Bagaimana Bertanam Tanpa Lahan?
A
A
A
KOTA BEKASI - Beberapa waktu lalu beredar viral video sayur-sayuran pascapanen yang dicuci air sungai kotor sebelum dijual. Beragam komentar netizen dilontarkan. Sebagian besar mengkhawatirkan tingkat kebersihan sayuran. Tak sedikit juga yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan sayuran yang sehat di pasaran. Sayuran sehat memang dapat ditemukan di sejumlah supermarket. Tapi tentu dengan harga yang tidak murah.
Pegiat hidroponik Indriani Ardi, menawarkan cara mudah untuk mendapatkan sayuran yang sehat namun harga murah yakni tanam hidroponik. "Kita bisa menyuguhkan makanan sayuran yang sehat untuk keluarga, yaitu dengan tanam sendiri,"ungkapnya.
Iya, menanam sendiri. Namun bagaimana dengan orang kota yang minim lahan pertanian.
Menurut Indri sapaan Indriani Ardi, tanam hidroponik tidak memerlukan lahan. "Medianya cukup sederhana. Dan media tersebut bisa kita bisa letakkan di sudut teras, loteng bahkan atas meja pun jadi,"tambahnya.
Tanam hidroponik ungkap Indri sangat mudah. Kita hanya menggunakan sejumlah wadah dan nutrisi. "Untuk wadah, kita tidak perlu membeli. Kita bisa menggunakan wadah-wadah bekas yang ada di rumah. Misalnya botol bekas air mineral, styrofoam bekas ember, wadah bekas cat dan sebagainya. Yang penting bisa untuk wadah,"paparnya.
"Jika memulai tanam hidroponik, jangan berfikir membeli peralatan yang mahal, tapi gunakan wadah yang ada di rumah," tegasnya.
Indri menerangkan, penanaman hidroponik sangat sederhana. "Kita mengawalinya dengan menyemai. Biasanya memakan waktu 10-14 hari. Waktu semai ini sering kita sebut HSS, hari sesudah semai,"terangnya.
Ia menggarisbawahi, sesudah sproud atau kulit biji pecah harus mendapat guyuran sinar matahari yang cukup. Jika kurang, biji bisa tumbuh kurang bagus, atau istilahnya kutilang, kurus, tinggi dan langsing.
"Setelah biji berkecambah dan berdaun lima, kita bisa memindahkannya ke media tanam yang telah disiapkan,"ungkapnya.
Usai dipindahkan ke media tanam, tugas kita hanya mengontrol air dan nutrisi. Dan ini dapat dilakukan hanya sehari sekali.
Dan, setelah masa hari sesudah tanam (HST) mencapai 35 hari, kita bisa memanennya. "Mudah bukan?" Ungkapnya.
"Jadi para ibu kantoran atau pekerja pun sebenarnya bisa melakukannya. Mengontrol air ini dapat dilakukan malam atau pagi hari. Bayangkan, kalau petani konvensional harus pergi ke kebun, tapi kita cukup melakukannya di teras rumah, loteng dan sebagainya. Sehingga malam hari, usai kerja pun kita bisa mengontrolnya. Tidak perlu ke kebun gelap-gelapan,"ungkapnya terkekeh.
Kini, Indri tengah membina para Ibu di Kelurahan Bekasi Jaya, Kota Bekasi dalam wadah Kelompok Wanita Tani (KWT) Kampung Hidroponik RW 13 Bekasi Jaya, Kota Bekasi. Hingga saat ini, KWT tersebut telah berulang kali memanennya. Prospek hasil hidroponik yang cerah, menarik antusias peserta.
"Kita bisa mengonsumsi sayur yang sehat, tanpa pestisida. Bahkan langsung kita petik dari kebun sendiri, yang tentunya vitaminnya lebih tinggi,"pesannya.
Dengan hidroponik, kita bisa menanam sayuran yang aman dan sehat, meski tanpa lahan. Yukk menanam hidroponik. (atik)
Pegiat hidroponik Indriani Ardi, menawarkan cara mudah untuk mendapatkan sayuran yang sehat namun harga murah yakni tanam hidroponik. "Kita bisa menyuguhkan makanan sayuran yang sehat untuk keluarga, yaitu dengan tanam sendiri,"ungkapnya.
Iya, menanam sendiri. Namun bagaimana dengan orang kota yang minim lahan pertanian.
Menurut Indri sapaan Indriani Ardi, tanam hidroponik tidak memerlukan lahan. "Medianya cukup sederhana. Dan media tersebut bisa kita bisa letakkan di sudut teras, loteng bahkan atas meja pun jadi,"tambahnya.
Tanam hidroponik ungkap Indri sangat mudah. Kita hanya menggunakan sejumlah wadah dan nutrisi. "Untuk wadah, kita tidak perlu membeli. Kita bisa menggunakan wadah-wadah bekas yang ada di rumah. Misalnya botol bekas air mineral, styrofoam bekas ember, wadah bekas cat dan sebagainya. Yang penting bisa untuk wadah,"paparnya.
"Jika memulai tanam hidroponik, jangan berfikir membeli peralatan yang mahal, tapi gunakan wadah yang ada di rumah," tegasnya.
Indri menerangkan, penanaman hidroponik sangat sederhana. "Kita mengawalinya dengan menyemai. Biasanya memakan waktu 10-14 hari. Waktu semai ini sering kita sebut HSS, hari sesudah semai,"terangnya.
Ia menggarisbawahi, sesudah sproud atau kulit biji pecah harus mendapat guyuran sinar matahari yang cukup. Jika kurang, biji bisa tumbuh kurang bagus, atau istilahnya kutilang, kurus, tinggi dan langsing.
"Setelah biji berkecambah dan berdaun lima, kita bisa memindahkannya ke media tanam yang telah disiapkan,"ungkapnya.
Usai dipindahkan ke media tanam, tugas kita hanya mengontrol air dan nutrisi. Dan ini dapat dilakukan hanya sehari sekali.
Dan, setelah masa hari sesudah tanam (HST) mencapai 35 hari, kita bisa memanennya. "Mudah bukan?" Ungkapnya.
"Jadi para ibu kantoran atau pekerja pun sebenarnya bisa melakukannya. Mengontrol air ini dapat dilakukan malam atau pagi hari. Bayangkan, kalau petani konvensional harus pergi ke kebun, tapi kita cukup melakukannya di teras rumah, loteng dan sebagainya. Sehingga malam hari, usai kerja pun kita bisa mengontrolnya. Tidak perlu ke kebun gelap-gelapan,"ungkapnya terkekeh.
Kini, Indri tengah membina para Ibu di Kelurahan Bekasi Jaya, Kota Bekasi dalam wadah Kelompok Wanita Tani (KWT) Kampung Hidroponik RW 13 Bekasi Jaya, Kota Bekasi. Hingga saat ini, KWT tersebut telah berulang kali memanennya. Prospek hasil hidroponik yang cerah, menarik antusias peserta.
"Kita bisa mengonsumsi sayur yang sehat, tanpa pestisida. Bahkan langsung kita petik dari kebun sendiri, yang tentunya vitaminnya lebih tinggi,"pesannya.
Dengan hidroponik, kita bisa menanam sayuran yang aman dan sehat, meski tanpa lahan. Yukk menanam hidroponik. (atik)
(atk)