Perempuan Ciracas Warisi Kecantikan Ajengan Ibu

Minggu, 25 Agustus 2019 - 05:00 WIB
Perempuan Ciracas Warisi Kecantikan Ajengan Ibu
Perempuan Ciracas Warisi Kecantikan Ajengan Ibu
A A A
Gunung Geulis terletak di Desa Ciracas Kecamatan Kiarapedes, di sebelah barat aliran Sungai Cilamaya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Sejatinya Gunung Geulis adalah gunung kecil yang terdiri dari dua buah gunung, layaknya gunung kembar.

Gunung tersebut menyimpan banyak cerita masa lalu yang belum semuanya terungkap. Terdapat mitos begitu kuat beredar di masyarakat mengenai dua makam di lokasi tersebut.

Di kedua puncaknya terdapat makam yang dikeramatkan, yakni Makam Ajengan Ibu dan Makam Eyang Rangga Wulung. Belum diketahui secara pasti ihwal kedua tokoh tersebut.

Menurut sejarawan Purwakarta, Budi Rahayu Tamsah, berdasarkan cerita rakyat setempat, Ajengan Ibu adalah seorang perempuan yang cantik jelita. Dia mempunyai kesaktian pilih tanding. Barangkali itulah sebabnya, gunung kembar tersebut dinamakan Gunung Geulis.

"Karena itu pulalah mitosnya, teureuh (keturunan) Ciracas dan sekitarnya, banyak melahirkan perempuan gareulis (cantik-cantik). Ada yang menyebutkan, Ajengan Ibu disebut juga Ratu Inten Dewata," ungkap Budi.

Versi lain menyebutkan, terang dia, Ajengan Ibu adalah tokoh yang berbeda dengan Ratu Inten Dewata. Sedangkan Eyang Rangga Wulung, menurut cerita rakyat setempat adalah salah seorang keturunan Prabu Siliwangi, yang mempunyai ilmu linuwih.

Ada dugaan bahwa Gunung Geulis merupakan tempat pemujaan pada zaman dahulu. Sampai pertengahan tahun 80-an, misalnya, masih ada sekelompok masyarakat yang melakukan upacara sesaji di tempat tersebut, setiap bulan Mulud.

Mereka datang dari daerah Ponggang, Cilutung, Talun dan sekitarnya. Tidak menutup kemungkinan, bahwa Gunung Geulis merupakan satu rangkaian dengan Candi Talun.

Jika dilihat dari jauh, Gunung Geulis tampak seperti 'sapasang pasir bulistir' (sepasang bukit gundul), karena memang di sana tidak terdapat pepohonan yang besar.

Diduga dulunya merupakan bukit yang sengaja dibikin gundul untuk kepentingan ritual keagamaan tertentu. Diduga hal itu berlangsung pada zaman sebelum masuknya agama Islam.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3979 seconds (0.1#10.140)