Krisis Air Bersih, Warga Sikka Minum Air Kotor dan Bau
A
A
A
KABUPATEN SIKKA - Ratusan warga Kampung Hoder, Dusun Habijanang, Desa Wairbleler, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa minum air kotor dan bau dari sumber mata air Wair Koro di perbukitan pinggir kampung. Pasalnya sejak kemarau panjang melanda dua bulan lalu, sumur dan sumber mata air warga mengering. Warga mengangkut air kotor dan bau tersebut dengan menggunakan ember dan jerigen.
Mama Marselina, salah seorang warga Kampung Hoder, mengaku setiap harinya dia harus berjalan kaki sekitar 1 km dari rumahnya untuk mengambil air. Selain itu, Mama Marselina harus atre dua sampai tiga jam karena panjangya antrean warga. "Itu pun cuma dapat 5 liter, karena kubangan yang menampung air dari mata air mengalir kecil," ujar Mama Marselina.
Senada dengan Mama Marselina, Mama Yosefina Nona Lehan, menambahkan, dalam sehari keluarganya membutuhkan 20 liter air untuk masak dan mandi. Dia terpaksa tetap mengkonsumsi air kotor dan bau, karena tidak punya pilihan lain. "Setelah dibawah ke rumah, air kotor disaring dulu dengan penyaring. Kemudian, air yang sudah disaring disimpan 2-3 jam. Baru setelah itu digunakan untuk memasak dan minum sekeluarga. Sedangkan untuk mandi sudah ditakar secukupnya saja," kata Mama Yosefina Nona Lehan.
Tokoh Muda Desa Wairbleler, Hilarius Pare mengatakan, warga mengambil air kotor dan bau sejak Juli lalu hingga sekarang. Saat ini, warga Kampung Hoder yang terdiri dari 3 wilayah RT dengan 68 Kepala Keluarga (KK) mengalami krisis air. Terkait krisis air yang terjadi, pihaknya belum mendapatkan bantuan air bersih dari Pemkab Sikka, baru sebatas bantuan tangki air dari Keuskupan Maumere. Air dipakai sampai dua minggu lamanya. Setelah itu, warga membeli air tangki seharga Rp175.000 sampai Rp200.000 per satu tangki air.
"Warga Kampung Hoder sangat mengharapkan adanya bantuan air bersih dari Pemkab Sikka.
"Pak Bupati ada janji mau bangun sumur bor bagi warga Dusun Habijanang dan Dusun Wolomapa. Kami sungguh berharap janji ini bisa direalisasikan, sehingga bisa mengatasi kendala kesusahan air yang kami hadapi dari tahun ke tahun," tutur Hilarius Pare.
Mama Marselina, salah seorang warga Kampung Hoder, mengaku setiap harinya dia harus berjalan kaki sekitar 1 km dari rumahnya untuk mengambil air. Selain itu, Mama Marselina harus atre dua sampai tiga jam karena panjangya antrean warga. "Itu pun cuma dapat 5 liter, karena kubangan yang menampung air dari mata air mengalir kecil," ujar Mama Marselina.
Senada dengan Mama Marselina, Mama Yosefina Nona Lehan, menambahkan, dalam sehari keluarganya membutuhkan 20 liter air untuk masak dan mandi. Dia terpaksa tetap mengkonsumsi air kotor dan bau, karena tidak punya pilihan lain. "Setelah dibawah ke rumah, air kotor disaring dulu dengan penyaring. Kemudian, air yang sudah disaring disimpan 2-3 jam. Baru setelah itu digunakan untuk memasak dan minum sekeluarga. Sedangkan untuk mandi sudah ditakar secukupnya saja," kata Mama Yosefina Nona Lehan.
Tokoh Muda Desa Wairbleler, Hilarius Pare mengatakan, warga mengambil air kotor dan bau sejak Juli lalu hingga sekarang. Saat ini, warga Kampung Hoder yang terdiri dari 3 wilayah RT dengan 68 Kepala Keluarga (KK) mengalami krisis air. Terkait krisis air yang terjadi, pihaknya belum mendapatkan bantuan air bersih dari Pemkab Sikka, baru sebatas bantuan tangki air dari Keuskupan Maumere. Air dipakai sampai dua minggu lamanya. Setelah itu, warga membeli air tangki seharga Rp175.000 sampai Rp200.000 per satu tangki air.
"Warga Kampung Hoder sangat mengharapkan adanya bantuan air bersih dari Pemkab Sikka.
"Pak Bupati ada janji mau bangun sumur bor bagi warga Dusun Habijanang dan Dusun Wolomapa. Kami sungguh berharap janji ini bisa direalisasikan, sehingga bisa mengatasi kendala kesusahan air yang kami hadapi dari tahun ke tahun," tutur Hilarius Pare.
(zil)