BMKG Mencatat Terjadi 887 Gempa Susulan di Ambon

Rabu, 02 Oktober 2019 - 16:44 WIB
BMKG Mencatat Terjadi...
BMKG Mencatat Terjadi 887 Gempa Susulan di Ambon
A A A
JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika hingga siang ini pukul 12.00 WIB mencatat ada 887 kali gempa susulan di Ambon, Haruku, dan Kairatu, Maluku setelah gempa dengan magnitudo (M) 6,5 yang terjadi pada Kamis (26/9/2019) lalu.

"Kita telah memantau terjadinya gempa susulan hingga tadi siang pukul 12, ada sekitar 887 kali gempa susulan. Dan yang dirasakan sebanyak 94 kali," ungkap Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono pada Konferensi Pers Penanganan Bencana Hingga Bulan Oktober 2019 di Ruang Serbaguna Dr. Sutopo Purwo Nugroho, BNPB, Jakarta (2/10/2019).

Daryono mengatakan bahwa fenomena gempa di Ambon, Haruku, dan Kairatu ini sangat menarik karena para ahli belum menemukan sumber gempa. "Dari sebuah paper ditemukan bahwa sumber sesar aktif yang jalurnya dari Timur dari Pulau Gorong sampai ke barat sampai Pulau Manipa, dan itu berhimpit dengan sesar Seram, dan itu adalah sesar mendatar yang itu akhirnya bisa menjawab gempa-gempa besar dan tsunami besar yang pernah terjadi pada masa lalu," katanya.

Lalu, sebenarnya apa yang menjadi pembangkit gempa di Ambon, Haruku, dan Kairatu? Daryono menjelaskan dari literatur dalam negeri belum ditemukan adanya struktur sesar yang menyebabkan gempa di Ambon ini.

"Tapi kalau kita mencari paper ilmiah terkait dengan gempa di Seram dan sekitarnya kita menemukan bahwa pernah di jalur itu sudah ada yang memetakan, dan dinamai jalur sesar mendatar kawa," jelasnya.

Nah, lebih menarik lagi kata Daryono bahwa sesar ini mampu menjawab sumber gempa yang pernah terjadi di masa lalu. Salah satunya pernah terjadi gempa dan tsunami pada tahun 1674 yang menelan korban hingga lebih dari 2 ribu orang. "Ternyata, sesar ini pernah membangkitkan gempa tersebut. Kemudian 1899, juga terjadi gempa dan tsunami di Seram hingga ada kisah Desa Elpaputih yang hilang dan diperingati setiap tahunnya," sebutnya.

Kejadian gempa bumi di Ambon, Haruku, dan Kairatu, ungkap Daryono jika dilihat dari tataan tektonik ada bahwa kawasan ini memang kawasan teknonik yang aktif dan kompleks karena zona ini dikepung oleh sumber gempa seperti sesar Sorong, Huru fraktur, dan di selatan ada sedaksi Banda. "Kemudian ada sesar Seram dan tentu saja yang terbaru adalah sesar yang membangkitkan gempa Kairatu dan Ambon," jelasnya.

Namun, kata Daryono gempa Ambon, Haruku, dan Kairatu ini merupakan rentetan kejadian gempa yang pernah terjadi di masa lalu. Kekuatan gempa 6,5 Skalarichter tepatnya di Kecamatan Kairatu Selatan, ini adalah gempa di darat, hanya berjarak 15 km dari Kecamatan Kairatu. "Sehingga dalam waktu 15 menit kita sudah mengetahui dampak gempa ini dari segimentasi map dan bahwa gempa ini merusak,"

Gempa Ambon, Haruku, dan Kairatu, kata Daryono merupakan gempa shallow crustal atau kerak dangkal yang disusul oleh sesar aktif dan gempa ini memiliki tipe yang didahului oleh gempa pembuka atau forseshocks, mainshocks, dan aftershocks, dan gempa ini cukup jarang sehingga menarik untuk dikaji.

"Yang menarik adalah gempa ini telah didahului oleh rentetan gempa kecil sebelum terjadinya gempa ini. Dimana sejak 28 Agustus, itu sudah terjadi gempa kecil. Itu adalah gempa pembuka," terangnya.

Saat ini, Daryono mengatakan statistik gempa harian terus mengalami penurunan. "Bayangkan saudara kita di sana digoncang gempa yang dirasakan hingga 94 kali, tentu saja kepanikan terus terjadi. Namun demikian patut kita syukuri bahwa tren dari statistik gempa susulan per setengah harian ini terus menurun, meskipun fluktuatif tapi tren utama menurun. Kalau dari hari pertama terjadi itu ada sekitar lebih dari 200 gempa susulan, hari ini hanya 19 saja," jelasnya.

Ia pun meminta masyarakat untuk tidak takut karena tren gempa sudah mengalami penurunan. "Ini tren yang cukup bagus dan ini cukup menenangkan masyarakat, karena akan mencapai stabilitas tektonik. Jadi masyarakat tidak perlu takut berlebihan karean tren sudah mulai menurun dan stabil," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3215 seconds (0.1#10.24)