KSPAN Pelopor Generasi Bebas HIV/AIDS dan Narkoba
A
A
A
SINGARAJA - Sejumlah upaya dilakukan Pemerintah guna menekan jumlah kasus HIV/AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba yang terjadi khususnya di Bali. Penanggulangan ini tidak semata dilakukan oleh pemerintah saja, melainkan juga melibatkan sejumlah elemen masyarakat dan sejumlah elemen pendukung lainnya.
Hadirnya Kelompok Siswa Peduli Aids dan Narkoba (KSPAN) sangat dibutuhkan dan diharapkan menjadi pelopor generasi yang bebas HIV/AIDS dan penyalahgunaan Narkoba. Demikian dikatakan Asisten Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Buleleng Ni Made Rousmini, pada penilaian Lomba KSPN Tingkat Provinsi Bali Tahun 2019 di KSPAN Widya Paramitha SMP Negeri 1 Seririt, Selasa (5/11/2019).
Pemilihan SMPN 1 Seririt sebagai duta/perwakilan KSPAN Buleleng ini didasari dari nilai plus yang dikantonginya. Salah satunya adalah dengan penetapan KSPAN ini di dalam kurikulum wajib sejak tahun 2019. “Ini menjadi modal yang kuat untuk menjadikan SMPN 1 Seririt sebagai Role Model dalam pengelolaan KSPAN,” kata Rousmini.
Menjadi renungan bersama, merujuk data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali per Desember 2018 lalu, terdampak HIV/AIDS tercatat mencapai 3.019 orang, dan secara tak langsung Buleleng menduduki posisi ketiga dari sembilan kabupaten/kota terdampak setelah Kota Denpasar dan Kab. Badung. “Melalui data yang sama pula, HIV/AIDS masih rentan terjadi di usia produktif kisaran 19-34 tahun,” tutur mantan Kepala BKPSDM Buleleng ini.
Sehingga, dengan KSPAN nantinya siswa-siswi yang sudah dibekali pemahaman dasar tentang penyakit menular dan mematikan ini tentu dapat penjadi pioner di lingkungannya. “Mereka akan bercerita kepada keluarga di rumah, teman sejawat, hingga lingkungan tempat bermainnya juga,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Seririt Nyoman Armaja, setelah menerima rombongan panitia yang dipimpin oleh Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Bali Made Suprapta mengatakan bahwa dirinya telah membuat kebijakan khusus tentang KSPAN. “KSPAN ini saya wajibkan tidak hanya bagi siswa-siswa di sekolah, tetapi juga bagi guru, anggota komite sekolah dan orangtua murid,” ungkapnya.
Dihari Sabtu, sudah diwajibkan bagi seluruh guru dan murid bahkan penjaga sekolah untuk menggunakan baju khusus KSPAN saat datang ke sekolah. “Hal ini saya lakukan untuk membuktikan keseriusan SMPN 1 Seririt dalam memberikan pendidikan bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan Narkoba, sehingga baik peserta didik ataupun pendidik disini seluruhnya menjiwai dan memahami keberadaan dari KSPAN ini,” tutur Nyoman.
Diakui pula oleh nyoman, generasi muda ini adalah incaran dalam peredaran gelap Narkoba. Sehingga dirinya sangat berharap dari KSPAN ini akan melahirkan para pelopor yang siap menolak Narkoba dan waspada terhadap virus HIV/AIDS.
“Menjadi juara bukanlah target yang ingin dicapai, tetapi saya ingin seluruh siswa-siswi ini memiliki bekal pendidikan guna melawan peredaran Gelap Narkoba dan bahaya HIV/AIDS kedepan,” jelas Nyoman.(stu)
Hadirnya Kelompok Siswa Peduli Aids dan Narkoba (KSPAN) sangat dibutuhkan dan diharapkan menjadi pelopor generasi yang bebas HIV/AIDS dan penyalahgunaan Narkoba. Demikian dikatakan Asisten Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Buleleng Ni Made Rousmini, pada penilaian Lomba KSPN Tingkat Provinsi Bali Tahun 2019 di KSPAN Widya Paramitha SMP Negeri 1 Seririt, Selasa (5/11/2019).
Pemilihan SMPN 1 Seririt sebagai duta/perwakilan KSPAN Buleleng ini didasari dari nilai plus yang dikantonginya. Salah satunya adalah dengan penetapan KSPAN ini di dalam kurikulum wajib sejak tahun 2019. “Ini menjadi modal yang kuat untuk menjadikan SMPN 1 Seririt sebagai Role Model dalam pengelolaan KSPAN,” kata Rousmini.
Menjadi renungan bersama, merujuk data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali per Desember 2018 lalu, terdampak HIV/AIDS tercatat mencapai 3.019 orang, dan secara tak langsung Buleleng menduduki posisi ketiga dari sembilan kabupaten/kota terdampak setelah Kota Denpasar dan Kab. Badung. “Melalui data yang sama pula, HIV/AIDS masih rentan terjadi di usia produktif kisaran 19-34 tahun,” tutur mantan Kepala BKPSDM Buleleng ini.
Sehingga, dengan KSPAN nantinya siswa-siswi yang sudah dibekali pemahaman dasar tentang penyakit menular dan mematikan ini tentu dapat penjadi pioner di lingkungannya. “Mereka akan bercerita kepada keluarga di rumah, teman sejawat, hingga lingkungan tempat bermainnya juga,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Seririt Nyoman Armaja, setelah menerima rombongan panitia yang dipimpin oleh Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Bali Made Suprapta mengatakan bahwa dirinya telah membuat kebijakan khusus tentang KSPAN. “KSPAN ini saya wajibkan tidak hanya bagi siswa-siswa di sekolah, tetapi juga bagi guru, anggota komite sekolah dan orangtua murid,” ungkapnya.
Dihari Sabtu, sudah diwajibkan bagi seluruh guru dan murid bahkan penjaga sekolah untuk menggunakan baju khusus KSPAN saat datang ke sekolah. “Hal ini saya lakukan untuk membuktikan keseriusan SMPN 1 Seririt dalam memberikan pendidikan bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan Narkoba, sehingga baik peserta didik ataupun pendidik disini seluruhnya menjiwai dan memahami keberadaan dari KSPAN ini,” tutur Nyoman.
Diakui pula oleh nyoman, generasi muda ini adalah incaran dalam peredaran gelap Narkoba. Sehingga dirinya sangat berharap dari KSPAN ini akan melahirkan para pelopor yang siap menolak Narkoba dan waspada terhadap virus HIV/AIDS.
“Menjadi juara bukanlah target yang ingin dicapai, tetapi saya ingin seluruh siswa-siswi ini memiliki bekal pendidikan guna melawan peredaran Gelap Narkoba dan bahaya HIV/AIDS kedepan,” jelas Nyoman.(stu)
(alf)