Jabat Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin di Jabar Ini Komitmen Dedi Mulyadi
A
A
A
BANDUNG - Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi resmi menerima mandat sebagai Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin (Jokowi-Ma'ruf) di Provinsi Jabar. Mandat tersebut ditandatangani langsung oleh Erick Thohir selaku Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Koalisi Indonesia Kerja dan Sekretaris TKN Koalisi Indonesia Kerja Hasto Kristiyanto.
Dedi Mulyadi berkomitmen melakukan pola komunikasi khas warga Jabar, berupa pergerakan kultural di masing-masing simpul. Kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2018 lalu menjadi referensi mendasar mantan bupati Purwakarta tersebut untuk menjalin komunikasi antarlini konstituen.
"Orang Jawa Barat memiliki kekhasan tersendiri, di masing-masing simpul tentu berbeda. Ada kultur Priangan, Panturaan, Cirebonan, dan Sunda Betawi," ungkap Dedi dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Kamis (20/9/2018).
Dedi mengimbau seluruh jajaran tim dan simpatisan Jokowi-Ma'ruf untuk menjalankan pola kampanye beradab, yakni dengan cara tidak menjelekan pihak kompetitor, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (Prabowo-Sandiaga).
Secara tegas, Dedi juga melarang personalia tim agar tidak melontarkan pernyataan yang kontraproduktif terhadap elektabilitas Jokowi-Ma’ruf.
"Seluruh hal yang kita dorong ke ruang publik harus memiliki relevansi terhadap kebutuhan masyarakat. Tidak boleh sebaliknya, publik menjadi berdebat dan itu kontraproduktif," ujarnya.
Selain itu, Dedi pun menyoroti isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dimana varian isu tersebut sempat menerpanya di ajang Pilgub Jabar 2018 lalu. Dedi kembali menegaskan, tim dan simpatisan Jokowi-Ma’ruf tidak boleh menggunakan isu tersebut untuk mendegradasi kredibilitas lawan.
"Tidak perlu dan memang tidak boleh isu SARA itu digunakan. Karena itu, sudahlah jangan lagi ada perdebatan antara kriteria ulama dan bukan ulama. Kita fokus saja terhadap kebutuhan rakyat Jawa Barat," timpalnya.
Dedi melanjutkan, keberhasilan kinerja Jokowi selaku Presiden sangat perlu dimunculkan agar publik Jabar mampu membedakan kualitas di antara dua kandidat. Implikasinya, kata Dedi, publik sadar tentang profil kandidat yang bekerja dan kandidat yang hanya menebar wacana.
"Berbagai capaian Pak Jokowi selama menjabat kita sampaikan kepada publik. Kemudian, hal yang belum tercapai, mari kita akui bersama dan dorong di periode selanjutnya. Saya kira ini lebih fair dibanding saling klaim," papar Dedi.
Melalui cara ini, Dedi berharap, pasangan Jokowi-Ma’ruf bisa meraih suara terbanyak di Jabar. Target perolehan suara sebesar 60% dari 31 Juta lebih pemilih pun sudah dia tetapkan.
"Potensi kemenangan Pak Jokowi di Jawa Barat itu sangat besar. Karena itu kami menetapkan target 60% suara," katanya.
Diketahui, selain Dedi Mulyadi, para ketua partai pengusung Jokowi-Ma’ruf juga masuk ke dalam susunan TKD Jokowi-Ma'ruf di Jabar. Mereka menempati posisi sebagai wakil ketua.
Adapun posisi Sekretaris dijabat oleh Sekretaris DPD PDIP Jabar Abdy Yuhana. Para sekretaris partai pengusung Jokowi-Ma’ruf yang lain menempati posisi sebagai wakil sekretaris. Pola ini juga senada di posisi bendahara dan wakil bendahara.
Dedi Mulyadi berkomitmen melakukan pola komunikasi khas warga Jabar, berupa pergerakan kultural di masing-masing simpul. Kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2018 lalu menjadi referensi mendasar mantan bupati Purwakarta tersebut untuk menjalin komunikasi antarlini konstituen.
"Orang Jawa Barat memiliki kekhasan tersendiri, di masing-masing simpul tentu berbeda. Ada kultur Priangan, Panturaan, Cirebonan, dan Sunda Betawi," ungkap Dedi dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Kamis (20/9/2018).
Dedi mengimbau seluruh jajaran tim dan simpatisan Jokowi-Ma'ruf untuk menjalankan pola kampanye beradab, yakni dengan cara tidak menjelekan pihak kompetitor, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (Prabowo-Sandiaga).
Secara tegas, Dedi juga melarang personalia tim agar tidak melontarkan pernyataan yang kontraproduktif terhadap elektabilitas Jokowi-Ma’ruf.
"Seluruh hal yang kita dorong ke ruang publik harus memiliki relevansi terhadap kebutuhan masyarakat. Tidak boleh sebaliknya, publik menjadi berdebat dan itu kontraproduktif," ujarnya.
Selain itu, Dedi pun menyoroti isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dimana varian isu tersebut sempat menerpanya di ajang Pilgub Jabar 2018 lalu. Dedi kembali menegaskan, tim dan simpatisan Jokowi-Ma’ruf tidak boleh menggunakan isu tersebut untuk mendegradasi kredibilitas lawan.
"Tidak perlu dan memang tidak boleh isu SARA itu digunakan. Karena itu, sudahlah jangan lagi ada perdebatan antara kriteria ulama dan bukan ulama. Kita fokus saja terhadap kebutuhan rakyat Jawa Barat," timpalnya.
Dedi melanjutkan, keberhasilan kinerja Jokowi selaku Presiden sangat perlu dimunculkan agar publik Jabar mampu membedakan kualitas di antara dua kandidat. Implikasinya, kata Dedi, publik sadar tentang profil kandidat yang bekerja dan kandidat yang hanya menebar wacana.
"Berbagai capaian Pak Jokowi selama menjabat kita sampaikan kepada publik. Kemudian, hal yang belum tercapai, mari kita akui bersama dan dorong di periode selanjutnya. Saya kira ini lebih fair dibanding saling klaim," papar Dedi.
Melalui cara ini, Dedi berharap, pasangan Jokowi-Ma’ruf bisa meraih suara terbanyak di Jabar. Target perolehan suara sebesar 60% dari 31 Juta lebih pemilih pun sudah dia tetapkan.
"Potensi kemenangan Pak Jokowi di Jawa Barat itu sangat besar. Karena itu kami menetapkan target 60% suara," katanya.
Diketahui, selain Dedi Mulyadi, para ketua partai pengusung Jokowi-Ma’ruf juga masuk ke dalam susunan TKD Jokowi-Ma'ruf di Jabar. Mereka menempati posisi sebagai wakil ketua.
Adapun posisi Sekretaris dijabat oleh Sekretaris DPD PDIP Jabar Abdy Yuhana. Para sekretaris partai pengusung Jokowi-Ma’ruf yang lain menempati posisi sebagai wakil sekretaris. Pola ini juga senada di posisi bendahara dan wakil bendahara.
(sms)