Mahasiswi Cantik Ini Tampil Maksimal Bawakan Lagu Keroncong
A
A
A
YOGYAKARTA -
Pekan Seni Mahasiswa (Peksiminas) ke 14 mendapat sambutan antusias dari mahasiswa. Tak kurang 1.400 mahasiswa dari 34 provinsi bersaing dalam acara yang melombakan 16 tangkai seni.
Salah satu tangkai seni yang mendapat sambutan antusias peserta adalah lomba keroncong yang digelar di Concer Hall Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Salah satu peserta dari Universitas Cendrawasih Papua, Yuni (20), mengaku sangat bangga bisa mengikuti event ini. Menurutnya persiapan yang hanya dua minggu tidak menghalanginya untuk bisa tampil maksimal.
“Saya hanya belajar dari youtube, tidak ada gurunya. Maklum di Papua jarang ada musik keroncong beda dengan di Jawa,” ujarnya seusai pentas di Peksiminas lomba Menyanyi Keroncong di Konser Hall ISI Yogyakarta, Kamis (18/10/2018).
Meski persiapan mepet, Yuni optimistis mampu berprestasi dalam ajang tersebut. Dalam kesempatan itu dirinya mengakui bahwa imej musik keroncong jadul dan tidak kekinian. Penyanyi di paduan Gereja ini juga mengaku jika teman-teman sebayanya memang lebih suka lagu-lagu pop atau msuik jazz.
“Di kalangan anak muda memang keroncong kurang populer. Mulai redup. Event seperti ini bagus untuk mengenalkan keroncong kepada anak muda,” terangnya.
Hal yang sama diungkapkan Ni Made Diahpujawati perwakilan peserta lomba keroncong putri dari Provinsi Bali. Mahasiswi ISI Denpasar ini mengaku menekuni musik keroncong karena saat ini musik keroncong makin ditinggalkan generasi muda. “Bagi saya musik keroncong ini ‘ibunya musik’. Karena cengkoknya memang susah dibanding jenis musik yang lain,” jelasnya.
Dalam pentas kemarin Ni Made tampil cukup memukau penonton dengan melantunkan lagu Keroncong Tanah Air. “Saya memang suka menyanyi sejak kecil termasuk keroncong,” tegasnya.
Ni Made mengakui lagu Keroncong dianggap kuno dan kurang bergengsi namun baginya tingkat kesulitan manyanyikan lagu keroncong menjadi tantangan tersendiri. “Banyak teman saya yang mempertanyakan kenapa saya memilih jalur musik keroncong,” terang pemenang Bintang Radio Lagu Keroncong 2014 di Kupang ini.
Ketua Panitia Peksiminas Drs Anusapati MFA menyebut gelaran Peksiminas kali ini sangat istimewa. Jika sebelumnya tuan rumah acara Peksiminas hanya dilakukan oleh satu kampus, namun tahun 2018 ini penyelenggara Peksiminas “keroyokan” bersama kampus di DIY lainnya seperti UGM, UAD,UAJY, USD, AKINDO, UKDW, STPMD, dan ISI.
Pekan Seni Mahasiswa (Peksiminas) ke 14 mendapat sambutan antusias dari mahasiswa. Tak kurang 1.400 mahasiswa dari 34 provinsi bersaing dalam acara yang melombakan 16 tangkai seni.
Salah satu tangkai seni yang mendapat sambutan antusias peserta adalah lomba keroncong yang digelar di Concer Hall Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Salah satu peserta dari Universitas Cendrawasih Papua, Yuni (20), mengaku sangat bangga bisa mengikuti event ini. Menurutnya persiapan yang hanya dua minggu tidak menghalanginya untuk bisa tampil maksimal.
“Saya hanya belajar dari youtube, tidak ada gurunya. Maklum di Papua jarang ada musik keroncong beda dengan di Jawa,” ujarnya seusai pentas di Peksiminas lomba Menyanyi Keroncong di Konser Hall ISI Yogyakarta, Kamis (18/10/2018).
Meski persiapan mepet, Yuni optimistis mampu berprestasi dalam ajang tersebut. Dalam kesempatan itu dirinya mengakui bahwa imej musik keroncong jadul dan tidak kekinian. Penyanyi di paduan Gereja ini juga mengaku jika teman-teman sebayanya memang lebih suka lagu-lagu pop atau msuik jazz.
“Di kalangan anak muda memang keroncong kurang populer. Mulai redup. Event seperti ini bagus untuk mengenalkan keroncong kepada anak muda,” terangnya.
Hal yang sama diungkapkan Ni Made Diahpujawati perwakilan peserta lomba keroncong putri dari Provinsi Bali. Mahasiswi ISI Denpasar ini mengaku menekuni musik keroncong karena saat ini musik keroncong makin ditinggalkan generasi muda. “Bagi saya musik keroncong ini ‘ibunya musik’. Karena cengkoknya memang susah dibanding jenis musik yang lain,” jelasnya.
Dalam pentas kemarin Ni Made tampil cukup memukau penonton dengan melantunkan lagu Keroncong Tanah Air. “Saya memang suka menyanyi sejak kecil termasuk keroncong,” tegasnya.
Ni Made mengakui lagu Keroncong dianggap kuno dan kurang bergengsi namun baginya tingkat kesulitan manyanyikan lagu keroncong menjadi tantangan tersendiri. “Banyak teman saya yang mempertanyakan kenapa saya memilih jalur musik keroncong,” terang pemenang Bintang Radio Lagu Keroncong 2014 di Kupang ini.
Ketua Panitia Peksiminas Drs Anusapati MFA menyebut gelaran Peksiminas kali ini sangat istimewa. Jika sebelumnya tuan rumah acara Peksiminas hanya dilakukan oleh satu kampus, namun tahun 2018 ini penyelenggara Peksiminas “keroyokan” bersama kampus di DIY lainnya seperti UGM, UAD,UAJY, USD, AKINDO, UKDW, STPMD, dan ISI.
(wib)