Ini Dampak Akibat Tumpahnya 400 Ton Minyak Sawit di Buton Selatan
A
A
A
BUTON SELATAN - Tumpahan sekitar 400 ton minyak sawit mentah di Perairan Buton Selatan, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara (Sultra) merusak sejumlah biota laut. Tumpahan minyak sawit itu terjadi akibat kapal tanker karam sejak sebulan terakhir yang juga menimbulkan bau menyengat.
Data dari Dinas Lingkungan hidup setempat sekitar radius 2 kilometer terkena dampak dari tumpahan minyak tersebut. Minyak yang keluar dari lambung kapal tumpah dan menyebar hingga di bibir pantai.
Warga setempat menemukan sejumlah biota laut mati seperti ikan-ikan kecil, udang , gurita, kerang-kerang hingga lamun. La Nusia warga setempat mengatakan, ada tiga desa terkena dampak langsung dari tumpahan minyak tersebut.
"Saat ini pantai di tiga desa yakni Majapahit, Lampanairi dan Bola sudah hilang bentuknya dari warna putih menjadi warna hitam dan membusuk . Warga juga mengeluhkan gangguan kesehatan seperti sesak nafas, mual dan pusing-pusing," kata dia, Senin (21/1/2019).
Menurut Yunita warga Desa Majapahit, bau yang menyengat selalu saja tercium apalagi jika tertiup angin. Bau tersebut masuk ke dalam rumah warga. “Saya terkadang memilih meninggalkan rumah ketimbang tersiksa mencium bau dari tumpahan minyak tersebut,” timpalnya.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup Buton Selatan La Ode Mpute mengatakan, pihaknya sudah mengirim sampel tumbahan minyak ke laboratorium Provinsi Sultra dan kementerian terkait.
Kemerterian Lingkungan Hidup pun juga telah turun untuk melihat langsung kondisi tumpahan minyak tersebut.
Dinas Lingkungan Hidup setempat tidak menampik terkait dari keluhan warga yang terkena dampak tersebut. Pihak pemilik kapal juga telah melakukan pembersihan tumpahan minyak walaupun belum maksimal.
Data dari Dinas Lingkungan hidup setempat sekitar radius 2 kilometer terkena dampak dari tumpahan minyak tersebut. Minyak yang keluar dari lambung kapal tumpah dan menyebar hingga di bibir pantai.
Warga setempat menemukan sejumlah biota laut mati seperti ikan-ikan kecil, udang , gurita, kerang-kerang hingga lamun. La Nusia warga setempat mengatakan, ada tiga desa terkena dampak langsung dari tumpahan minyak tersebut.
"Saat ini pantai di tiga desa yakni Majapahit, Lampanairi dan Bola sudah hilang bentuknya dari warna putih menjadi warna hitam dan membusuk . Warga juga mengeluhkan gangguan kesehatan seperti sesak nafas, mual dan pusing-pusing," kata dia, Senin (21/1/2019).
Menurut Yunita warga Desa Majapahit, bau yang menyengat selalu saja tercium apalagi jika tertiup angin. Bau tersebut masuk ke dalam rumah warga. “Saya terkadang memilih meninggalkan rumah ketimbang tersiksa mencium bau dari tumpahan minyak tersebut,” timpalnya.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup Buton Selatan La Ode Mpute mengatakan, pihaknya sudah mengirim sampel tumbahan minyak ke laboratorium Provinsi Sultra dan kementerian terkait.
Kemerterian Lingkungan Hidup pun juga telah turun untuk melihat langsung kondisi tumpahan minyak tersebut.
Dinas Lingkungan Hidup setempat tidak menampik terkait dari keluhan warga yang terkena dampak tersebut. Pihak pemilik kapal juga telah melakukan pembersihan tumpahan minyak walaupun belum maksimal.
(sms)