Pesperani Lembata Berlangsung Sukses, Semua Umat Bahagia
A
A
A
LEWOLEBA - Penyelenggaraan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesperani) Katolik bukan ajang persaingan, melainkan peningkatan mutu iman dan kualitas rohani. Sebagai sebuah pesta, hasil akhir Pesperani harus mendatangkan kedamaian dan sukacita. Mendatangkan kegembiraan dan persaudaraan.
Demikian disampaikan Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Lembata Anthanasius Aur Amuntoda ketika menutup Lomba Pesparani di aula Dekenat, Lewoleba, Kamis (28/11/2019).
Bupati Sunur berharap agar kedamaian, sukacita, kegembiraan dan persaudaraan tidak saja menjadi milik saudara-saudara peserta Pesparani. Tetapi harus juga ditularkan ke seluruh masyarakat Lembata agar tercipta harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
"Sebagai umat beragama, kita tidak terlepas dari status sebagai bagian dari masyarakat. Kita tahu bahwa Lembata terdiri dari berbagai macam perbedaan, baik itu suku, ras maupun agama namun kita tetap bersaudara. Kedamaian dan kondusifitas masyarakat ini harus tetap kita jaga sebagai modal dasar membangun Lewotana Lembata. Karena itu, saya mengimbau kepada kita semua agar harus menjaga dan memelihara harmoni kehidupan kita saat ini. Upayakan untuk menghindari hal-hal yang dapat memicu pertikaian yang dapat menyebabkan perpecahan di masyarakat," kata Sunur.
Bupati Sunur mengatakan bahwa pihaknya mengapresiasi seluruh peserta yang meraih juara. Semoga ini menjadi motivasi untuk semakin meningkatkan kemampuan pada penyelenggaraan tahun-tahun mendatang.
"Kita semua yang mengikuti ajang ini sebenarnya adalah pemenang, tetapi yang mewakili Kabupaten Lembata tahun depan ke Penyelenggaraan Pesparani Tingkat Provinsi di Larantuka, Kabupaten Flores Timur adalah juara di bidangnya. Berikan dukungan kepada mereka yang mewakili Kabupaten Lembata agar mampu memperoleh hasil yang memuaskan dan mengharumkan nama Lembata,” ungkap Bupati Sunur.
Penutupan Pesparani ditandai dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin Deken Lembata Romo Philipus Sinyo Da Gomez didampingi 20 imam selebran. Dalam kotbah dan sambutan penutupan, Romo Sinyo Da Gomez menyatakan bahwa suasana selama sepekan Pesparani sangat bahagia dan menunjukkan kebersamaan sejati.
Peristiwa 'Antar Dulang' (antar bahan makanan) dari umat muslim untuk mendukung Pesparani justru menjadi catatan sejarah di Lembata dan menjadi berita viral di media massa, tidak mungkin terlupakan. Ini bukti kebaikan dari sesama umat Muslim.
"Momentum Pesparani adalah ajang berbuat baik. Karena itu, mari kita berlomba-lomba berbuat kebaikan selepas pesta akbar ini. Ketika Anda kembali ke rumah, ke kampung, ke paroki masing-masing dan ke tempat kerja teruslah berbuat kebaikan di sana. Wartakan kedamaian dan cinta kasih dan berbuat baik kepada sesama di manapun kita berada."
Ketua Panitia Pesparani Haji Mansur Purap menyampaikan terima kasih berlimpah kepada semua pihak yang telah berperan sesuai tugas untuk menyukseskan pesta akbar umat Katolik ini. Bukan soal juara, tapi partisipasi peserta dalam lomba ini adalah ibadah dan peningkatan kualitas iman umat Katolik.
"Yang menjadi juara kita apresiasi, tapi jangan berbangga berlebihan, karena masih ada ajang lomba tingkat provinsi dan nasional. Untuk itu, semua peserta yang meraih juara dan mewakil Lembata terus berlatih untuk tampil dan mengharumkan nama Lembata di tataran lomba tingkat Provinsi dan Nasional. Dan yang belum meraih juara atau yang belum mewakili Lembata, jangan berkecil hati, tapi terus berlatih untuk ikut lomba lagi tahun berikutnya.
Berdasarkan pertimbangan Dewan Yuri Pesparani yang terdiri dari Elias Joka, Yosep Uran, Robert Sabon Taka, Apolynaris Tukan, Ferdinandus Lewoema, Yoseph Mikhael Hokeng, dan Jenny memutuskan pemenang lomba paduan suara sebagai berkiut: Paduan Suara Anak: Juara 1 Paroki Kristus Raja Wangatoa, Juara 2 Paroki Fransiskus Azisi Lamahora, Juara 3 Paroki St. Arnoldus Janssen Waikomo, dan Juara 4 Paroki Hati Amat Kudus Lerek. Sedangkan paduan Suara Remaja, Juara 1 Paroki Kristus Raja Wangatoa.
Demikian disampaikan Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Lembata Anthanasius Aur Amuntoda ketika menutup Lomba Pesparani di aula Dekenat, Lewoleba, Kamis (28/11/2019).
Bupati Sunur berharap agar kedamaian, sukacita, kegembiraan dan persaudaraan tidak saja menjadi milik saudara-saudara peserta Pesparani. Tetapi harus juga ditularkan ke seluruh masyarakat Lembata agar tercipta harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
"Sebagai umat beragama, kita tidak terlepas dari status sebagai bagian dari masyarakat. Kita tahu bahwa Lembata terdiri dari berbagai macam perbedaan, baik itu suku, ras maupun agama namun kita tetap bersaudara. Kedamaian dan kondusifitas masyarakat ini harus tetap kita jaga sebagai modal dasar membangun Lewotana Lembata. Karena itu, saya mengimbau kepada kita semua agar harus menjaga dan memelihara harmoni kehidupan kita saat ini. Upayakan untuk menghindari hal-hal yang dapat memicu pertikaian yang dapat menyebabkan perpecahan di masyarakat," kata Sunur.
Bupati Sunur mengatakan bahwa pihaknya mengapresiasi seluruh peserta yang meraih juara. Semoga ini menjadi motivasi untuk semakin meningkatkan kemampuan pada penyelenggaraan tahun-tahun mendatang.
"Kita semua yang mengikuti ajang ini sebenarnya adalah pemenang, tetapi yang mewakili Kabupaten Lembata tahun depan ke Penyelenggaraan Pesparani Tingkat Provinsi di Larantuka, Kabupaten Flores Timur adalah juara di bidangnya. Berikan dukungan kepada mereka yang mewakili Kabupaten Lembata agar mampu memperoleh hasil yang memuaskan dan mengharumkan nama Lembata,” ungkap Bupati Sunur.
Penutupan Pesparani ditandai dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin Deken Lembata Romo Philipus Sinyo Da Gomez didampingi 20 imam selebran. Dalam kotbah dan sambutan penutupan, Romo Sinyo Da Gomez menyatakan bahwa suasana selama sepekan Pesparani sangat bahagia dan menunjukkan kebersamaan sejati.
Peristiwa 'Antar Dulang' (antar bahan makanan) dari umat muslim untuk mendukung Pesparani justru menjadi catatan sejarah di Lembata dan menjadi berita viral di media massa, tidak mungkin terlupakan. Ini bukti kebaikan dari sesama umat Muslim.
"Momentum Pesparani adalah ajang berbuat baik. Karena itu, mari kita berlomba-lomba berbuat kebaikan selepas pesta akbar ini. Ketika Anda kembali ke rumah, ke kampung, ke paroki masing-masing dan ke tempat kerja teruslah berbuat kebaikan di sana. Wartakan kedamaian dan cinta kasih dan berbuat baik kepada sesama di manapun kita berada."
Ketua Panitia Pesparani Haji Mansur Purap menyampaikan terima kasih berlimpah kepada semua pihak yang telah berperan sesuai tugas untuk menyukseskan pesta akbar umat Katolik ini. Bukan soal juara, tapi partisipasi peserta dalam lomba ini adalah ibadah dan peningkatan kualitas iman umat Katolik.
"Yang menjadi juara kita apresiasi, tapi jangan berbangga berlebihan, karena masih ada ajang lomba tingkat provinsi dan nasional. Untuk itu, semua peserta yang meraih juara dan mewakil Lembata terus berlatih untuk tampil dan mengharumkan nama Lembata di tataran lomba tingkat Provinsi dan Nasional. Dan yang belum meraih juara atau yang belum mewakili Lembata, jangan berkecil hati, tapi terus berlatih untuk ikut lomba lagi tahun berikutnya.
Berdasarkan pertimbangan Dewan Yuri Pesparani yang terdiri dari Elias Joka, Yosep Uran, Robert Sabon Taka, Apolynaris Tukan, Ferdinandus Lewoema, Yoseph Mikhael Hokeng, dan Jenny memutuskan pemenang lomba paduan suara sebagai berkiut: Paduan Suara Anak: Juara 1 Paroki Kristus Raja Wangatoa, Juara 2 Paroki Fransiskus Azisi Lamahora, Juara 3 Paroki St. Arnoldus Janssen Waikomo, dan Juara 4 Paroki Hati Amat Kudus Lerek. Sedangkan paduan Suara Remaja, Juara 1 Paroki Kristus Raja Wangatoa.
(akn)