Dosen Undip Siapkan Jamban Tanpa Air bagi Korban Gempa Palu

Selasa, 02 Oktober 2018 - 15:30 WIB
Dosen Undip Siapkan Jamban Tanpa Air bagi Korban Gempa Palu
Dosen Undip Siapkan Jamban Tanpa Air bagi Korban Gempa Palu
A A A
SEMARANG - Seorang dokter yang juga dosen Kebencanaan Alam di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang segera bertolak ke Palu, Sulawesi Tengah untuk memberikan bantuan kepada korban gempa. Dia menyiapkan konsep perumahan praktis yang bisa didirikan sendiri oleh para korban.

"Bencana alam Palu dan Donggala menjadi tragedi Indonesia berturut setelah Lombok. Puluhan ribu orang sakit, ribuan orang meninggal, mungkin bisa ratusan ribu rumah penduduk hancur. Padahal cuaca di Palu sangat heterogen dan lebih sering hujan terjadi daripada di Lombok," kata Budi Laksono, Selasa (2/10/2018).

Budi yang dikenal sebagai relawan kebencanaan di hampir setiap bencana di Indonesia dan Asia Tenggara, itu baru saja tiba dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Seperti halnya di Lombok dan Aceh terdahulu, bantuan yang akan dilakukan antara lain pelayanan medis dokter on site serta air minum gratis keliling kepada korban gempa.

"Sebenarnya break pelayanan Lombok sepekan ini akan dipakai untuk workshop penelitian dengan tim peneliti internasional di Semarang. Tetapi karena problem Palu sangat berat, maka langsung diteruskan ke Palu," katanya.

Budi juga menyisapkan konsep Disposal Amphinian Latrine, yaitu jamban umum bagi camp pengungsi yang bisa dipakai baik dengan atau tanpa air. Sebab, selama ini sanitasi kerap menjadi masalah di pengungsian.

"Itu tesis kami tahun 2000 dan kemudian kami applied (terapkan) sejak tahun itu di dalam program kegiatan foundation (yayasan) kami, yaitu memberi latrin (jamban) ini kepada beberapa keluarga, kemudian beberapa desa kita datang," katanya.

Menurutnya, jamban itu bisa dibuat oleh masyarakat yang dilatih dalam waktu empat jam, dan langsung dipakai. Untuk membuat jamban baru bagi keluarga hanya diperlukan stimulan satu buah kloset, satu sak semen, pasir kurang lebih 15 ember. Selain itu, batu belah kurang lebih 10 ember, serta besi beton cuma separuh lonjor.

"Kalau enggak ada besi beton, kita bisa pakai juga batang bambu. Itu sudah cukup untuk membuat itu. Sehingga dengan stimulan yang harganya tidak lebih dari Rp180 ribu, setiap keluarga bisa memulainya membuat jamban yang sehat untuk mereka sendiri," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.0021 seconds (0.1#10.140)