KPCDI Yogyakarta Gelar Kopdar Pasien Cuci Darah
A
A
A
YOGYAKARTA - Menutup tahun 2019, Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Wilayah Yogyakarta menyelenggarakan kopdar (kopi darat) dengan tema “Bersama KPCDI Pasti Bisa” di Rumah Makan Pelem Golek, Yogyakarta, pekan lalu.
Kopdar diikuti 56 anggota KPCDI, juga dihadiri Ketua KPCDI Pusat Tony Samosir. Dalam sambutannya Tony Samosir mengingatkan kembali tujuan dibentuknya KPCDI.
"Selama ini, KPCDI hadir untuk memperjuangkan hak-hak pasien cuci darah. KPCDI harus mampu mempengaruhi kebijakan-kebijakan publik," tutur Tony Samosir
Menurut Tony, saat ini kita tengah bekerja di lingkup pemerintahan dalam kaitannya dengan kenaikan tarif BPJS. KPCDI berjuang agar para pasien tidak perlu mengalami kenaikan tarif BPJS. Para pasien kondisi ekonominya macam-macam.
Apalagi, ada yang bekerja sebagai penjual kopi seharga Rp3.000 per gelas, ada juga tukang bangunan. Mereka ini peserta-peserta BPJS Mandiri yang harus membayar iuran rutin. "Nah, teman-teman seperti ini pendapatanya rendah tetapi tidak mendapatkan keringanan dari BPJS. Di sinilah KPCDI berjuang, harus ada jaringan yang kuat dengan pemerintah," ujarnya.
Tony menambahkan, pemerintah telah menetapkan regulasi berdasarkan Peraturan Presiden Tahun 2019 untuk bantuan iuran BPJS. KPCDI mendesak agar pemerintah turun ke lapangan mengecek secara langsung kondisi teman-teman, sehingga kebijakan iuran ini pun bisa tepat sasaran.
"Kami berharap lewat KPCDI, pasien dapat dibantu dalam mendapatkan fasilitas cuci darah yang sama di RS. Kita harus saling menolong teman yang kesusahan, dan untuk itulah KPCDI hadir," tegasnya.
Kopdar dilanjutkan dengan pemaparan materi tentang “Prevelensi Anemia Berdasarkan Stadium PGK” yang disampaikan oleh dr Sari Murnani, dokter umum di Klinik Hemodialisis Nitipuran.
Sari mengatakan tujuan terapi anemia pada gagal ginjal adalah untuk mencegah pemberian tranfusi darah, meningkatkan kualitas hidup dan fungsi fisik, meningkatkan kognitif dan fungsi seksual. Juga memberikan manfaat terhadap kerja jantung dan ginjal, menurunkan hospitasilasi (rawatan di rumah sakit), serta menurunkan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian).
“Untuk itu, diperlukan dosis zat besi yang tepat bagi tubuh. Caranya, dengan memperhatikan berat badan, HB saat ini, HB yang ditargetkan serta jumlah zat besi yang dibutuhkan. Sehingga diketahui jumlah besi total yang dibutuhkan oleh tubuh," paparnya.
Sari menambahkan, penggunaan 1 ampul zat besi setiap 2 minggu dapat mempertahankan level HB selama lebihd ari 24 bulan pada pasien HD-PGK.
Jamaludin, salah satu peserta Kopdar mengaku sangat senang dengan acara Kopdar KPCDI ini. Menurutnya, acara ini menarik dan menambah pengetahuan walaupun acara berlangsung sebentar namun sangat mengena.
Ketua KPCDI Wilayah Yogyakarta, Hanny berharap, acara kopdar seperti ini dapat mempererat silaturahmi dan memberikan semangat bagi teman-teman gagal ginjal untuk berjuang mengatasi keluhan-keluhan dan bisa memiliki motivasi untuk hidup sehat.
Acara " banjir" doorprize ini, dimeriahkan berbagai permainan dan unjuk suara. Para peserta sangat antusias menghibur diri dan peserta lainnya dengan bernyanyi.
Kopdar diikuti 56 anggota KPCDI, juga dihadiri Ketua KPCDI Pusat Tony Samosir. Dalam sambutannya Tony Samosir mengingatkan kembali tujuan dibentuknya KPCDI.
"Selama ini, KPCDI hadir untuk memperjuangkan hak-hak pasien cuci darah. KPCDI harus mampu mempengaruhi kebijakan-kebijakan publik," tutur Tony Samosir
Menurut Tony, saat ini kita tengah bekerja di lingkup pemerintahan dalam kaitannya dengan kenaikan tarif BPJS. KPCDI berjuang agar para pasien tidak perlu mengalami kenaikan tarif BPJS. Para pasien kondisi ekonominya macam-macam.
Apalagi, ada yang bekerja sebagai penjual kopi seharga Rp3.000 per gelas, ada juga tukang bangunan. Mereka ini peserta-peserta BPJS Mandiri yang harus membayar iuran rutin. "Nah, teman-teman seperti ini pendapatanya rendah tetapi tidak mendapatkan keringanan dari BPJS. Di sinilah KPCDI berjuang, harus ada jaringan yang kuat dengan pemerintah," ujarnya.
Tony menambahkan, pemerintah telah menetapkan regulasi berdasarkan Peraturan Presiden Tahun 2019 untuk bantuan iuran BPJS. KPCDI mendesak agar pemerintah turun ke lapangan mengecek secara langsung kondisi teman-teman, sehingga kebijakan iuran ini pun bisa tepat sasaran.
"Kami berharap lewat KPCDI, pasien dapat dibantu dalam mendapatkan fasilitas cuci darah yang sama di RS. Kita harus saling menolong teman yang kesusahan, dan untuk itulah KPCDI hadir," tegasnya.
Kopdar dilanjutkan dengan pemaparan materi tentang “Prevelensi Anemia Berdasarkan Stadium PGK” yang disampaikan oleh dr Sari Murnani, dokter umum di Klinik Hemodialisis Nitipuran.
Sari mengatakan tujuan terapi anemia pada gagal ginjal adalah untuk mencegah pemberian tranfusi darah, meningkatkan kualitas hidup dan fungsi fisik, meningkatkan kognitif dan fungsi seksual. Juga memberikan manfaat terhadap kerja jantung dan ginjal, menurunkan hospitasilasi (rawatan di rumah sakit), serta menurunkan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian).
“Untuk itu, diperlukan dosis zat besi yang tepat bagi tubuh. Caranya, dengan memperhatikan berat badan, HB saat ini, HB yang ditargetkan serta jumlah zat besi yang dibutuhkan. Sehingga diketahui jumlah besi total yang dibutuhkan oleh tubuh," paparnya.
Sari menambahkan, penggunaan 1 ampul zat besi setiap 2 minggu dapat mempertahankan level HB selama lebihd ari 24 bulan pada pasien HD-PGK.
Jamaludin, salah satu peserta Kopdar mengaku sangat senang dengan acara Kopdar KPCDI ini. Menurutnya, acara ini menarik dan menambah pengetahuan walaupun acara berlangsung sebentar namun sangat mengena.
Ketua KPCDI Wilayah Yogyakarta, Hanny berharap, acara kopdar seperti ini dapat mempererat silaturahmi dan memberikan semangat bagi teman-teman gagal ginjal untuk berjuang mengatasi keluhan-keluhan dan bisa memiliki motivasi untuk hidup sehat.
Acara " banjir" doorprize ini, dimeriahkan berbagai permainan dan unjuk suara. Para peserta sangat antusias menghibur diri dan peserta lainnya dengan bernyanyi.
(zil)