Lestarikan Budaya Minahasa, Gubernur Gorontalo Janji Bantu Rp250 Juta
A
A
A
BOALEMO - Sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian budaya asal Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Gubernur Gorontalo Rusli Habibie menjanjikan pemberian bantuan uang pembinaan senilai Rp250 juta. Janji tersebut ia sampaikan saat menghadiri Festival Kaaruyan, di Desa Kaaruyan, Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo, Minggu (28/7/2019).
Festival Kaaruyan merupakan acara yang diinisiasi oleh warga etnis Minahasa yang bermukim di desa tersebut. Festival ini diisi dengan pagelaran seni budaya, seminar budaya dan turnamen PUBG yang fiikuti oleh pemain game asal Sulut, Sulteng dan Gorontalo.
“Untuk pengembangan budaya ini saya bantu 250 juta. Nanti tolong Ayahanda (kepala desa) buatkan proposalnya. Kami anggarkan pada APBD Perubahan tahun ini,” ungkap Rusli disambut warga yang hadir.
Bantuan tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pembinaan seni dan budaya. Di antaranya untuk pembelian alat musik Kolintang, pakaian untuk tari-tarian dan perlengkapan lainnya.
Terkait dengan Festival Kaaruyan, Rusli menilai sebagai bentuk keragamaan etnis, suku dan agama di Gorontalo. Puncak acara yang sudah dua tahun digelar itu diawali dengan Pengucapan Syukur umat Kristiani di desa setempat.
Rusli berharap acara tersebut bisa terus dilaksanakan di tahun mendatang. Dinas Pariwisata diminta mencatat sebagai agenda pariwisata tahunan di Gorontalo.
“Walaupun kita sudah terpisah dari Sulawesi Utara menjadi provinsi sendiri, tapi itu hanya (secara) administrasi. Budaya, hubungan emosional, kekeluargaan kita sampai kapanpun tidak akan terpisahkan,” tandasnya.
Umat Kristiani yang berasal dari Minahasa dan Sangihe, Provinsi Sulut cukup eksis di sejumlah desa di Gorontalo. Selain di Kaaruyan, mereka bermukim di Desa Londoun Kecamatan Popayato Barat dan Desa Karangetan Kecamatan Dengilo di Kabupaten Pohuwato.
Ada juga di Desa Langge Kecamatan Gentuma dan Desa Puncak David Mandiri Kecamatan Sumalata di Kabupaten Gorontalo Utara.
Festival Kaaruyan merupakan acara yang diinisiasi oleh warga etnis Minahasa yang bermukim di desa tersebut. Festival ini diisi dengan pagelaran seni budaya, seminar budaya dan turnamen PUBG yang fiikuti oleh pemain game asal Sulut, Sulteng dan Gorontalo.
“Untuk pengembangan budaya ini saya bantu 250 juta. Nanti tolong Ayahanda (kepala desa) buatkan proposalnya. Kami anggarkan pada APBD Perubahan tahun ini,” ungkap Rusli disambut warga yang hadir.
Bantuan tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pembinaan seni dan budaya. Di antaranya untuk pembelian alat musik Kolintang, pakaian untuk tari-tarian dan perlengkapan lainnya.
Terkait dengan Festival Kaaruyan, Rusli menilai sebagai bentuk keragamaan etnis, suku dan agama di Gorontalo. Puncak acara yang sudah dua tahun digelar itu diawali dengan Pengucapan Syukur umat Kristiani di desa setempat.
Rusli berharap acara tersebut bisa terus dilaksanakan di tahun mendatang. Dinas Pariwisata diminta mencatat sebagai agenda pariwisata tahunan di Gorontalo.
“Walaupun kita sudah terpisah dari Sulawesi Utara menjadi provinsi sendiri, tapi itu hanya (secara) administrasi. Budaya, hubungan emosional, kekeluargaan kita sampai kapanpun tidak akan terpisahkan,” tandasnya.
Umat Kristiani yang berasal dari Minahasa dan Sangihe, Provinsi Sulut cukup eksis di sejumlah desa di Gorontalo. Selain di Kaaruyan, mereka bermukim di Desa Londoun Kecamatan Popayato Barat dan Desa Karangetan Kecamatan Dengilo di Kabupaten Pohuwato.
Ada juga di Desa Langge Kecamatan Gentuma dan Desa Puncak David Mandiri Kecamatan Sumalata di Kabupaten Gorontalo Utara.
(akn)