BMKG: 4 Kabupaten di DIY Awas dan Siaga Kekeringan
A
A
A
YOGYAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menetapkan empat kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan status awas dan waspada kekeringan.
Penetapan ini menyusul tidak adanya hujan yang mengguyur Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul dan Sleman.
Kepala kelompok data dan informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Yogyakarta Etik Setyaningrum mengatakan, dari hasil pemantauan cuaca di wilayah DIY curah hujannya rendah.
Bahkan ada wilayah yang sudah tidak ada hujan selama dua bulan terakhir. Status Awas ditetapkan dengan mendasarkan pada Hari Tanpa Hujan (HTH) lebih dari 61 hari dan prospek curah hujan rendah kurang dari 10 mm per 10 hari.
Status Awas ini terjadi di Kabupaten Bantul, Gunungkidul dan Kulonprogo. Di Kabupaten Bantul meliputi Kecamatan Kasihan, Jetis, Imogiri, Pajangan, Pandak, Bantul, Sewon, Banguntapan dan Piyungan.
Sedangkan di Kabupaten Gunungkidul meliputi Kecamatan Tanjungsari, Paliyan, Girisubo, Rongkop, Karangmojo, Ponjong, Wonosari, Saptosari, Semanu, dan Tepus.
Di Kabupaten Kulonprogo hanya ada satu kecamatan yakni Kecamatan Panjatan. "Di wilayah awas ini tidak ada hujan sudah lebih dari 61 hari dan prospek curah hujannya rendah," terang Etik, Rabu (3/7/2019).
Sedangkan untuk status Siaga, mendasarkan pada hari tanpa hujan lebih dari 31 hari dan prospek hujan kurang dari 10 mm per 10 hari. Ini terjadi di empat Kabupaten Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul dan Sleman.
Di Kabupaten Bantul, meliputi Pleret, Piyungan, Bambanglipuro, Pundong, Dlingo, Kretek, Kasihan dan Sedayu. Kabupaten Sleman meliputi, Berbah, Prambanan, Ngemplak, Cangkringan, Seyegan, Moyudan, Minggir, Kalasan, Ngemplak, Pakem, Depok, Gamping, Turi, Godean, Sleman, dan Ngaglik).
Sedangkan di Kabupaten Kulonprogo terdiri dari Kecamatan Kokap, Pengasih dan Girimulyo).
Sementara di Kabupaten Gunungkidul meliputi Patuk, Purwosari, Ngawen, Nglipar, Playen dan Semin.
"Dari monitoring terhadap perkembangan musim kemarau menunjukkan seluruh DIY sudah memasuki musim kemarau dan secara periodik menguat setiap bulannya," terangnya.
BMKG memperkirakan puncak musim kemarau pada bulan Agustus nanti. Sedangkan curah hujan untuk tiga bulan kedepan Juli, Agustus sampai September berkisar antara 0 sampai 10 mm per bulan, atau kriterianya rendah.
Pantauan BMKG dan beberapa Lembaga Internasional terhadap kejadian anomali iklim global di Samudera Pasifik, tambah Etik, menunjukkan kondisi El Nino Lemah.
Sedangkan Anomali SST di wilayah Samudera Hindia menunjukkan kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga Oktober November Desember (OND) 2019.
Masyarakat diimbau agar waspada dan berhati-hati terhadap kekeringan. Kondisi ini bisa berdampak terjadap sektor pertanian dengan sistem tadah hujan. Kekeringa juga akan menyebabkan pengurangan ketersediaan air tanah hingga kelangkaan air bersih.
"Dampaknya juga bisa meningkatan potensi kemudahan terjadinya kebakaran," jelasnya.
Humas PMI DIY Warjiyani mengatakan permintaan droping air bersih dari masyarakat terus mengalami peningkatan. PMI juga telah melakukan melakukan droping sejak beberapa minggu ini. Seperti droping air bersih dilakukan di wilayah Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul sebanyak 25.000 liter pada Rabu (3/7/2019). "Kita akan terus bantu masyarakat dengan droping air bersih," terangnya.
Penetapan ini menyusul tidak adanya hujan yang mengguyur Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul dan Sleman.
Kepala kelompok data dan informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Yogyakarta Etik Setyaningrum mengatakan, dari hasil pemantauan cuaca di wilayah DIY curah hujannya rendah.
Bahkan ada wilayah yang sudah tidak ada hujan selama dua bulan terakhir. Status Awas ditetapkan dengan mendasarkan pada Hari Tanpa Hujan (HTH) lebih dari 61 hari dan prospek curah hujan rendah kurang dari 10 mm per 10 hari.
Status Awas ini terjadi di Kabupaten Bantul, Gunungkidul dan Kulonprogo. Di Kabupaten Bantul meliputi Kecamatan Kasihan, Jetis, Imogiri, Pajangan, Pandak, Bantul, Sewon, Banguntapan dan Piyungan.
Sedangkan di Kabupaten Gunungkidul meliputi Kecamatan Tanjungsari, Paliyan, Girisubo, Rongkop, Karangmojo, Ponjong, Wonosari, Saptosari, Semanu, dan Tepus.
Di Kabupaten Kulonprogo hanya ada satu kecamatan yakni Kecamatan Panjatan. "Di wilayah awas ini tidak ada hujan sudah lebih dari 61 hari dan prospek curah hujannya rendah," terang Etik, Rabu (3/7/2019).
Sedangkan untuk status Siaga, mendasarkan pada hari tanpa hujan lebih dari 31 hari dan prospek hujan kurang dari 10 mm per 10 hari. Ini terjadi di empat Kabupaten Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul dan Sleman.
Di Kabupaten Bantul, meliputi Pleret, Piyungan, Bambanglipuro, Pundong, Dlingo, Kretek, Kasihan dan Sedayu. Kabupaten Sleman meliputi, Berbah, Prambanan, Ngemplak, Cangkringan, Seyegan, Moyudan, Minggir, Kalasan, Ngemplak, Pakem, Depok, Gamping, Turi, Godean, Sleman, dan Ngaglik).
Sedangkan di Kabupaten Kulonprogo terdiri dari Kecamatan Kokap, Pengasih dan Girimulyo).
Sementara di Kabupaten Gunungkidul meliputi Patuk, Purwosari, Ngawen, Nglipar, Playen dan Semin.
"Dari monitoring terhadap perkembangan musim kemarau menunjukkan seluruh DIY sudah memasuki musim kemarau dan secara periodik menguat setiap bulannya," terangnya.
BMKG memperkirakan puncak musim kemarau pada bulan Agustus nanti. Sedangkan curah hujan untuk tiga bulan kedepan Juli, Agustus sampai September berkisar antara 0 sampai 10 mm per bulan, atau kriterianya rendah.
Pantauan BMKG dan beberapa Lembaga Internasional terhadap kejadian anomali iklim global di Samudera Pasifik, tambah Etik, menunjukkan kondisi El Nino Lemah.
Sedangkan Anomali SST di wilayah Samudera Hindia menunjukkan kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga Oktober November Desember (OND) 2019.
Masyarakat diimbau agar waspada dan berhati-hati terhadap kekeringan. Kondisi ini bisa berdampak terjadap sektor pertanian dengan sistem tadah hujan. Kekeringa juga akan menyebabkan pengurangan ketersediaan air tanah hingga kelangkaan air bersih.
"Dampaknya juga bisa meningkatan potensi kemudahan terjadinya kebakaran," jelasnya.
Humas PMI DIY Warjiyani mengatakan permintaan droping air bersih dari masyarakat terus mengalami peningkatan. PMI juga telah melakukan melakukan droping sejak beberapa minggu ini. Seperti droping air bersih dilakukan di wilayah Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul sebanyak 25.000 liter pada Rabu (3/7/2019). "Kita akan terus bantu masyarakat dengan droping air bersih," terangnya.
(shf)