DIY Berpotensi Jadi Trendsetter Inovasi Desa
A
A
A
BANTUL - Kawasan perdesaan di Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY) telah melahirkan berbagai inovasi yang berkontribusi pada kesejahteraan warga desa. Gerakan inovasi tersebut muncul di berbagai bidang mulai dari pariwisata, pertanian, hingga berbagai produk kerajinan.
"Berbagai inovasi yang dimunculkan desa-desa di DIY ini bisa menjadi role model bagi desa-desa lain di Indonesia. Harus kita akui inovasi-inovasi dari berbagai desa di DIY telah berkontribusi secara nyata bagi peningkatan kesejahteraan warga desa setempat," ujar Anggota Tim Advisor Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) Hayono Suyono saat membuka Bursa Inovasi Desa (BID) Kabupaten Bantul, di Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Bantul, Kamis (8/11/2018).
Hayono menjelaskan maraknya berbagai inovasi desa di DIY tidak terlepas dari tingginya tingkat partisipasi masyarakat terhadap proses pembangunan di desa masing-masing. Tingginya kesadaran warga desa tersebut merupakan karakter khas dari penduduk DIY yang selalu responsif terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Selain itu, kondisi sosial politik yang relatif stabil menciptakan iklim kondusif bagi munculnya berbagai inovasi di skala desa.
"DIY relatif adem-ayem dari hiruk-pikuk politik karena adanya keistimewaan penunjukkan gubernur dan wakil gubernur sehingga berbagai program pemerintah bisa dilaksanakan dalam jangka panjang," katanya.
Mantan Menko Kesra di era Orde Baru ini mengatakan DIY sebagai daerah wisata juga ikut mendorong lahirnya berbagai inovasi desa. Menurutnya, tingginya jumlah wisatawan ke DIY memunculkan inisiatif bagi warga untuk menawarkan berbagai produk mereka seperti objek wisata baru, penginapan, kuliner, hingga handycraf.
"Saat ini telah muncul berbagai varian wisata yang muncul dari inisiatif lokal desa, baik di daerah Gunungkidul, Sleman, maupun Bantul. Inovasi-inovasi ini layak ditularkan sebagai role model bagi desa-desa lain di pelosok Nusantara," katanya.
Kendati demikian, Hayono meminta bagi pemangku kepentingan (stakeholder) di DIY tidak cepat berpuas diri dengan capaian yang sudah ada. Menurutnya, saat ini persaingan dalam memunculkan inovasi terus berlangsung di berbagai belahan dunia sehingga dibutuhkan pola pikir kreatif agar tidak tertinggal.
"Pola pikir kreatif ini penting misalnya kegiatan inovasi desa saat ini harus mempertimbangkan konsep Pembangunan tanpa Sampah sehingga dapat dipastikan tidak ada sampah yang terbuang sia-sia, tapi bisa menjadi peluang inovasi baru. Selain itu, terbentuk proses yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," katanya.
Kunjungan para advisor Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi ke Bursa Inovasi Desa Bantul, merupakan rangkaian kegiatan Forum Group Discussion (FGD) bertajuk Pengelolaan Keuangan Desa yang Transparan dan Akuntabel 7-9 November 2018.
Selain Hayono Suyono pada advisor yang hadir dalam kegiatan tersebut adalah Guru Besar Universitas Padjajaran Prof Ilya Avianti, Mantan Komisioner KPK Bibit Samad Rianto, dan Rektor IPMI Jimmy Gani. FGD ini diikuti oleh para pendamping desa, kepala desa, dan pejabat dinas pemberdayaan masyarakat desa.
"Berbagai inovasi yang dimunculkan desa-desa di DIY ini bisa menjadi role model bagi desa-desa lain di Indonesia. Harus kita akui inovasi-inovasi dari berbagai desa di DIY telah berkontribusi secara nyata bagi peningkatan kesejahteraan warga desa setempat," ujar Anggota Tim Advisor Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) Hayono Suyono saat membuka Bursa Inovasi Desa (BID) Kabupaten Bantul, di Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Bantul, Kamis (8/11/2018).
Hayono menjelaskan maraknya berbagai inovasi desa di DIY tidak terlepas dari tingginya tingkat partisipasi masyarakat terhadap proses pembangunan di desa masing-masing. Tingginya kesadaran warga desa tersebut merupakan karakter khas dari penduduk DIY yang selalu responsif terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Selain itu, kondisi sosial politik yang relatif stabil menciptakan iklim kondusif bagi munculnya berbagai inovasi di skala desa.
"DIY relatif adem-ayem dari hiruk-pikuk politik karena adanya keistimewaan penunjukkan gubernur dan wakil gubernur sehingga berbagai program pemerintah bisa dilaksanakan dalam jangka panjang," katanya.
Mantan Menko Kesra di era Orde Baru ini mengatakan DIY sebagai daerah wisata juga ikut mendorong lahirnya berbagai inovasi desa. Menurutnya, tingginya jumlah wisatawan ke DIY memunculkan inisiatif bagi warga untuk menawarkan berbagai produk mereka seperti objek wisata baru, penginapan, kuliner, hingga handycraf.
"Saat ini telah muncul berbagai varian wisata yang muncul dari inisiatif lokal desa, baik di daerah Gunungkidul, Sleman, maupun Bantul. Inovasi-inovasi ini layak ditularkan sebagai role model bagi desa-desa lain di pelosok Nusantara," katanya.
Kendati demikian, Hayono meminta bagi pemangku kepentingan (stakeholder) di DIY tidak cepat berpuas diri dengan capaian yang sudah ada. Menurutnya, saat ini persaingan dalam memunculkan inovasi terus berlangsung di berbagai belahan dunia sehingga dibutuhkan pola pikir kreatif agar tidak tertinggal.
"Pola pikir kreatif ini penting misalnya kegiatan inovasi desa saat ini harus mempertimbangkan konsep Pembangunan tanpa Sampah sehingga dapat dipastikan tidak ada sampah yang terbuang sia-sia, tapi bisa menjadi peluang inovasi baru. Selain itu, terbentuk proses yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," katanya.
Kunjungan para advisor Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi ke Bursa Inovasi Desa Bantul, merupakan rangkaian kegiatan Forum Group Discussion (FGD) bertajuk Pengelolaan Keuangan Desa yang Transparan dan Akuntabel 7-9 November 2018.
Selain Hayono Suyono pada advisor yang hadir dalam kegiatan tersebut adalah Guru Besar Universitas Padjajaran Prof Ilya Avianti, Mantan Komisioner KPK Bibit Samad Rianto, dan Rektor IPMI Jimmy Gani. FGD ini diikuti oleh para pendamping desa, kepala desa, dan pejabat dinas pemberdayaan masyarakat desa.
(amm)