Gua Donan dan Kisah Perjalanan Adipati Raden Ronggo Segoro

Jum'at, 15 November 2019 - 05:00 WIB
Gua Donan dan Kisah...
Gua Donan dan Kisah Perjalanan Adipati Raden Ronggo Segoro
A A A
Gua Donan di Desa Tunggilis, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, menyimpan cerita tentang perjalanan seorang tokoh besar penyebar Islam yang berasal dari Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Salah satu warga setempat Aceng Hasim mengatakan, berdasarkan kisah tutur, di Desa Tunggilis, Kecamatan Kalipucang ada seorang tokoh besar penyebar Agama Islam bernama Kiai Banjar.

Kiai Banjar memiliki banyak pengikut dan menjadi panutan masyarakat karena sikapnya yang bijaksana dan selalu mengajarkan pada kebaikan. "Kiai Banjar memiliki banyak pusaka dan memiliki kesaktian, sehingga banyak masyarakat yang berguru ilmu kanuragan kepadanya," kata Aceng.

Saat Kiai Banjar sudah memiliki banyak murid baik yang belajar keagamaan dan kanuragan, datang salah satu pengembara asal Cilacap yang singgah di Desa Tunggilis. Pengembara tersebut adalah Adipati Raden Ronggo Segoro yang memiliki misi penyebaran Agama Islam selama menjadi pengembara dari satu daerah ke daerah lain.

Situasi dan kondisi di Desa Tunggilis antara pengikut Kiai Banjar dengan Adipati Raden Ronggo Segoro terjalin dengan baik dan sangat harmonis.

"Selama singgah di Desa Tunggilis, Adipati Raden Ronggo Segoro pun memiliki pengikut yang belajar ilmu keagamaan dan kanuragan," tambah Aceng.

Saat hubungan pengikut Kiai Banjar dengan pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro terjalin sangat harmonis, Kiai Banjar kehilangan salah satu pusaka keris yang merupakan keris andalannya.

Dari kejadian tersebut, masyarakat di Desa Tunggilis terbelah menjadi dua kubu, yaitu pengikut Kiai Banjar dan pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro.

Pengikut Kiai Banjar curiga pusaka keris milik Kiai Banjar dicuri oleh pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro. Begitu pun pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro curiga pusaka keris yang hilang dicuri pengikut Kiai Banjar.

Untuk menyelesaikan permasalahan kecurigaan, kubu Kiai Banjar dengan Adipati Raden Ronggo Segoro sepakat menggelar sayembara adu kanuragan dengan cara saling meminum air putih secara bergantian.

"Sayembara adu kanuragan pun digelar. Kiai Banjar meminum air putih yang sudah dibacakan doa oleh Adipati Raden Ronggo Segoro dan Adipati Raden Ronggo Segoro meminum air putih yang sudah dibacakan doa oleh Kiai Banjar," papar Aceng.

Setelah sayembara adu kanuragan berlangsung dengan cara meminum air putih digelar, tidak terlihat reaksi apa pun pada Kiai Banjar. Di sisi lain, dari perut Adipati Raden Ronggo Segoro secara tiba-tiba keluar sebuah pusaka keris milik Kiai Banjar.

Setelah diselidiki, pusaka keris tersebut rupanya dicuri oleh salah satu pengikut Adipati Raden Ronggo Segoro.

Dari kejadian tersebut, keluarlah fatwa dan doktrin dari kedua tokoh yaitu Kiai Banjar dan Adipati Raden Ronggo Segoro kepada masyarakat di Desa Tunggilis bahwa tidak boleh melakukan jual beli barang berbahan besi."Fatwa dan doktrin tersebut hingga kini masih dipegang teguh oleh masyarakat sehingga sampai sekarang tidak ada toko material yang menjual besi," terangnya.

Berawal dari kejadian itu, diprediksi Desa Tunggilis menjadi tempat pangadonan atau tempat orang mencari nafkah. "Sejak itulah gua yang ada di Desa Tunggilis dijuluki Gua Donan," sambung Aceng.

Adipati Raden Ronggo Segoro yang merupakan pengembara dan bermukim lama di Desa Tunggilis akhirnya dijuluki sebagai Kiai Donan. Setelah dijuluki Kiai Donan, Adipati Raden Ronggo Segoro wafat dan dimakamkan di sekitar Gua Donan.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0902 seconds (0.1#10.140)