Aneka Kreasi Tengkleng Perkuat Potensi Kearifan Lokal

Minggu, 09 September 2018 - 22:22 WIB
Aneka Kreasi Tengkleng...
Aneka Kreasi Tengkleng Perkuat Potensi Kearifan Lokal
A A A
KARANGANYAR - Beragam varian masakan Tengkleng tersaji dalam Festival Pesona Lokal yang digelar di obyek wisata De Tjolomadoe, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (9/9/2018). Masakan khas Solo dari bahan tulang kambing itu, dikreasi 20 peserta yang ikut ambil bagian dalam kompetisi.

Seperti yang dilakukan Dina Kristiana, anak pemilik warung Sate kambing Pak Katijo di Kelurahan Sangkrah, Solo. Sebagai peserta, dirinya mengkreasi masakan Tengkleng dengan jerohan otak dibungkus daun dan diberi tusukan dan balungan. “Semuanya disiapkan dari rumah, di sini tinggal masak. Kreasi yang ditonjolkan adalah gurih, pedas, serta kuahnya bening sebagaimana ciri khas Tengkleng asli Solo,” kata Dina Kristina di sela sela Festival Pesona Lokal di obyek wisata De Tjolomadoe, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (9/9/2018).

Festival Pesona Lokal merupakan program CSR Adira Finance bersama Kementerian Pariwisata, dan iNews. Festival Pesona Lokal hadir dalam rangka menyambut HUT ke 28 Adira Finance. Kreasi berbeda ditampilkan Dimas Bayu Wicaksono, peserta lainnya. Anak pemilik warung Sehati di Kecamatan Colomadu, Karanganyar itu membuat Tengkleng Rica.“Kalau tengkleng secara umum kuahnya banyak, kalau tengkleng rica kuahnya sedikit,” ungkap Dimas.
Rasanya dibuat pedas layaknya masakan rica-rica. Selama ini, tengkleng rica rica masih jarang dijumpai. Namun demikian, salah satu cara khas makan tengkleng, yakni menyedot tulang sumsum tetap tidak ditinggalkan. “Menyedot sumsum tulang tengkleng itu rasanya the best,” ucapnya.

Kreasi berbeda lainnya ditampilkan Nuryati, pegawai di Kecamatan Colomadu, Karanganyar. Menu yang disajikan adalah tengkleng jantung pohon pisang. Selama ini, jantung pisang banyak dijumpai namun jarang dimanfaatkan meski bisa dipakai untuk sayuran. Seperti dibuat sayur botok atau gudangan.

“Jantung pohon pisang atau dalam Bahasa Jawa disebut tuntut, dalam kreasi ini rasanya juga seperti tengkleng,” tutur Nuryati.
Aneka Kreasi Tengkleng Perkuat Potensi Kearifan Lokal

Chef Setyo Budiharjo, juri Festival Pesona Lokal dari Indonesian Chef Association (ICA) menyebut bahwa tengkleng dulunya merupakan makanan masyarakat kelas bawah. Kala itu, kaum bangsawan dan pejabat Kolonial Belanda saat makan kambing yang dipakai hanya dagingnya saja. Sedangkan tulangnya dibuang begitu saja.

Pada abad 19, juru masak Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton Solo berusaha memanfaatkan tulang kambing agar tidak dibuang sia sia. “Kemudian dimasak dan akhirnya jadi makanan tengkleng,” ungkap Chef Setyo.

Sehingga, masyarakat kelas bawah pada waktu itu bisa merasakan menu masakan dari kambing meski hanya tulangnya saja. Namun, seiring perjalanan waktu, tengkleng menjadi makanan khas Solo dan disukai banyak kalangan. Sehingga tengkleng kini menjadi makanan masyarakat kelas menengah ke atas. “Tengkleng mulai banyak digemari sekitar tahun 1990 lalu,” tuturnya.

Sementara dalam Festival Pesona Lokal, salah satu penilainya adalah kreasi yang ditampilkan peserta namun basic keaslian menu tengkleng tetap harus ada. Peserta dapat mengembangkan kreasinya dengan ditambahi aneka bahan dan bumbu lainnya.

Kreasi yang paling nyeleneh namun bagus akan mendapat poin besar. Selain itu, ciri khas tengkleng yakni tidak bau prengus (bau khas kambing) juga menjadi poin penilaian. Rasa tengkleng yang enak dan mantap juga menjadi poin tersendiri.

Direktur SDM dan Marketing Adira Finance Swandajani Gunadi mengemukakan, Festival Pesona Lokal diharapkan dapat mempromosikan potensi budaya, pariwisata, dan kearifan lokal suatu daerah. “Kegiatan diadakan di Bandung, Solo, Bali, Makassar, Medan, Pontianak, Malang, Palembang, dan Jakarta dari September hingga November mendatang,” ungkap Swandajani Gunadi.
Aneka Kreasi Tengkleng Perkuat Potensi Kearifan Lokal
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1785 seconds (0.1#10.140)