Wartawan Alami Kekerasaan Saat Bertugas, Kapolrestabes: Ini Kesalahpahaman
A
A
A
BANDUNG - Dugaan kekerasan terhadap dua wartawan yang dilakukan oleh polisi disebabkan oleh kesalahpahaman. Saat pembubaran paksa dilakukan, situasi sempat tidak terkendali.
Kapolrestabes Bandung Kombes Irman Sugema mengatakan, dugaan ada intimidasi dan penganiayaan terhadap dua wartawan karena yang bersangkutan tidak memakai identitas.
Sebelum peristiwa itu terjadi, pihak polisi sedang mengamankan kelompok remaja berpakaian hitam, terjadi keributan dan aksi kejar-kejaran.
"Mereka (wartawan) tidak menunjukan identitas kan. Mereka (kelompok remaja berpakaian hitam-hitam) ada juga yang mengambil gambar. Jadi kami tidak tau mana yang jurnalis, mana bukan," kata Irman.
Sementara itu, Ketua Tim III Prabu Polrestabes Bandung Ipda Suyanto menegaskan bukan anggotnya yang mengintimidasi dan menganiaya wartawan. Justru, dia yang menolong kamera wartawan tersebut. "Jadi justru saya yang tadi meminta anggota mengembalikan kamera dia (wartawan)," kata Suyanto.
Seperti diberitakan, dugaan aksi kekerasan terhadap wartawan oleh pihak kepolisian mewarnai aksi hari buruh di Kota Bandung. Para aparat hukum ini diduga memukul dan menghapus foto wartawan yang melakukan peliputan.
Peristiwa ini berawal saat fotografer Tempo, Prima Mulia dan jurnalis freelance Iqbal Kusumadireza (Reza) memantau sekaligus meliput aksi buruh di beberapa titik sekitar Gedung Sate.
Saat tiba di Jalan Singaperbangsa, sekitar Dipatiukur, Prima dan Reza melihat ada keributan antara polisi dengan massa yang didominasi berbaju hitam-hitam. Mereka diduga bukan dari kalangan buruh.
Reza dan Prima mengaku melihat massa berbaju hitam tersebut dipukuli oleh polisi. Melihat kejadian tersebut, keduanya langsung membidikan kamera ke arah kejadian tersebut. Setelah pindah lokasi untuk mengabadikan gambar yang lain, Reza tiba-tiba dipiting oleh seorang anggota polisi. Menurut Reza polisi tersebut dari satuan Tim Prabu Polrestabes Bandung.
Pihak kepolisian mengamankan demonstran remaja yang mencoba menyusup aksi buruh di Gedung Sate, Kota Bandung. Mereka pun diketahui melakukan aksi vandalisme terhadap beberapa kendaraan dan fasilitas umum.
Para demonstran yang didominasi anak remaja itu dijaring petugas di beberapa titik sekitar Gedung Sate, Rabu (1/5/2019). Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya keributan dengan warga.
"Kelompok orang berkostum hitam-hitam itu bukan buruh. Identitas hitam-hitam mereka ternyata ada indikasi gesekan dengan buruh. Mereka mencoba menyusup," kata Kapolrestabes Bandung Kombes Irman Sugema.
Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP M Rifai menyatakan ada sekitar 150 remaja yang terlibat aksi vandalime dan penganiayaan. Selain itu, pihaknya sedang mendata perusakan yang dilakukan oleh sekelompok remaja tersebut.
"Kami sudah amankan (massa berkostum hitam-hitam), sebagian di kantor polisi dan di Monumen (Monumen Perjuangan Rakyat Jabar)," kata Rivai.
Polisi tengah mendalami motif dari aksi yang bertepatan dengan peringatan hari buruh tersebut. Sejauh ini, diketahui mereka bergerak berkelompok dari Cikapayang menuju Gedung Sate menyusup aksi buruh. "Mereka menyusupi (aksi buruh) melakukan tindakan anarkis. Motif masih kita dalami," kata Rifai.
Kapolrestabes Bandung Kombes Irman Sugema mengatakan, dugaan ada intimidasi dan penganiayaan terhadap dua wartawan karena yang bersangkutan tidak memakai identitas.
Sebelum peristiwa itu terjadi, pihak polisi sedang mengamankan kelompok remaja berpakaian hitam, terjadi keributan dan aksi kejar-kejaran.
"Mereka (wartawan) tidak menunjukan identitas kan. Mereka (kelompok remaja berpakaian hitam-hitam) ada juga yang mengambil gambar. Jadi kami tidak tau mana yang jurnalis, mana bukan," kata Irman.
Sementara itu, Ketua Tim III Prabu Polrestabes Bandung Ipda Suyanto menegaskan bukan anggotnya yang mengintimidasi dan menganiaya wartawan. Justru, dia yang menolong kamera wartawan tersebut. "Jadi justru saya yang tadi meminta anggota mengembalikan kamera dia (wartawan)," kata Suyanto.
Seperti diberitakan, dugaan aksi kekerasan terhadap wartawan oleh pihak kepolisian mewarnai aksi hari buruh di Kota Bandung. Para aparat hukum ini diduga memukul dan menghapus foto wartawan yang melakukan peliputan.
Peristiwa ini berawal saat fotografer Tempo, Prima Mulia dan jurnalis freelance Iqbal Kusumadireza (Reza) memantau sekaligus meliput aksi buruh di beberapa titik sekitar Gedung Sate.
Saat tiba di Jalan Singaperbangsa, sekitar Dipatiukur, Prima dan Reza melihat ada keributan antara polisi dengan massa yang didominasi berbaju hitam-hitam. Mereka diduga bukan dari kalangan buruh.
Reza dan Prima mengaku melihat massa berbaju hitam tersebut dipukuli oleh polisi. Melihat kejadian tersebut, keduanya langsung membidikan kamera ke arah kejadian tersebut. Setelah pindah lokasi untuk mengabadikan gambar yang lain, Reza tiba-tiba dipiting oleh seorang anggota polisi. Menurut Reza polisi tersebut dari satuan Tim Prabu Polrestabes Bandung.
Pihak kepolisian mengamankan demonstran remaja yang mencoba menyusup aksi buruh di Gedung Sate, Kota Bandung. Mereka pun diketahui melakukan aksi vandalisme terhadap beberapa kendaraan dan fasilitas umum.
Para demonstran yang didominasi anak remaja itu dijaring petugas di beberapa titik sekitar Gedung Sate, Rabu (1/5/2019). Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya keributan dengan warga.
"Kelompok orang berkostum hitam-hitam itu bukan buruh. Identitas hitam-hitam mereka ternyata ada indikasi gesekan dengan buruh. Mereka mencoba menyusup," kata Kapolrestabes Bandung Kombes Irman Sugema.
Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP M Rifai menyatakan ada sekitar 150 remaja yang terlibat aksi vandalime dan penganiayaan. Selain itu, pihaknya sedang mendata perusakan yang dilakukan oleh sekelompok remaja tersebut.
"Kami sudah amankan (massa berkostum hitam-hitam), sebagian di kantor polisi dan di Monumen (Monumen Perjuangan Rakyat Jabar)," kata Rivai.
Polisi tengah mendalami motif dari aksi yang bertepatan dengan peringatan hari buruh tersebut. Sejauh ini, diketahui mereka bergerak berkelompok dari Cikapayang menuju Gedung Sate menyusup aksi buruh. "Mereka menyusupi (aksi buruh) melakukan tindakan anarkis. Motif masih kita dalami," kata Rifai.
(pur)