Kementerian ESDM-Verifikator Independen Verifikasi Smelter Pb dan Zinc PT KPC

Jum'at, 08 Maret 2019 - 15:47 WIB
Kementerian ESDM-Verifikator...
Kementerian ESDM-Verifikator Independen Verifikasi Smelter Pb dan Zinc PT KPC
A A A
KOTAWARINGIN BARAT - Direktorat Jenderal (Ditjen) Minerba Kementerian ESDM bersama verifikator independen, PT Surveyor Indonesia telah melakukan verifikasi pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) timbal (Pb) dan seng (Zinc), PT Kapuas Prima Coal (KPC) Tbk di Kelurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) pada 5 Maret 2019 lalu.
Kementerian ESDM-Verifikator Independen Verifikasi Smelter Pb dan Zinc PT KPC

Smelter Pb dan Zinc ini pertama dan terbesar di Indonesia yang dibangun PT Kapuas Prima Coal (KPC) di wilayah Kalteng yang nantinya akan menyerap ribuan tenaga kerja di Kalteng.

Kepala Seksi Pengawasan Operasi dan Produksi, Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Hendri Julianto mengatakan, pihaknya melakukan verifikasi smelter Pb dan Zinc per enam bulan ke PT KPC untuk memastikan alat roasting berjalan dengan baik dan sesuai target.

"Sudah kita verifikasi, nanti tugasnya verifikator Surveyor Indonesia untuk menilai kemajuan tugas," ujar Hendra, kepada MNC Media, Jumat (8/3/2019).

Ketua Tim Verifikator Surveyor Indonesia, Irman Bustaman mengatakan, pihaknya melakukan verifikasi berkala kepada perusahaan PT KPC yang membangun smelter Pb dn Zinc merupakan suatu kewajiban dari Peraturan Kementerian ESDM. Dalam aturan, setiap perusahaan yang membangun smelter harus melakukan verifikasi secara berkala setiap 6 bulan sekali.

"Dilihat dari kemajuannya, sebagai syarat perusahaan untuk mengekspor bahan baku PT KPC sudah hampir selesai, jadi tidak perlu verifikasi. Dari hasil verifikasi, PT KPC sudah bisa melakukan ekspor hasil produksi dan bahan mentah hingga akhir tahun 2021," ungkap Irman.

Sementara itu, Direktur Operasional PT Kapuas Prima Coal Tbk, Padli Noor menyampaikan, PT Kapuas Prima Coal Tbk sebagai holding yang membawahi dua smelter yakni Smelter Timbal (Pb) dengan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus pengolahan dan pemurnian PT Kapuas Prima Citra sampai hasil verifikasi terakhir sudah mencapai progres 99,28%.

"Tinggal finishing sedikit lagi, sementara untuk smelter Zinc PT Kobar Lamandau Mineral Smelter Seng (Zn) itu sekitar 23% dan target kita selesai pada 2020. Untuk smelter Pb tadi kita berharap bisa berproduksi di tahun ini. Kendalanya hanya tinggal menunggu proses izin pelepasan kawasan hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)," kata Padli.

Menurut Padli, Smelter Pb nantinya akan memproduksi sekitar 20.000 ton timbal bullion per tahun. Bullion tersebut dalam bentuk batangan dan murni 99% serta sudah siap untuk pasar domestik. "Jadi bisa digunakan untuk pabrik yang memproduksi batrai dan accu untuk industri elektronik dan pesawat terbang,” timpalnya.

Sedangkan untuk smelter Zinc kapasitasnya akan lebih besar sekitar 32.000 ton konsentrat dalam setahun dengan kadar murni 99%. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia saat ini masih defisit dan setiap tahunnya masih mengimpor sekitar 300 ribu Zinc.

"Kalau kita bisa mnyelesaikan pembangunan smelter pertama ini di Indonesia, kita tidak perlu lagi mengimpor, karena kita sudah bisa memenuhi kuota dalam negeri," tandasnya.

Padli berharap dengan hasil produksi tersebut para pabrikan yang menggunakan bahan baku baik itu bullion Pb, Ingot Zinc dan seng oxide bisa membangun industri baru di Kabupaten Kobar, Provinsi Kalteng.

"Untuk PT Angkasa Citra Lestari merupakan pabrik pengolahan Zinc Oxyde (ZnO) berguna dalam industri kedokteran dan kesehatan, serta untuk pelapis keramik mahal. Harapan kita juga dengan produksi ini bisa menarik perusahan farmasi dan kosmetik dari perusahaan kita,” ujarnya.

Nilai tambah yang lain lanjut Padli, apabila kedua pabrik sudah beroperasi akan menghasilkan asam sulfida dan akan membangun lagi pabrik untuk pupuk kieserite (organik).

"Keunggulannya, selama ini di Indonesia pupuk kieserite di import, kalau kita bangun pabrik sendiri di Kotawaringin Barat, kita bisa bersaing harga pupuk dan penggunaannya banyak sekali di Kalteng ini. Jadi harapan kita dengan adanya integrasi tiga pabrik plus produksi pupuk tadi mampu menyerap tenaga kerja," pungkasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1337 seconds (0.1#10.140)