Bau Menyengat, Warga Tutup TPST Piyungan
A
A
A
BANTUL - Warga sekitar tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Piyungan menutup akses masuk truk pembuang sampah. Langkah ini dilakukan karena bau yang ditimbulkan akibat pembuangan sampah di pinggir jalan. Selain itu berkaitan dengan talud TPST serta perbaikan jalan.
Kordinator Komunitas Pemulung TPST Piyungan, Maryono mengatakan, penutupan sepihak oleh warga ini sebagai dampak belum dikabulkannya beberapa tuntutan dalam aksi serupa pada akhir tahun lalu. Waktu itu para warga menutup TPST karena sudah tidak kuat dengan bau yang ditimbulkan karena semakin ngawurnya pembuangan sampah. "Sekarang kita tutup lagi sejak dua hari ini. Kami tetap memiliki tuntutan yang hanya dijanjikan tanpa ada realisasi ya," katanya kepada wartawan, Senin (25/3/2019).
Dijelaskannya, saat musim penghujan ini, limbah sampah mulai masuk ke areal persawahan di sisi barat. Padahal semestinya ada talud. Talud ini menjadi pembatas lokasi pembuangan dan jalan." Yang terjadi saat ini sampah menumpuk di pinggiran sehingga menutup jalur drainase dan sampai badan jalan. Akhirnya tidak maksimal diolah dan menimbulkan bau," beber dia.
Menurutnya, sebenarnya ada enam tuntutan warga terkait dengan TPST Piyungan tersebut. Di antaranya pengerasan atau pengaspalan jalan utama. Kedua, dibangun ulang talud pembatas area pembuangan dengan jalan sehingga batas-batas pembuangan jelas. Ketiga meminta truk-truk pengangkut sampah tidak membuang sampah di badan jalan. Keempat penyediaan sarana dan prasanan penerangan jalan yang dua tahun terakhir mati.
"Kami juga butuh fogging nyamuk dan lalat dilakukan ulang sesuai janji dimana dua minggu sekali. Kemudian kami juga menuntut kompensasi berupa apapun kepada pemerintah kepada setiap KK. Sejak kehadiran TPST ini, kami tidak pernah mendapatkan kompensasi,” tandasnya diamini para warga.
Kasus penutupan TPST Piyungan ini pun sampai ke pimpinan DPRD DIY .Ketua DPRD DIY Yoeke Indra Agung Laksana langsung sidak ke TPST Piyungan.
Setelah mendengar keluhan warga dan melihat langsung ke lokasi, Yoeke berjanji akan mengawal serius permasalahan ini. "Ini persoalan serius dan kita akan cari solusi baik jangka pendek, menengah dan panjang," ucapnya sesuai meninjau lokasi.
Saat dialog dengan perwakilan warga, politisi PDIP ini berjanji akan mendesak Pemda DIY untuk segera bertindak. "Paling tidak sementara sewa ekskavator untuk memindah sampah yang di pinggir jalan dan menutup drainase," ulasnya.
Diakuinya permasalahan sampah di di TPST Piyungan ini tidak bisa ditangani oleh satu wilayah saja. Namun Pemerintah tiga daerah (Sleman, Kota Yogyakarta, dan Bantul) harus turut dilibatkan." Tidak hanya itu, saya kira sudah saatnya Pemda DI Yogyakarta mempertimbangkan penggunaan teknologi terbarukan dalam pengelolahan sampah,” ujarnya.
Yoeke menambahkan, dengan luasan hanya 12.5 hektar, dimana 10 hektar dikhususkan untuk sampah jelas kan over load. Apalagi, setiap hari rata - rata 600 ton sampah dibuang di lokasi tersebut. "Dalam waktu tidak lebih dari lima tahun akan melebihi kapasitas," lanjut dia.
Untuk itu, penggunaan teknologi pengolahan limbah seperti yang ditawarkan investor beberapa waktu lalu bisa di kaji kembali. Namun demikian, solusi terdekat harus dilakukan “Saya berharap apa yang dikeluhkan warga ini bisa segera direspon Pemda. Karena saya dengar saat ini sampah-sampah di seluruh pasar di Kota Yogyakarta sudah menumpuk dan menganggu pemandangan,” katanya.
Kordinator Komunitas Pemulung TPST Piyungan, Maryono mengatakan, penutupan sepihak oleh warga ini sebagai dampak belum dikabulkannya beberapa tuntutan dalam aksi serupa pada akhir tahun lalu. Waktu itu para warga menutup TPST karena sudah tidak kuat dengan bau yang ditimbulkan karena semakin ngawurnya pembuangan sampah. "Sekarang kita tutup lagi sejak dua hari ini. Kami tetap memiliki tuntutan yang hanya dijanjikan tanpa ada realisasi ya," katanya kepada wartawan, Senin (25/3/2019).
Dijelaskannya, saat musim penghujan ini, limbah sampah mulai masuk ke areal persawahan di sisi barat. Padahal semestinya ada talud. Talud ini menjadi pembatas lokasi pembuangan dan jalan." Yang terjadi saat ini sampah menumpuk di pinggiran sehingga menutup jalur drainase dan sampai badan jalan. Akhirnya tidak maksimal diolah dan menimbulkan bau," beber dia.
Menurutnya, sebenarnya ada enam tuntutan warga terkait dengan TPST Piyungan tersebut. Di antaranya pengerasan atau pengaspalan jalan utama. Kedua, dibangun ulang talud pembatas area pembuangan dengan jalan sehingga batas-batas pembuangan jelas. Ketiga meminta truk-truk pengangkut sampah tidak membuang sampah di badan jalan. Keempat penyediaan sarana dan prasanan penerangan jalan yang dua tahun terakhir mati.
"Kami juga butuh fogging nyamuk dan lalat dilakukan ulang sesuai janji dimana dua minggu sekali. Kemudian kami juga menuntut kompensasi berupa apapun kepada pemerintah kepada setiap KK. Sejak kehadiran TPST ini, kami tidak pernah mendapatkan kompensasi,” tandasnya diamini para warga.
Kasus penutupan TPST Piyungan ini pun sampai ke pimpinan DPRD DIY .Ketua DPRD DIY Yoeke Indra Agung Laksana langsung sidak ke TPST Piyungan.
Setelah mendengar keluhan warga dan melihat langsung ke lokasi, Yoeke berjanji akan mengawal serius permasalahan ini. "Ini persoalan serius dan kita akan cari solusi baik jangka pendek, menengah dan panjang," ucapnya sesuai meninjau lokasi.
Saat dialog dengan perwakilan warga, politisi PDIP ini berjanji akan mendesak Pemda DIY untuk segera bertindak. "Paling tidak sementara sewa ekskavator untuk memindah sampah yang di pinggir jalan dan menutup drainase," ulasnya.
Diakuinya permasalahan sampah di di TPST Piyungan ini tidak bisa ditangani oleh satu wilayah saja. Namun Pemerintah tiga daerah (Sleman, Kota Yogyakarta, dan Bantul) harus turut dilibatkan." Tidak hanya itu, saya kira sudah saatnya Pemda DI Yogyakarta mempertimbangkan penggunaan teknologi terbarukan dalam pengelolahan sampah,” ujarnya.
Yoeke menambahkan, dengan luasan hanya 12.5 hektar, dimana 10 hektar dikhususkan untuk sampah jelas kan over load. Apalagi, setiap hari rata - rata 600 ton sampah dibuang di lokasi tersebut. "Dalam waktu tidak lebih dari lima tahun akan melebihi kapasitas," lanjut dia.
Untuk itu, penggunaan teknologi pengolahan limbah seperti yang ditawarkan investor beberapa waktu lalu bisa di kaji kembali. Namun demikian, solusi terdekat harus dilakukan “Saya berharap apa yang dikeluhkan warga ini bisa segera direspon Pemda. Karena saya dengar saat ini sampah-sampah di seluruh pasar di Kota Yogyakarta sudah menumpuk dan menganggu pemandangan,” katanya.
(pur)