Tinjau Lokasi Banjir, Gubernur Tawarkan Relokasi Sekolah di Madina

Rabu, 14 November 2018 - 10:14 WIB
Tinjau Lokasi Banjir,...
Tinjau Lokasi Banjir, Gubernur Tawarkan Relokasi Sekolah di Madina
A A A
MANDAILING NATAL - Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Edy Rahmayadi mengunjungi SMAN 2 Plus, SMAN 3, SMPN 6 dan SLB di Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), pasca diterjang banjir pekan lalu.

Relokasi sejumlah sekolah dan STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) di dalam komplek pendidikan tersebut ditawarkan menjadi salah satu solusi alternatif untuk menghindari terulangnya bencana serupa di masa yang akan datang.

Dalam kunjungan tersebut, Gubernur Edy Rahmayadi didampingi istri Nawal Lubis, Bupati Madina Dahlan Hasan Nasution, OPD Pemprov Sumut dan Pemkab Madina.

SMAN 2 Plus adalah lokasi pertama yang dikunjungi Gubernur dan rombongan. Sisa-sisa banjir masih jelas terlihat. Selain separuh badan jalan yang tergerus arus sungai, sisa-sisa batang kayu dan lumpur juga masih terlihat di sekitar lingkunga sekolah.

Beberapa bagian pagar sekolah yang menampung 414 siswa tersebut, juga tampak roboh diterjang banjir. Meja, kursi, buku dan peralatan sekolah lainnya juga terendam banjir, bahkan ada yang hanyut terbawa arus.

Gubernur dan rombongan juga meninjau beberapa ruangan kelas. Para siswa tampak duduk dilantai sambil mendengarkan pelajaran yang disampaikan gurunya. Selain menyapa para siswa dan guru, Gubernur juga menanyakan beberapa hal tentang gedung sekolah tersebut, yang beberapa bagian tampak berlumut dan tidak terawat.

"Bagaimana ini, plafonnya kok rendah sekali. Dan gedungnya menurut saya juga sudah tidak layak lagi untuk digunakan," tanya Gubernur kepada Bupati Madina Dahlan Hasan Nasution.

Gubernur pun menawarkan agar SMAN 2 Plus dan beberapa sekolah lainnya direlokasi ke tempat yang lebih aman. Karena, ada banyak siswa yang belajar di sekolah tersebut, yang nyawanya selalu terancam akibat banjir.

"Bagaimana kalau direlokasi. Karena di sini banyak siswa calon generasi muda, yang selalu terancam nyawanya. Mereka adalah masa depan bangsa yang seharusnya dilindungi," ujarnya.

Menurut Edy, pembangunan benteng di sepanjang pinggir sungai bisa juga menjadi solusi alternatif lainnya untuk mengantisipasi banjir. Namun, kalau pun gedung tersebut tidak direlokasi, akan tetapi tetap saja harus direnovasi, karena gedung sekolah yang ditempati sejak 2010 tersebut juga sudah tidak layak untuk tempat belajar.

"Jadi tolong nanti Pak Bupati hitung, kalau memang biaya pembangunan gedung dan benteng lebih besar dari relokasi, yang lebih baik kita relokasi saja," ucap Edy.

Sementara itu, Bupati Madina Dahlan Hasan Nasution menyampaikan, biaya untuk relokasi terlalu mahal. Karena selain SMAN 2 Plus, di lokasi tersebut juga ada SMAN 3, SMPN 6, SDN, SLB dan STAIN. Karena itu, menurut Bupati, pembangunan benteng di sepanjang tepi sungai juga dapat menjadi solusi alternatif untuk melindungi sekolah dari banjir, karena biayanya lebih murah.

"Maaf Pak Gubernur, menurut kami, pembangunan benteng di pinggir sungai sudah cukup untuk mengantisipasi banjir. Meski begitu nanti kita akan buat kalkulasinya, mana yang lebih baik Pak Gubernur," katanya.

Gubernur juga meninjau SMAN 3, SMPN 6 dan SLB. Kondisi yang sama terlihat di tiga sekolah tersebut. Sebagian dinding masih tampak kotor dan lumpur menumpuk di halaman sekolah. Bahkan, di SMAN 3, ruangan Lab Komputer juga ikut terendam banjir. Akibatnya, puluhan komputer yang biasa digunakan siswa untuk belajar tidak dapat dipakai lagi.

Dalam peninjauan itu, Gubernur juga menyerahkan tali asih kepada para siswa korban banjir. Juga kepada keluarga korban meninggal akibat banjir dan longsor di Madina.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5649 seconds (0.1#10.140)