun 2019 jika mengacu data hingga November maka diprediksi NTP dan NTUP masing-masing 106.60 dan 122,94. Meningkat signifikan dibanding tahun 2018 lalu.
(atk)