Hidup Sendiri, Janda Renta di Majalengka Ini Memprihatinkan
A
A
A
MAJALENGKA - Kondisi memprihatinkan dialami nenek renta berusia 82 tahun bernama Arkiyem. Di usianya yang sudah uzur, dia terpaksa harus tinggal di gubuk sempit dan reot seorang diri, di Lingkungan Sindang Sari, RT 06/03, kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan/Kabupaten Majalengka.
Pantauan SINDOnews, rumah berukuran sekitat 6x3 meter itu memang beratap genteng, seperti kebanyakan rumah yang ada di sekitarnya. Namun, dilihat secara keseluruhan, rumah itu jauh dari kata layak huni.
Dinding-dinding rumah mengunakan Plafom GRC, bukan batu bata seperti pada umumnya. Begitu juga bagian lantai. Jangankan keramik, rumah itu bahkan tidak menggunakan ubin, hanya ada tanah liat. Kondisi langi-langit semakin menguatkan kesan memprihatinkan itu.
Di bagian dalam rumah, terlihat pagar sebagai langit-langit. Itu pun tidak utuh, dan kondisinya sudah lapuk. Rumah sendiri dibagi menjadi dua bagian, yakni dapur dan ruang tidur. Tempat untuk kebutuhan buang air atau WC, tidak ditemukan di sana.
Selain dua kamar ruangan, rumah itu memang memiliki teras. Namun, beranda tersebut lagi-lagi sekadar teras, yang hanya dipenuhi oleh barang-barang hasil si nenek memulung.
Kondisi memprihatinkan Nenek Arkiyem seolah kian lengkap dengan statusnya sebagai penghuni tunggal. Di usianya yang selayaknya ditemani oleh orang-oramg tercinta, Arkiyem justru hidup sebatang kara. "Tidak punya anak, bapak (suami) meninggal. Sendirian saja," kata Nenek Arkiyem, dengan mwnggunkan bahasa Sunda, Rabu (5/2/2019).
Untuk bertahan hidup sehari-hari, Arkiyem hanya mengandalkan Kapuk atau botol bekas yang ada di pekarangan. Itu pun jika kapuk atau botol-botol bekas itu ada, dan ada pihak pembeli. "Nyari kapuk dari kebun tetangga sama botol-botol bekas. Kapuk dijual satu karung, ya (harganya) sedikasihnya aja. Kalau nggak ada (kapuk dan botol), ya diem saja," papar dia.
Kegetiran nasib Arkiyem semakin terasa ketika memasuki musim hujan seperti sekarang ini. Dengan kondisi rumah seperti itu, tentunya tidak bisa melindungi bagian dalamnya dari cipratan dan rembasan air hujan. "Ya kalau hujan mah bocor," jelas dia.
Kondisi Arkiyem tersebut, mengundang keprihatinan dari warga sekitar. Meski pun tidak setiap hati, tetapi ada saja warga yang memberinya makan. "Kalau nggak ada yang ngasih, biasa dia ke rumah. Sebelumnya saya rutin ngirim makan ke sini, tapi karena suka ada yang ngasih, dia nya bilang 'tidak usah dikirim, nanti kalau nggak ada yang ngasih, saya ke rumah.' akhirna ya sudah, tidak rutin kirim lagi," kata ketua RT 06, Didi Muhdi.
Potret kehidupan Arkiyem sendiri sempat ramai jadi pembicaraan di facebook dalam beberapa hari terakhir, setelah ada yang mengunggah foto rumahnya. Walhasil, unggahan itu pun sukses mencuri perhatian dari banyak orang.
Lurah Sindang Kasih, Bendi Supriadi mengaku sudah menyampaikan kondisi salah satu warganya itu ke sejumlah Dinas. Masuk ke dalam program perbaikan Rutilahu, adalah salah satu goal yang ingin dicapai dari laporan itu.
"Kami sudah laporkan ke Dinsos, diajukan agar masuk ke dalam daftar penerima perbaikan Rutilahu. Selain itu, untuk sehari-hari kami ajukan juga ke program Rantang Kanyaah (program memberi makan untuk masyarakat tidak mampu dari Dinsos)," jelas dia.
Sementara, untuk kebutuhan sehari-hari, Arikyem bisa dikatakan di bawah tanggung jawab dari ketua RT setempat. Hal itu lantaran selama ini kebutuhan Arkiyem, seperti makan, memang dipenuhi ketua RT itu.
Pantauan SINDOnews, rumah berukuran sekitat 6x3 meter itu memang beratap genteng, seperti kebanyakan rumah yang ada di sekitarnya. Namun, dilihat secara keseluruhan, rumah itu jauh dari kata layak huni.
Dinding-dinding rumah mengunakan Plafom GRC, bukan batu bata seperti pada umumnya. Begitu juga bagian lantai. Jangankan keramik, rumah itu bahkan tidak menggunakan ubin, hanya ada tanah liat. Kondisi langi-langit semakin menguatkan kesan memprihatinkan itu.
Di bagian dalam rumah, terlihat pagar sebagai langit-langit. Itu pun tidak utuh, dan kondisinya sudah lapuk. Rumah sendiri dibagi menjadi dua bagian, yakni dapur dan ruang tidur. Tempat untuk kebutuhan buang air atau WC, tidak ditemukan di sana.
Selain dua kamar ruangan, rumah itu memang memiliki teras. Namun, beranda tersebut lagi-lagi sekadar teras, yang hanya dipenuhi oleh barang-barang hasil si nenek memulung.
Kondisi memprihatinkan Nenek Arkiyem seolah kian lengkap dengan statusnya sebagai penghuni tunggal. Di usianya yang selayaknya ditemani oleh orang-oramg tercinta, Arkiyem justru hidup sebatang kara. "Tidak punya anak, bapak (suami) meninggal. Sendirian saja," kata Nenek Arkiyem, dengan mwnggunkan bahasa Sunda, Rabu (5/2/2019).
Untuk bertahan hidup sehari-hari, Arkiyem hanya mengandalkan Kapuk atau botol bekas yang ada di pekarangan. Itu pun jika kapuk atau botol-botol bekas itu ada, dan ada pihak pembeli. "Nyari kapuk dari kebun tetangga sama botol-botol bekas. Kapuk dijual satu karung, ya (harganya) sedikasihnya aja. Kalau nggak ada (kapuk dan botol), ya diem saja," papar dia.
Kegetiran nasib Arkiyem semakin terasa ketika memasuki musim hujan seperti sekarang ini. Dengan kondisi rumah seperti itu, tentunya tidak bisa melindungi bagian dalamnya dari cipratan dan rembasan air hujan. "Ya kalau hujan mah bocor," jelas dia.
Kondisi Arkiyem tersebut, mengundang keprihatinan dari warga sekitar. Meski pun tidak setiap hati, tetapi ada saja warga yang memberinya makan. "Kalau nggak ada yang ngasih, biasa dia ke rumah. Sebelumnya saya rutin ngirim makan ke sini, tapi karena suka ada yang ngasih, dia nya bilang 'tidak usah dikirim, nanti kalau nggak ada yang ngasih, saya ke rumah.' akhirna ya sudah, tidak rutin kirim lagi," kata ketua RT 06, Didi Muhdi.
Potret kehidupan Arkiyem sendiri sempat ramai jadi pembicaraan di facebook dalam beberapa hari terakhir, setelah ada yang mengunggah foto rumahnya. Walhasil, unggahan itu pun sukses mencuri perhatian dari banyak orang.
Lurah Sindang Kasih, Bendi Supriadi mengaku sudah menyampaikan kondisi salah satu warganya itu ke sejumlah Dinas. Masuk ke dalam program perbaikan Rutilahu, adalah salah satu goal yang ingin dicapai dari laporan itu.
"Kami sudah laporkan ke Dinsos, diajukan agar masuk ke dalam daftar penerima perbaikan Rutilahu. Selain itu, untuk sehari-hari kami ajukan juga ke program Rantang Kanyaah (program memberi makan untuk masyarakat tidak mampu dari Dinsos)," jelas dia.
Sementara, untuk kebutuhan sehari-hari, Arikyem bisa dikatakan di bawah tanggung jawab dari ketua RT setempat. Hal itu lantaran selama ini kebutuhan Arkiyem, seperti makan, memang dipenuhi ketua RT itu.
(nag)