Harga Pakan Ternak Naik Berkali-kali, Susu Sapi Cuma Sekali
A
A
A
SEMARANG - Harga pakan sapi perah jenis pollard (bekatul biji gandum) sepanjang Januari hingga akhir September 2018 tercatat mengalami kenaikan beberapa kali. Saat ini, harga pollard di tingkat pengecer mencapai Rp3.650 per kilogram. Imbasnya, keuntungan peternak sapi perah di Kabupaten Semarang dan Salatiga, Jawa Tengah menurun lantaran biaya produksi naik sedangkan harga susu tetap.
"Harga susu hanya mengalami kenaikan satu kali sebesar Rp100 per liter. Sementara harga pakan naik beberapa kali," kata Ketua Koperasi Andini Luhur Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Agus Warsito, Rabu (10/10/2018).
Setiap hari satu ekor sapi membutuhkan pakan pollard sebanyak 5 kg dan rumput 40 kg. Nilainya mencapai sekitar Rp58.250. Padahal per satu ekor sapi hanya mampu menghasilkan susu sebanyak sekitar 10 liter. Apabila kualitas susunya baik, maka bisa dijual dengan harga paling tinggi Rp5.500 per liter. Namun apabila kualitas susunya kurang baik hanya dihargai antara Rp4.100 hingga Rp4.500 per liter.
"Jadi apabila peternak bisa menjual susunya dengan harga Rp5.500 per liter, maka per satu ekor sapi hanya menghasilkan Rp55.000. Namun apabila susunya dibeli dengan harga Rp4.500 per liter maka hanya mendapat Rp45.000," katanya.
Namun, kata Agus, para peternak masih bisa bertahan karena rumputnya menanam sendiri dan tidak pernah dihitung sebagai biaya produksi. "Jika rumput diperhitungkan dalam biaya produksi, jelas petani rugi," ujarnya.
Menurut dia, kenaikan harga pollard dipicu oleh penurunan nilai rupiah terhadap nilai tukar dolar. "Pollard diimpor dari Amerika dan beberapa negara lainnya. Jika nilai tukar dolar terhadap rupiah naik, otomatis harga pollard ikut naik," katanya.
Lebih jauh Agus mengatakan, selama ini petani dan koperasi tidak bisa berbuat banyak untuk meningkatkan harga susu. Sebab harga susu yang menentuka adalah pengusaha produsen olahan susu. "Kami akan berupaya untuk meningkatkan harga susu. Ini tentunya harus dibarengi dengan peningkatan kualitas susu," ucapnya.
Dia mengatakan, guna meningkatkan pendapatan, peternak sapi perah juga harus bisa mengolah susu sendiri menjadi barang yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. "Kami akan mengajarkan peternak untuk mengolah susu dan membantu pemasarannya. Sehingga mereka bisa mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi," katanya.
Sementara itu, salah seorang petani di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan Siamto (40) menuturkan, untuk meningkatkan harga jual, sebagian produksi susu diolah menjadi makanan dan minuman. Dengan mengolah susu menjadi minuman siap saji, peternak bisa menjual dengan harga Rp6.000 per liter.
"Namun saat ini, kami baru bisa mengolah sebagian susu dari hasil produksi per hari karena keterbatasan pemasaran. Sedangkan sebagian susu lainnya dijual ke koperasi dengan harga Rp4.500 per liter," katanya.
"Harga susu hanya mengalami kenaikan satu kali sebesar Rp100 per liter. Sementara harga pakan naik beberapa kali," kata Ketua Koperasi Andini Luhur Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Agus Warsito, Rabu (10/10/2018).
Setiap hari satu ekor sapi membutuhkan pakan pollard sebanyak 5 kg dan rumput 40 kg. Nilainya mencapai sekitar Rp58.250. Padahal per satu ekor sapi hanya mampu menghasilkan susu sebanyak sekitar 10 liter. Apabila kualitas susunya baik, maka bisa dijual dengan harga paling tinggi Rp5.500 per liter. Namun apabila kualitas susunya kurang baik hanya dihargai antara Rp4.100 hingga Rp4.500 per liter.
"Jadi apabila peternak bisa menjual susunya dengan harga Rp5.500 per liter, maka per satu ekor sapi hanya menghasilkan Rp55.000. Namun apabila susunya dibeli dengan harga Rp4.500 per liter maka hanya mendapat Rp45.000," katanya.
Namun, kata Agus, para peternak masih bisa bertahan karena rumputnya menanam sendiri dan tidak pernah dihitung sebagai biaya produksi. "Jika rumput diperhitungkan dalam biaya produksi, jelas petani rugi," ujarnya.
Menurut dia, kenaikan harga pollard dipicu oleh penurunan nilai rupiah terhadap nilai tukar dolar. "Pollard diimpor dari Amerika dan beberapa negara lainnya. Jika nilai tukar dolar terhadap rupiah naik, otomatis harga pollard ikut naik," katanya.
Lebih jauh Agus mengatakan, selama ini petani dan koperasi tidak bisa berbuat banyak untuk meningkatkan harga susu. Sebab harga susu yang menentuka adalah pengusaha produsen olahan susu. "Kami akan berupaya untuk meningkatkan harga susu. Ini tentunya harus dibarengi dengan peningkatan kualitas susu," ucapnya.
Dia mengatakan, guna meningkatkan pendapatan, peternak sapi perah juga harus bisa mengolah susu sendiri menjadi barang yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. "Kami akan mengajarkan peternak untuk mengolah susu dan membantu pemasarannya. Sehingga mereka bisa mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi," katanya.
Sementara itu, salah seorang petani di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan Siamto (40) menuturkan, untuk meningkatkan harga jual, sebagian produksi susu diolah menjadi makanan dan minuman. Dengan mengolah susu menjadi minuman siap saji, peternak bisa menjual dengan harga Rp6.000 per liter.
"Namun saat ini, kami baru bisa mengolah sebagian susu dari hasil produksi per hari karena keterbatasan pemasaran. Sedangkan sebagian susu lainnya dijual ke koperasi dengan harga Rp4.500 per liter," katanya.
(amm)