Industri Mamin Butuh Pasokan Kacang Hijau, Guru Besar IPB: Saatnya Memacu Produksi

Rabu, 13 November 2019 - 21:19 WIB
Industri Mamin Butuh Pasokan Kacang Hijau, Guru Besar IPB: Saatnya Memacu Produksi
Industri Mamin Butuh Pasokan Kacang Hijau, Guru Besar IPB: Saatnya Memacu Produksi
A A A
BOGOR - Guru Besar Fakultas dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof MuhammadFirdaus menilai saat ini permintaan pasar domestik terhadap kacang hijau terus meningkat.

Peningkatan ini bukan hanya dari pasar rumah tangga tetapi juga industri makanan dan minuman (mamin) yang tumbuh hingga 7,91 persen pada 2018, melebihi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,71 persen.

Sayangnya, pada satu sisi pertumbuhan produksi kacang hijau nasional selama tahun 2008-2018 justru mengalami pertumbuhan negatif. Produksi kacang hijau nasional tahun 2018 tercatat 235.000 ton. Padahal kebutuhannya mencapai 304.000 ton atau mengalami pertumbuhan negatif 2,11 persen.

“Alhasil dalam dua tahun terakhir, Indonesia melakukan impor kacang hijau,untuk memenuhi permintaan domestik,” ujar Firdaus dalam Focus Group of Dialog (FGD) Potret Kebutuhan dan Pasokan Kacang Hijau Untuk Kebutuhan Industri SDM Unggul, Selasa (12/11/2019)

Firdaus menambahkan Myanmar dan Ethopia menjadi dua negara importir kacang hijau terbesar ke Indonesia.Namun menurutnya hal itu adalah wajar karena tekstur dan rasa tertentu dari kacang hijau dua negara tersebut memang dibutuhkan industri makanan minuman.

Lagi pula Indonesia juga mengekspornya mulai bulan September. Bahkan tercatat sebagai sembilan besar negara eksportir kacang hijau. Dengan volume ekspor tahun 2018 tercatat sebesar 32.269 ton atau 2,9 persen dari total permintaan dunia.

Empat negara memiliki permintaan yang konsisten selama empat tahun terakhir Philipina, Cina, Taiwan dan Vietnam. Namun, komoditi ini juga menyasar ke Australia, Brasil, India hingga Amerika Serikat. Peluang pasar kacang hijau di pasar internasional terus bertumbuh. Selain harganya di pasar global tidak terlalu sensitif.

Sementara pendapatan usaha tani kacang hijau setara pendapatan petani padi yang provitasnya 5 ton per hektare (ha). “Secara gizi bagus, bisa ditanam di lahan marginal, bisa diekspor, permintaannya tinggi dan memberikan pendapatan cukup signifikan," imbuhnya.

Nah, guna memastikan ketersediaan benih dengan kualitas tinggi dan berkesinambungan,Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP) memberikan lisensi non-ekslusif kepada PT Eeast West Seed (Ewindo) untuk mengembangkan varietas VIMA 1.

Kepala Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Badan Litbang Kementan Yuliantoro Baliadi mengatakan provitas VIMA 1 menghasilkan 2 ton per hektare (ha), melebihi benih konvesional sebesar 1,3 per ha.

Adapun lisensi benih diberikan kepada Ewindo sejak akhir tahun 2018 .Malah, provitas benih VIMA 3 mencapai 2,7 ton per ha Padahal ,petani hanya menghamparkan benih tanpa dilanjuti pemupukan. “Lazimnya, petani mulai menanam kacang hijau setelah usai menanam padi,” kata Yuliantoro .

Sementara ketika panen, biaya lebih hemat karena cukup sekali akibat polong matang serempak. Usia dipanen 57 hari dan tahan hama trips dan kutu kebul.Menurutnya hal inilah yang membuat permintaan benih meningkat drastis dan menjadi alasan perusahaan seperti Ewindo mengembangkan produksi benih sebarnya.

Firdaus memberi apresiasi keputusan Ewindo memproduksi benih kacang hijau skala industri. Tidak mungkin ketersediaan benih diserahkan Balitbangtan. Kemitraan produsen benih dengan petani penangkar menyediakan benih varietas unggul bersertifkat harus menjadi prioritas.

Kerjasama macam ini menjadi solusi keterbatasan prasarana , modal dan luas areal produksi dan sumber daya petani penangkar. Produsen juga akan memetik manfaat dari meningkatnya kapasitas teknis budidaya petani penangkarnya.

Firdaus menegaskan penaikkan provitas benih menjadi solusi disaat luas panen dan produksi kacang hijau. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan produktivitas kacang hijau dalam kurun waktu 10 tahun terakhir meningkat 1,09%. Sementara luas panen dan produksi kacang hijau justru menurun masing masing 2,97 % dan 1,97 %.

“Rerata provitas kacang hijau petani hanya 1,2 ton per ha. Jika hal ini dapat dinaikkan menjadi 2 ton per ha saja. Selain potensi pendapatan petani yang meningkat juga meningkatkan ketersediaan pasokan kacang hijau yang masih defisit di pasar,"terangnya.

Sales & Marketing Director EWindo Afrizal Gindow mengatakan perusahaan menargetkan memproduksi benih kacang hijau menjadi 100 ton di tahun 2021. Meningkat empat kali lipat dibandingkan tahun 2019 ditahun ini sebesar 25 ton."Dari FGD ini kita memperoleh informasi langsung dari koperasi pasar yang masih kesulitan membutuhkan kacang hijau dan mereka memperoleh dari impor," kata Afrizal.

Besarnya permintaan pasar juga harus dipenuhi industri mamin.Terlepas, industri ini akan melengkapi dengan fasilitas pengolahan sehingga kacang hijau tersebut dapat dijadikan bahan baku tepung ."Dalam lima tahun depan , mungkin kita juga baru bisa mengisi 10 persen kebutuhan pasar,"terangnya.

Kehadiran Ewindo memperluas pangsa kultur bisnisnya selama puluhan tahun dari hortikultura ke tanaman pangan, melihat pengembangan benih masih konvensional." Kita hanya tahunya jalur benih antar lapang (Jabal).Petani membeli dari petani atau pasar untuk disimpan menjadi benih kembali," kata dia.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8101 seconds (0.1#10.140)