Ombak Tinggi, Masyarakat Minahasa Diminta Waspadai Cuaca Ekstrem
A
A
A
MINAHASA SELATAN - Masyarakat di Minahasa Selatan (Minsel) dimbau untuk mewaspadai cuaca ekstrem yang melanda wilayah itu maupun Minahasa Tenggara (Mitra).
Kapolres Minsel, AKBP F.X. Winardi Prabowo menyatakan, atensi khusus terhadap kondisi curah hujan berintensitas tinggi disertai angin kencang, khususnya di wilayah pesisir pantai menjadi salah satu perhatiannya.
"Cuaca ekstrem tersebut mengakibatkan terjadinya gelombang pasang air laut," ujarnya di Minahasa Selatan, Sabtu (29/12/2018).
Untuk itu, pihaknya mengimbau seluruh masyarakat terutama yang bermukim di wilayah pesisir pantai, untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Agar tetap tenang namun jangan lengah, tingkatkan kewaspadaan dan kepekaan mengantisipasi kemungkinan terburuk terkait dinamika cuaca saat ini," katanya.
Winardi juga meminta para nelayan untuk tidak melaut, mengingat tingginya gelombang air laut saat ini.
"Utamakan faktor keselamatan, kalau tidak memungkinkan untuk mencari ikan di laut, jangan dipaksakan," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG, Ricky Daniel Aror menjelaskan secara klimatologi, kecepatan angin dan gelombang di wilayah perairan Sulut (termasuk di dalamnya daerah Minsel) cenderung tinggi di bulan Desember bahkan hingga Februari.
Ditambah lagi kata dia, ada sirkulasi tekanan rendah di sekitar Filipina yang secara tidak langsung meningkatkan kecepatan angin dan semakin memicu gelombang tinggi di wilayah Sulut.
Menurut Ricky Daniel Aror secara umum sejak Jumat 28 Desember 2018 merupakan puncak angin dan gelombang tertinggi.
"Hari ini hingga Minggu 30 Desember 2018 diprakirakan akan mengalami penurunan kecepatan angin dan gelombang. Namun setelah tanggal 30 Desember akan kembali naik tapi tidak setinggi hari ini," pungkasnya.
Kapolres Minsel, AKBP F.X. Winardi Prabowo menyatakan, atensi khusus terhadap kondisi curah hujan berintensitas tinggi disertai angin kencang, khususnya di wilayah pesisir pantai menjadi salah satu perhatiannya.
"Cuaca ekstrem tersebut mengakibatkan terjadinya gelombang pasang air laut," ujarnya di Minahasa Selatan, Sabtu (29/12/2018).
Untuk itu, pihaknya mengimbau seluruh masyarakat terutama yang bermukim di wilayah pesisir pantai, untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Agar tetap tenang namun jangan lengah, tingkatkan kewaspadaan dan kepekaan mengantisipasi kemungkinan terburuk terkait dinamika cuaca saat ini," katanya.
Winardi juga meminta para nelayan untuk tidak melaut, mengingat tingginya gelombang air laut saat ini.
"Utamakan faktor keselamatan, kalau tidak memungkinkan untuk mencari ikan di laut, jangan dipaksakan," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG, Ricky Daniel Aror menjelaskan secara klimatologi, kecepatan angin dan gelombang di wilayah perairan Sulut (termasuk di dalamnya daerah Minsel) cenderung tinggi di bulan Desember bahkan hingga Februari.
Ditambah lagi kata dia, ada sirkulasi tekanan rendah di sekitar Filipina yang secara tidak langsung meningkatkan kecepatan angin dan semakin memicu gelombang tinggi di wilayah Sulut.
Menurut Ricky Daniel Aror secara umum sejak Jumat 28 Desember 2018 merupakan puncak angin dan gelombang tertinggi.
"Hari ini hingga Minggu 30 Desember 2018 diprakirakan akan mengalami penurunan kecepatan angin dan gelombang. Namun setelah tanggal 30 Desember akan kembali naik tapi tidak setinggi hari ini," pungkasnya.
(mhd)