Beri Kepedulian dan Perhatian Lebih kepada Para Mualaf

Sabtu, 25 Mei 2019 - 05:00 WIB
Beri Kepedulian dan Perhatian Lebih kepada Para Mualaf
Beri Kepedulian dan Perhatian Lebih kepada Para Mualaf
A A A
Masjid di tepi Jalan Tamblong, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung ini, berbeda dari masjid umumnya. Dinding masjid itu bercat merah dan kuning menyala. Terdapat lampion, ornamen khas Tionghoa. Sekilas bukan seperti tempat ibadah umat Islam. Namun, masjid yang diberi nama Masjid Lautze 2 Bandung ini cukup fenomenal di Kota Bandung.

Dibangun pada 1 Januari 1997, Masjid Lautze 2 Bandung telah mensyiarkan Islam kepada warga keturunan Tionghoa. Tak sedikit yang akhirnya memeluk agama Islam. Kini, Masjid Lautze 2 Bandung yang dikelola oleh Yayasan Haji Karim Oi ini, makin mengukuhkan diri sebagai masjid yang memiliki kepedulian lebih kepada para mualaf.

Tak hanya membuat para pemeluk agama lain berpindah keyakinan dengan mengikrarkan syahadat, pengurus Masjid Lautze 2 Bandung juga memberikan bimbingan dan pembinaan kepada para pemeluk Islam baru tersebut.

"Lewat Mualaf Care, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Lautze 2 Bandung, memberi perhatian lebih kepada saudara-saudara seiman yang baru memeluk Islam," kata Ketua DKM Lautze 2 Bandung Koko Rahmat kepada KORAN SINDO.

Koko Rahmat mengemukakan, bimbingan dan pembinaan mualaf di Masjid Lautze 2 Bandung berlangsung setiap hari Sabtu dan Minggu. Di sini, para mualaf dan warga nonmuslim yang tertarik untuk mempelajari Islam dan berniat masuk Islam, mendapatkan bimbingan dari para mentor. Terutama tentang mengenal Islam, tata cara salat, berwudu, dan lain-lain.

Selama tiga tahun kepengurusan DKM yang baru, dari 23 April 2017 sampai April 2019, ujar Rahmat, ada 76 mualaf yang mengikrarkan syahadat sebagai tanda masuk Islam di Masjid Lautze 2 Bandung. Mereka berasal dari suku dan ras yang bermacam-macam, ada Tionghoa, Jawa, Sunda, Kalimantan, Sumatera, bahkan ada warga asing dari Kanada dan Belanda.

Menurut Rahmat, mereka memilih mengikrarkan syahadat dan memperdalam Islam di masjid ini karena Masjid Lautze 2 Bandung memiliki nilai lebih. Setelah mengikrarkan syahadat, para mualaf tidak dilepas begitu saja, tetapi dibina dan dibimbing oleh relawan Masjid Lautze 2 Bandung yang bekerja sama dengan Masjid Salman ITB dan Lembaga Kursus & Pelatihan Tahsin Al Quran (LKP Tar-Q).

"Saat ini ada lima orang nonmuslim yang tertarik mempelajari Islam dan siap mengikrarkan syahadat. Mereka belajar dari pukul 12 siang sampai pukul 15.00 WIB setiap minggu. Selain mereka, ada 20-30 mualaf yang hadir untuk belajar Islam," ujar Koko.

Rahmat menuturkan, yang menarik cerita mualaf asal Kanada, perempuan dan bekerja sebagai guru di Bali. Dia mencari tahu tentang mualaf melalui internet. Dia mendapati Mualaf Care Masjid Lautze 2 Bandung. Dia kemudian terbang ke Kota Bandung dan mengikuti bimbingan selama satu hari penuh. Setelah mantap, dia mengikrarkan syahadat.

Bimbingan dan pembinaan, tutur Rahmat, lebih dulu diberikan karena alasan setiap orang untuk masuk Islam beragam. Ada yang karena pacar, pernikahan, jabatan, dan ada juga yang benar-benar karena hidayah Allah. "Bagi yang masih ragu, Mualaf Care Masjid Lautze Bandung membimbing mualaf untuk memantapkan hati memilih Islam," tutur Rahmat yang menjadi mualaf sejak 1984 ini.

Di Mualaf Care Masjid Lautze 2 Bandung, ungkap dia, kepedulian terhadap mualaf lebih diperdalam lagi. Bukan hanya mengikrarkan syahadat, tetapi menjalin ikatan persaudaraan seiman dan menjadi sebuah keluarga.

"Masjid Lautze 2 Bandung berencana membangun rumah singgah untuk para mualaf. Mereka juga bisa membuka usaha di rumah singgah itu," ungkap Rahmat.

Lautze Berarti Ustaz
Masjid Lautze 2 Bandung berada di Jalan Tamblong Nomor 27, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung. Dari namanya, mungkin masyarakat paham bahwa lautze berasal dari bahasa Tionghoa. Ketua DKM Lautze 2 Bandung Koko Rahmat mengatakan, Masjid Lautze 2 Bandung merupakan cabang dari Masjid Lautze di Jakarta yang didirikan oleh Yayasan Haji Karim Oi pada 1991.

Di Jakarta, masjid dengan ciri khas Tionghoa itu berdiri di Jalan Lautze sehingga nama masjid diberi mamakai nama jalan tersebut. Pada 1997, Masjid Lautze membuka cabang di Bandung dengan nama Masjid Lautze 2.

"Lautze berarti guru atau tempat untuk bertanya tentang agama Islam. Dalam bahasa Arab, lautze bisa diartikan sebagai ustaz. Jadi masjid ini dibangun sebagai tempat bertanya bagi nonmuslim maupun muslim, terutama keturunan Tionghoa ketika itu," kata Koko Rahmat.

Masjid ini masih mempertahankan ciri khas dengan dekorasi Tionghoa, pada awalnya untuk daya tarik. Warga keturunan Tionghoa muslim pingin ada ciri tersendiri, di mana budaya tidak dilepas atau hilang begitu saja. Ketika Masjid Lautze 2 Bandung ini ada, mereka tertarik dan mau masuk ke dalam.

Awalnya, ujar Rahmat, Masjid Lautze 2 Bandung hanya mampu menampung 20-30 jamaah. Sekarang bisa menampung 700 jamaah setiap salat Jumat sedangkan pada hari biasa mampu menampung 100 jamaah setelah mendapat tanah wakaf perluasan masjid.

"Setiap salat jumat, jamaah membludak, sehingga DKM Masjid Lautze 2 menyediakan tenda dan karpet hingga menutup Jalan Tamblong," ujar Rahmat.

Sayangnya, sampai sekarang Masjid Lautze 2 Bandung belum tersentuh bantuan dari Pemkot Bandung. "Proposal sudah masuk, tapi belum ada realisasi. Jadi selama ini, DKM Masjid Lautze melakukan upaya swadaya untuk membiayai semua kegiatan," tutur dia

Masjid Rahmatan Lil Alamin
Sejak tiga tahun lalu, kepengurusan DKM Lautze 2 Bandung berganti. Koko Rahmat ditunjuk sebagai ketua DKM. Para pengurus DKM Lautze 2 Bandung yang baru itu, menerapkan kebijakan baru, membuka masjid selama satu minggu penuh.

Sebelumnya, karena Masjid Lautze 2 Bandung berlokasi di pinggir jalan, di perkantoran, dan pertokoan, buka tutup masjid ini seperti jam kantor. Seperti jam 10-11 siang baru buka dan jam 4-5 sore tutup. Begitu pula pada Sabtu-Minggu, masjid tutup.

Setelah kepengurusan baru, kebijakan berubah. Pengurus yang baru ingin memfungsikan Masjid Lautze 2 Bandung seperti masjid-masjid yang lain, subuh, zuhur, asar, magrib, isya, masjid tetap buka. Sabtu-Ahad, masjid tetap buka. Bahkan tanggal merah pun masjid tetap buka.

Maka, DKM Masjid Lautze menyiapkan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan seperti itu. "Alhamdulillah, tiga tahun kebelakang ini kami banyak sekali progres yang cepat sekali perkembangan. Kami juga menyewa gedung untuk pembinaan Mualaf Care bekerja sama dengan Masjid Salman ITB dan LPK Tar-Q," kata Rahmat.

Rahmat mengemukakan, DKM Lautze 2 Bandung ingin masjid ini menjadi rahmatan lilalamin untuk semua umat. Karena itu, kegiatan selama Ramadhan, untuk warga sekitar diadakan pengajian, ibu-ibu dan anak-anak.

Kemudian menggelar salat tarawih berjamaah dengan kultum dibawakan oleh para mualaf. Mereka menceritakan tentang suka duka dan suara hati mualaf. Sedangkan Imam tarawihnya adalah Imam Muda Masjid Salman ITB Syech Muzammil Hasbalah.

"Untuk kegiatan lain, kami juga menggelar takjil off the road dengan membagikan 700-1.000 bungkus takjil. Kemudian ada program buka puasa bersama dengan jamaah," ujar dia.

"Setiap hari kami menyediakan 200-250 boks nasi lengkap dengan lauk pauknya. Menu berbuka puasa tersebut sumbangan dari dermawan semua kalangan, baik komunitas muslim maupun nonmuslim. Ada yang nyumbang nasi 50 boks, ada yang nyumbang kurma 5 dus, air mineral. Semua kami kumpulkan lalu dibagikan kepada jamaah dan warga yang melintas di depan Masjid Lautze 2 Bandung," tutur Rahmat.

Istimewanya, karena menjadikan masjid ini rahmatan lilalamin, banyak komunitas agama lain, seperti Katolik, Budha, dan lain-ain yang ikut menyumbang takjil. Mereka ikut eksis berbagi dengan sesama.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4347 seconds (0.1#10.140)