Ratusan Korban Likuifaksi di Palu Masih Tinggal di Tenda
A
A
A
PALU - Sekitar dua ratus kepala keluarga (KK) korban likuifaksi di Kelurahan Balaroa, Kota Palu , Sulawesi Tengah masih bertahan tinggal di tenda-tenda pengungsian.
Mereka masih menunggu pembangunan hunian tetap (huntap) yang akan di bangun oleh pemerintah dan pihak lainnya yang akan menjadi donatur.
Sudah setahun lebih ratusan kepala keluarga korban likuifaksi atau permukaan tanah tiba-tiba bergerak dan ambles menghancurkan bangunan di atasnya ini masih tinggal di tenda tenda terpal bantuan dari lembaga kemanusiaan. Mereka masih menunggu pembangunan hunian tetap yang akan di bangun di Kelurahan Balaroa yang jaraknya dekat dengan lokasi tenda mereka sekarang ini.
Salah satu pengungsi, Milham mengaku bersama dua ratus kepala keluarga lainnya masih bertahan di tenda pengungsian karena tidak punya pilihan lain. Sebab, hunian sementara yang dibangun untuk warga Balaroa, jauh dari tempat tinggal mereka yang dulu. Sehingga jauh dari tempat mereka beraktivitas.
Milhan mengatakan, awalnya pengungsi yang berada di Shelter Balaroa ini berjumlah kurang lebih tujuh ratusan kepala keluarga. Saat ini yang masih bertahan saat ini masih tersia sekitar dua ratusan kepala keluarga.
Mereka menunggu pembangunan hunian tetap yang di janjikan pemerintah untuk dua ratusan kepala keluarga tersebut di Kelurahan Balaroa.
Pembangunan hunian tetap ini baru saja di mulai untuk dua tahapan. Pada tahap pertama yang akan di bangun sejumlah 123 unit. Milhan masih menunggu jatah hunian tetap untuk tahap yang kedua di tahun 2020.
Hingga saat ini, masih banyak pengungsi korban bencana alam, likuifaksi, gempa dan tsunami di Palu Sulawesi Tengah, masih tinggal di tenda pengungsian. maupun hunian sementara.
Bantuan pemerintah pasca satu tahun bencana seperti jaminan hidup, santunan duka dan dana stimulan sudah di distribusikan. Meski demikian, belum seluruh penyintas telah menerimanya. Di antaranya seperti di Kelurahan Balaroa tercatat ada 3.119 korban. Sedangkan yang telah menerima jaminan hidup tahap pertama baru sebanyak 1.600 korban. Hingga saat ini masih tersisa sekitar 1.000 lebih yang belum menerima bantuan.
Mereka masih menunggu pembangunan hunian tetap (huntap) yang akan di bangun oleh pemerintah dan pihak lainnya yang akan menjadi donatur.
Sudah setahun lebih ratusan kepala keluarga korban likuifaksi atau permukaan tanah tiba-tiba bergerak dan ambles menghancurkan bangunan di atasnya ini masih tinggal di tenda tenda terpal bantuan dari lembaga kemanusiaan. Mereka masih menunggu pembangunan hunian tetap yang akan di bangun di Kelurahan Balaroa yang jaraknya dekat dengan lokasi tenda mereka sekarang ini.
Salah satu pengungsi, Milham mengaku bersama dua ratus kepala keluarga lainnya masih bertahan di tenda pengungsian karena tidak punya pilihan lain. Sebab, hunian sementara yang dibangun untuk warga Balaroa, jauh dari tempat tinggal mereka yang dulu. Sehingga jauh dari tempat mereka beraktivitas.
Milhan mengatakan, awalnya pengungsi yang berada di Shelter Balaroa ini berjumlah kurang lebih tujuh ratusan kepala keluarga. Saat ini yang masih bertahan saat ini masih tersia sekitar dua ratusan kepala keluarga.
Mereka menunggu pembangunan hunian tetap yang di janjikan pemerintah untuk dua ratusan kepala keluarga tersebut di Kelurahan Balaroa.
Pembangunan hunian tetap ini baru saja di mulai untuk dua tahapan. Pada tahap pertama yang akan di bangun sejumlah 123 unit. Milhan masih menunggu jatah hunian tetap untuk tahap yang kedua di tahun 2020.
Hingga saat ini, masih banyak pengungsi korban bencana alam, likuifaksi, gempa dan tsunami di Palu Sulawesi Tengah, masih tinggal di tenda pengungsian. maupun hunian sementara.
Bantuan pemerintah pasca satu tahun bencana seperti jaminan hidup, santunan duka dan dana stimulan sudah di distribusikan. Meski demikian, belum seluruh penyintas telah menerimanya. Di antaranya seperti di Kelurahan Balaroa tercatat ada 3.119 korban. Sedangkan yang telah menerima jaminan hidup tahap pertama baru sebanyak 1.600 korban. Hingga saat ini masih tersisa sekitar 1.000 lebih yang belum menerima bantuan.
(shf)