Fosil Gading Gajah Purba Berusia 1,5 Juta Tahun Ditemukan
A
A
A
MAJALENGKA - Sepasang fosil raksasa berupa gading Stegodon (gajah purba) berumur Plestosen Awal atau sekitar 1,5 juta tahun berhasil diangkat tim laboratorium Paleontologi Institut Teknologi Bandung (ITB) di Daerah Majalengka, Jawa Barat. Dari laman Itb.ac.id, ukuran fosil gading yang ditemukan memiliki panjang lurus dari ujung ke ujung gading, sekitar 3,30 meter. Sedangkan panjang lengkung 3,60 meter. Salah seorang ahli Peleontologi ITB Mika R Puspaningrum menjelaskan, dilihat dari besar ukuran gading, Stegodon diperkirakan berjenis kelamin jantan dengan tinggi tubuh lebih dari 3 meter.
Dia memperkirakan, gading Stegodon itu hewan dewasa bahkan sudah sangat tua. Hal itu terlihat dari ujung gading yang sudah aus atau berbentuk pipih.
"Spesies ini kemungkinan trigonocephalus yang ada di Jawa, tepatnya saat pulau Jawa ini baru menjadi daratan. Dari makanan juga lebih banyak daun dan rumput-rumputan," ujar Mika.
Proses pengangkatan fosil tersebut, tergolong perlu proses panjang. Ketua Laboratorium Paleontologi ITB Prof Jahdi Zaim mengatakan, fosil gading Stegodon banyak menemui kendala. Mulai dari cuaca buruk hingga banjir bandang. Karena lokasi penemuan berada di dekat aliran sungai.
"Awalnya fosil itu terlihat hanya kecil. Saat itu, kami terus terang sempat kecewa karena sudah jauh-jauh datang. Akan tetapi temuannya terlihat rusak dan kecil. Akan tetapi setelah tekun melakukan ekskavasi ternyata gading tersebut luar biasa," ungkapnya.
Temuan langka itu dilakukan oleh Jahdi Zaim sebagai Kepala Laboratorium Paleontologi, kemudian dosen, mahasiswa, dan lainnya. Di antaranya Yan Rizal, Aswan, Mika R Puspaningrum, Wahyu D Santoso, Rochim, dan Agus T Hascaryo, dan tenaga lokal dari desa di Majalengka.
Kendati fosil itu menjadi temuan spektakuler, namun pihaknya belum bisa memberitahukan secara detail lokasi penemuan itu. Dia memperkirakan, di sekitar lokasi tersebut juga masih ada fosil-fosil lain termasuk tengkorak Stegodon tersebut.
"Temuan ini sangat spektakuler untuk ITB, untuk Geologi, dan lab kami. Ini merupakan temuan gading di tahun 2018 terbesar di Indonesia," ujarnya.
Tim peneliti lain, Aswan menceritakan, penemuan fosil ini dimulai dari informasi yang diberitahukan oleh penduduk setempat. Bahwa di salah satu bagian tepi sungai ditemukan fosil yang seperti gading. Setelah digali lebih dalam, didapatkan dua pasang fosil.
"Sampai akhirnya kita angkat meskipun tidak utuh dan perlu dilakukan rekonstruksi," ujarnya. Untuk proses pengangkatan juga menggunakan teknik khusus, karena kondisi fosil yang sudah rapuh.
Dia memperkirakan, gading Stegodon itu hewan dewasa bahkan sudah sangat tua. Hal itu terlihat dari ujung gading yang sudah aus atau berbentuk pipih.
"Spesies ini kemungkinan trigonocephalus yang ada di Jawa, tepatnya saat pulau Jawa ini baru menjadi daratan. Dari makanan juga lebih banyak daun dan rumput-rumputan," ujar Mika.
Proses pengangkatan fosil tersebut, tergolong perlu proses panjang. Ketua Laboratorium Paleontologi ITB Prof Jahdi Zaim mengatakan, fosil gading Stegodon banyak menemui kendala. Mulai dari cuaca buruk hingga banjir bandang. Karena lokasi penemuan berada di dekat aliran sungai.
"Awalnya fosil itu terlihat hanya kecil. Saat itu, kami terus terang sempat kecewa karena sudah jauh-jauh datang. Akan tetapi temuannya terlihat rusak dan kecil. Akan tetapi setelah tekun melakukan ekskavasi ternyata gading tersebut luar biasa," ungkapnya.
Temuan langka itu dilakukan oleh Jahdi Zaim sebagai Kepala Laboratorium Paleontologi, kemudian dosen, mahasiswa, dan lainnya. Di antaranya Yan Rizal, Aswan, Mika R Puspaningrum, Wahyu D Santoso, Rochim, dan Agus T Hascaryo, dan tenaga lokal dari desa di Majalengka.
Kendati fosil itu menjadi temuan spektakuler, namun pihaknya belum bisa memberitahukan secara detail lokasi penemuan itu. Dia memperkirakan, di sekitar lokasi tersebut juga masih ada fosil-fosil lain termasuk tengkorak Stegodon tersebut.
"Temuan ini sangat spektakuler untuk ITB, untuk Geologi, dan lab kami. Ini merupakan temuan gading di tahun 2018 terbesar di Indonesia," ujarnya.
Tim peneliti lain, Aswan menceritakan, penemuan fosil ini dimulai dari informasi yang diberitahukan oleh penduduk setempat. Bahwa di salah satu bagian tepi sungai ditemukan fosil yang seperti gading. Setelah digali lebih dalam, didapatkan dua pasang fosil.
"Sampai akhirnya kita angkat meskipun tidak utuh dan perlu dilakukan rekonstruksi," ujarnya. Untuk proses pengangkatan juga menggunakan teknik khusus, karena kondisi fosil yang sudah rapuh.
(sms)