Pria Ini Tewas Diterkam Harimau di Areal Hutan Tanaman Industri Inhil Riau
A
A
A
PEKANBARU - M Amri (32) seorang pekerja tewas diterkam harimau dalam konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) PT RIA (Riau Indo Agropalma) anak perusahaan Sinar Mas di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, Jumat (24/5/2019). Ini merupakan konflik berkepanjangan antara harimau dan manusia karena perebutan 'wilayah'.
Kasubbag Humas Polres Inhil, AKP Syafri Jony mengatakan, korban diterkam harimau saat melakukan panen sawit kayu akasia, yang merupakan bahan baku pulp dan kertas. Korban warga asal Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat tewas dengan sejumlah luka di bagian kepala.
"Hasil pemeriksaan medis diketahui korban mengalami luka pada bagian tengkuk, leher, kepala bagian belakang dan mata sebelah kanan yang diduga akibat serangan harimau," kata AKP Syafri Jony, Jumat (24/5/2019).
Keterangan rekan korban, bahwa pada 23 Mei 2019, mereka sedang melakukukan pemanenan kayu akasia di PT RIA. Saat itu korban bekerja bersama delapan temannya. Namun mereka berpencar-pencar untuk menebang kayu.
Namun setelah beberapa lama bekerja, mereka kehilangan Amri. Merekapun mencari kesana kemari. Pencaharian juga menggunakan alat berat jenis eskavator. Sekitar satu jam pencaharian, mereka menemukan Amri tergeletak di dekat kanal (parit galian). Namun tidak jauh dari korban, ada seekor harimau.
"Rekan korban melakukan evakuasi. Namun saat dibawa, korban sudah meninggal dunia. Jasadnya dibawa ke Puskesmas," imbuhnya.
Sebelumnya pada Januari 2018 harimau melakukan penyerangan kepada warga bernama Jumiati di areal kebun sawit PT THIP di Pelangiran. Korban tewas dengan sejumlah luka. Pada Meret 2019 seorang warga bernama Yusri. Korban tewas diterkam saat bekerja di sarang burung walet. Tidak lama, harimau kembali meneror warga, namun tidak meninggal dunia. Harimau yang berkonflik saat itu adalah Bonita. Harimau betina inipun ditangkap.
Organisasi pencinta satwa langka internasional WWF, menyatakan bahwa saat ini habitat harimau Sumatera dikuasai oleh kelompok perusahaan HTI dari Sinar Mas Grup dan APRIL (Asia Pacific Resources International Holdings Limited) dan perusahaan perkebunan sawit raksasa. Sebelumnya kawasan itu adalah habitat harimau Sumatera yang telah beralih fungsi sehingga menyebabkan konflik berkepanjangan.
Kasubbag Humas Polres Inhil, AKP Syafri Jony mengatakan, korban diterkam harimau saat melakukan panen sawit kayu akasia, yang merupakan bahan baku pulp dan kertas. Korban warga asal Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat tewas dengan sejumlah luka di bagian kepala.
"Hasil pemeriksaan medis diketahui korban mengalami luka pada bagian tengkuk, leher, kepala bagian belakang dan mata sebelah kanan yang diduga akibat serangan harimau," kata AKP Syafri Jony, Jumat (24/5/2019).
Keterangan rekan korban, bahwa pada 23 Mei 2019, mereka sedang melakukukan pemanenan kayu akasia di PT RIA. Saat itu korban bekerja bersama delapan temannya. Namun mereka berpencar-pencar untuk menebang kayu.
Namun setelah beberapa lama bekerja, mereka kehilangan Amri. Merekapun mencari kesana kemari. Pencaharian juga menggunakan alat berat jenis eskavator. Sekitar satu jam pencaharian, mereka menemukan Amri tergeletak di dekat kanal (parit galian). Namun tidak jauh dari korban, ada seekor harimau.
"Rekan korban melakukan evakuasi. Namun saat dibawa, korban sudah meninggal dunia. Jasadnya dibawa ke Puskesmas," imbuhnya.
Sebelumnya pada Januari 2018 harimau melakukan penyerangan kepada warga bernama Jumiati di areal kebun sawit PT THIP di Pelangiran. Korban tewas dengan sejumlah luka. Pada Meret 2019 seorang warga bernama Yusri. Korban tewas diterkam saat bekerja di sarang burung walet. Tidak lama, harimau kembali meneror warga, namun tidak meninggal dunia. Harimau yang berkonflik saat itu adalah Bonita. Harimau betina inipun ditangkap.
Organisasi pencinta satwa langka internasional WWF, menyatakan bahwa saat ini habitat harimau Sumatera dikuasai oleh kelompok perusahaan HTI dari Sinar Mas Grup dan APRIL (Asia Pacific Resources International Holdings Limited) dan perusahaan perkebunan sawit raksasa. Sebelumnya kawasan itu adalah habitat harimau Sumatera yang telah beralih fungsi sehingga menyebabkan konflik berkepanjangan.
(sms)