Kisah Atlet Surfing Pangandaran Selamat dari Tsunami Pantai Carita
A
A
A
PANGANDARAN - Tsunami di Pantai Carita pada Sabtu 22 Desember 2018 menjadi kisah pahit bagi para atlet surfing dari Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran.
Seksi Kepelatihan Batukaras Surf Club (BSC) Gilang Ma'rifatullah mengatakan, saat tsunami terjadi, rombongan atlet surfing dari BSC baru saja selesai menerima hadiah event Carita Surf Festival.
"Kejadian tsunami terjadi sekitar pukul 21.30 WIB, kami sebanyak 12 orang sedang berada di tepi pantai," kata Gilang, Kamis 27 Desember 2018.
Tiba-tiba datang ombak setinggi 1,5 meter dan dalam hitungan kurang satu menit datang ombak ke dua setinggi 3 meter. "Setelah ombak ke dua kami refleks masuk ke dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari tepi pantai," tambahnya.
Setelah berada dalam mobil, ombak ke tiga menghantam mobil kami hingga terangkat dan bergeser beberapa meter ke tepi sungai. "Saya panik dan langsung keluar dari mobil menyeburkan diri ke sungai sebrang laut," papar Gilang.
Gilang menjelaskan, selama berada dalam sungai kurang lebih 20 menit dirinya mencari akar pohon untuk berpegangan agar badannya tidak terbawa arus. "Kami hanya memegang akar ukuran jari, disitu saya berperang melawan keadaan untuk bertahan dalam ancaman maut," jelasnya.
Akhirnya berkat Gilang berpegangan ke akar berukuran jari itu bisa mendarat dan mencari teman atlet surfing yang lainnya. "Sementara mobil rental yang kami gunakan untuk rombongan atlit surfing kondisinya rusak parah," terang Gilang.
Gilang menerangkan, dari kejadian tsunami tersebut, rombongan atlet surfing dari Kabupaten Pangandaran mengalami kerugian kurang lebih Rp60 juta karena kerusakan mobil yang sangat parah dan papan surfing yang rusak.
Seksi Kepelatihan Batukaras Surf Club (BSC) Gilang Ma'rifatullah mengatakan, saat tsunami terjadi, rombongan atlet surfing dari BSC baru saja selesai menerima hadiah event Carita Surf Festival.
"Kejadian tsunami terjadi sekitar pukul 21.30 WIB, kami sebanyak 12 orang sedang berada di tepi pantai," kata Gilang, Kamis 27 Desember 2018.
Tiba-tiba datang ombak setinggi 1,5 meter dan dalam hitungan kurang satu menit datang ombak ke dua setinggi 3 meter. "Setelah ombak ke dua kami refleks masuk ke dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari tepi pantai," tambahnya.
Setelah berada dalam mobil, ombak ke tiga menghantam mobil kami hingga terangkat dan bergeser beberapa meter ke tepi sungai. "Saya panik dan langsung keluar dari mobil menyeburkan diri ke sungai sebrang laut," papar Gilang.
Gilang menjelaskan, selama berada dalam sungai kurang lebih 20 menit dirinya mencari akar pohon untuk berpegangan agar badannya tidak terbawa arus. "Kami hanya memegang akar ukuran jari, disitu saya berperang melawan keadaan untuk bertahan dalam ancaman maut," jelasnya.
Akhirnya berkat Gilang berpegangan ke akar berukuran jari itu bisa mendarat dan mencari teman atlet surfing yang lainnya. "Sementara mobil rental yang kami gunakan untuk rombongan atlit surfing kondisinya rusak parah," terang Gilang.
Gilang menerangkan, dari kejadian tsunami tersebut, rombongan atlet surfing dari Kabupaten Pangandaran mengalami kerugian kurang lebih Rp60 juta karena kerusakan mobil yang sangat parah dan papan surfing yang rusak.
(wib)