Wali Kota Malang Gagas Sarinah 'Back Design' Ala Society Concordia
A
A
A
MALANG - Malang city heritage menjadi garapan serius Wali Kota Malang Sutiaji. Koridor jalan sepanjang Basuki Rahmat yang lebih populer dengan nama Kayutangan hingga koridor Jalan Merdeka, menjadi salah satu fokus garapannya.
"Koridor ini punya jejak heritage dan nilai nostalgi yang kuat. Ambil contoh gedung Sarinah yang berada di Jalan Merdeka Utara, menjadi "saksi" sejarah mulai jaman kolonial hingga jaman perjuangan," tutur Wali Kota Malang Sutiaji yang kaya gagasan itu.
Dan gedung sarinah kiranya juga akan 'disulap' tepatnya dikuatkan kembali dalam satu konsep kesatuan jejak heritage. "Hari ini (kamis, 15/11 '18), saya telah bertemu dengan pimpinan dan jajaran manajemen PT. Sarinah di Jakarta. Ngobrol punya ngobrol kita memiliki kesamaan visi dalam meng uri uri gedung Sarinah melalui rencana re develop gedung Sarinah seperti pada eranya dulu (society concordia)," tutur pria yang hoby olah raga bulu tangkis tersebut.
"ini masih proses awal. Saya cuma memberikan penguatan pentingnya memperhatikan proses kesejarahan, aspek keselarasan dengan kawasan sekitar, misi pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang harus tetap diusung Sarinah dan tentunya proses proses teknis yang menyertai harus diikuti dengan baik. Pada prinsipnya saya satu misi dengan apa yang ditawarkan Manajemen PT. Sarinah," tambahnya.
Presiden Direktur Sarinah GNP Sugiarta Yasa, menambahkan ide untuk menghidupkan kembali nilai kesejarahan Sarinah Malang, telah menjadi diskusi panjang dari manajemen. "Semakin kuat saat kami (manajemen) mencermati dan memperhatikan dalam berbagai informasi, Wali Kota Malang Bapak Sutiaji berkomitmen membangun Malang Kota Heritage," ujar Sugiarta Yasa.
Dalam jejak rekam sejarahnya, gedung Sarinah Malang awalnya merupakan rumah Bupati Malang pertama, Raden Tumenggung Notodiningrat (1820-1839). Setelah dikuasai Belanda gedung diubah menjadi gedung Societiet Concordia atau gedung rakyat. Gedung menjadi tempat berkumpul, berdansa, menonton pertunjukan kesenian, dan makan malam.
Setelah merdeka, gedung ini menjadi tempat kongres Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada 25 Februari-5 Maret 1947. KNIP merupakan cikal bakal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sejumlah tokoh nasional hadir seperti Sukarno, Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, Edward "Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara, Dr. Soetomo hingga Jenderal Soedirman dan Bung Tomo.
"Memotret itu (nilai tinggi kesejarahan) maka sayang bila itu kita abaikan. Terlebih pada satu kawasan tersebut juga ada gedung gedung bernilai heritage juga, seperti Gedung Bank Indonesia, Kantor Kas dan Perbendaraan Negara, Kantor Pos, Hotel Pelangi, Bank Mandiri (red. dulu Bank Bumi Daya), Masjid Agung Jami, Gereja hingga Toko Oen," tegas Wali Kota Malang, Sutiaji.
"Koridor ini punya jejak heritage dan nilai nostalgi yang kuat. Ambil contoh gedung Sarinah yang berada di Jalan Merdeka Utara, menjadi "saksi" sejarah mulai jaman kolonial hingga jaman perjuangan," tutur Wali Kota Malang Sutiaji yang kaya gagasan itu.
Dan gedung sarinah kiranya juga akan 'disulap' tepatnya dikuatkan kembali dalam satu konsep kesatuan jejak heritage. "Hari ini (kamis, 15/11 '18), saya telah bertemu dengan pimpinan dan jajaran manajemen PT. Sarinah di Jakarta. Ngobrol punya ngobrol kita memiliki kesamaan visi dalam meng uri uri gedung Sarinah melalui rencana re develop gedung Sarinah seperti pada eranya dulu (society concordia)," tutur pria yang hoby olah raga bulu tangkis tersebut.
"ini masih proses awal. Saya cuma memberikan penguatan pentingnya memperhatikan proses kesejarahan, aspek keselarasan dengan kawasan sekitar, misi pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang harus tetap diusung Sarinah dan tentunya proses proses teknis yang menyertai harus diikuti dengan baik. Pada prinsipnya saya satu misi dengan apa yang ditawarkan Manajemen PT. Sarinah," tambahnya.
Presiden Direktur Sarinah GNP Sugiarta Yasa, menambahkan ide untuk menghidupkan kembali nilai kesejarahan Sarinah Malang, telah menjadi diskusi panjang dari manajemen. "Semakin kuat saat kami (manajemen) mencermati dan memperhatikan dalam berbagai informasi, Wali Kota Malang Bapak Sutiaji berkomitmen membangun Malang Kota Heritage," ujar Sugiarta Yasa.
Dalam jejak rekam sejarahnya, gedung Sarinah Malang awalnya merupakan rumah Bupati Malang pertama, Raden Tumenggung Notodiningrat (1820-1839). Setelah dikuasai Belanda gedung diubah menjadi gedung Societiet Concordia atau gedung rakyat. Gedung menjadi tempat berkumpul, berdansa, menonton pertunjukan kesenian, dan makan malam.
Setelah merdeka, gedung ini menjadi tempat kongres Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada 25 Februari-5 Maret 1947. KNIP merupakan cikal bakal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sejumlah tokoh nasional hadir seperti Sukarno, Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, Edward "Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara, Dr. Soetomo hingga Jenderal Soedirman dan Bung Tomo.
"Memotret itu (nilai tinggi kesejarahan) maka sayang bila itu kita abaikan. Terlebih pada satu kawasan tersebut juga ada gedung gedung bernilai heritage juga, seperti Gedung Bank Indonesia, Kantor Kas dan Perbendaraan Negara, Kantor Pos, Hotel Pelangi, Bank Mandiri (red. dulu Bank Bumi Daya), Masjid Agung Jami, Gereja hingga Toko Oen," tegas Wali Kota Malang, Sutiaji.
(nag)