26 Adat Desa di Majalengka Mulai Langka
A
A
A
MAJALENGKA - Bupati Majalengka Karna Sobahi mengungkapkan, ada puluhan adat yang sebelumnya tumbuh subur di desa, kini mulai menjadi barang langka. Hal itu seiring dengan semakin jarangnya adat-adat setempat digelar, baik dalam sebuah even, maupun ritual.
"Ada 26 jenis adat desa, yang sudah kami inventarisir, yang hampir-hampir tidak dijalankan oleh desa," kata saat membuka Invitasi Olahraga Tradisional Bagi Pelajar SD Tingkat Kabupaten Majalengka di Stadion Warung Jambu, Selasa (30/7/2019).
Dari inventarisir yang dilakukan, kata Karna, diketahui ada penyebab mulai langkanya adat-adat tersebut. Salah satu penyebabnya, adalah kesan kuno dari kegiatan adat tersebut.
"Karena dianggapnya 'ah itu mah masa lalu lah, ah itu mah tahayul, itu mah musrik.' Banyak yang begitu. Seperti (adat) Guar Buni, Mapag Sri, atau Munjungan. Itu kan istilah-istilah yang mungkin sekarang ini mah dinilai 'wah itu mah tahayul,' " jelasnya.
Guna menumbuhkan kembali adat-adat desa, Karna menegaskan, setiap kepala desa (Kades) sudah seyogianya memiliki even adat, minimal satu kali dalam satu tahun. "Itu bisa menjadi agenda tahunan. Siapa tau nanti wisatawan dari luar menyenangi budaya itu," paparnya.
"Nanti even-even di Kabupaten Majalengka, apakah itu bentuk pengajian, dikemas kombinasi seni budaya. Seperti kemarin kan (HUT Majalengka) pengajian. Ada wayang, ada calung, kemudian diakhiri dengan pengajian, begitu," papar Karna.
"Ada 26 jenis adat desa, yang sudah kami inventarisir, yang hampir-hampir tidak dijalankan oleh desa," kata saat membuka Invitasi Olahraga Tradisional Bagi Pelajar SD Tingkat Kabupaten Majalengka di Stadion Warung Jambu, Selasa (30/7/2019).
Dari inventarisir yang dilakukan, kata Karna, diketahui ada penyebab mulai langkanya adat-adat tersebut. Salah satu penyebabnya, adalah kesan kuno dari kegiatan adat tersebut.
"Karena dianggapnya 'ah itu mah masa lalu lah, ah itu mah tahayul, itu mah musrik.' Banyak yang begitu. Seperti (adat) Guar Buni, Mapag Sri, atau Munjungan. Itu kan istilah-istilah yang mungkin sekarang ini mah dinilai 'wah itu mah tahayul,' " jelasnya.
Guna menumbuhkan kembali adat-adat desa, Karna menegaskan, setiap kepala desa (Kades) sudah seyogianya memiliki even adat, minimal satu kali dalam satu tahun. "Itu bisa menjadi agenda tahunan. Siapa tau nanti wisatawan dari luar menyenangi budaya itu," paparnya.
"Nanti even-even di Kabupaten Majalengka, apakah itu bentuk pengajian, dikemas kombinasi seni budaya. Seperti kemarin kan (HUT Majalengka) pengajian. Ada wayang, ada calung, kemudian diakhiri dengan pengajian, begitu," papar Karna.
(wib)