Jembrak, Desa yang Menjadi Tempat RM Rekso Wijoyo Syiarkan Islam

Senin, 10 September 2018 - 05:00 WIB
Jembrak, Desa yang Menjadi Tempat RM Rekso Wijoyo Syiarkan Islam
Jembrak, Desa yang Menjadi Tempat RM Rekso Wijoyo Syiarkan Islam
A A A
Warga Desa Jembrak, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah menggelar selamatan di makam Raden Mas (RM) Rekso Wijoyo atau Ki Damarjati Ali yang berada di Dusun Godegan, Minggu (9/9/2018).

Ini dilakukan untuk berdoa agar Desa Jembrak menjadi desa yang maju, aman, makmur dan masyarakatnya senantiasa dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Esa dan mengenang pendiri Desa Jembrak, yakni RM Rekso Wijoyo

Selamatan tersebut merupakan bagian dari peringatan hari jadi Desa Jembrak atau Merti Desa yang diperingati setiap bulan Dzulkaidah. Berdesarkan kisah para sesepuh Desa Jembrak, RM Rekso Wijoyo adalah pengikut Pangeran Diponegoro.

Setelah Pangeran Diponegoro tertangkap tentara Belanda, RM Rekso Wijoyo mengembara bersama prajuritnya ke arah perbatasan Kerajaan Mataram dengan Kasunanan Surakarta Hadiningrat untuk menghindari sergapan prajurit pemerintah kolonial itu.

Sesampainya di daerah perbukitan yang kini diberi nama Dusun Godegan, Desa Jembrak, RM Rekso Widjojo memutuskan untuk beristirahat dan memerintahkan prajuritnya untuk mendirikan tempat peristirahatan. Selang beberapa hari kemudian, RM Rekso Wijoyo kemudian memutuskan untuk menetap di bukit tersebut karena lokasinya strategis dan aman dari kejaran tentara Belanda.

Selama berada di tempat tersebut, RM Rekso Wijoyo bersosialisasi dengan masyarakat yang tinggal di sekitar bukit. Dalam berhubungan dengan penduduk yang saat itu jumlahnya masih sedikit, RM Rekso Wijoyo menggunakan nama samaran Ki Damarjati Ali. Ini sengaja dilakukan untuk menyembunyikan identitas aslinya agar tidak terlacak oleh tentara Belanda.

"Dalam bersosialisasi, RM Rekso Wijoyo mengajarkan pertanian dan agama Islam kepada masyarakat. Beliau mengajarkan cara mengolah lahan dan bercocok tanam yang baik. Seperti pengolahan lahan dengan sistim tera siring, itu merupakan ajaran RM Rekso Wijoyo," kata Kepala Desa Jembrak Sunaryo.

Sedangkan dalam melakukan syiar agama Islam, RM Rekso Widjojo mendirikan surau (langgar) di tempat yang jumlah penduduknya cukup banyak, yakni yang sekarang diberi nama Dusun Tegalsale. Di surau tersebut, RM Rekso Wijoyo mengajari masyarakat mengenai tata cara ibadah dan tuntutan agama Islam.

Seiring perjalanan waktu, ajaran agama Islam di daerah tersebut berkembang pesat. Jumlah penduduk yang memeluk agama islam terus bertambah banyak.

Menurut Sunaryo, selain mengajarkan agama Islam, RM Rekso Wijoyo juga membangun sejumlah fasilitas umum dan infrastruktur sehingga daerah tersebut tumbuh menjadi daerah yang maju. Sedangkan surau yang didirikan RM Rekso Wijoyo kini telah dibangun menjadi Masjid Baitussallam. Masjid tersebut merupakan cikal bakal berdirinya sejumlah masjid di Desa Jembrak.

Sebelum RM Rekso Wijoyo beliau sempat berpesan kepada anaknya jika wafat dimakamkan di tempat tersendiri. Setelah RM Rekso Wijoyo yang memiliki perawakan tinggi besar berambut gondrong dan berewokan ini wafat, masyarakat memberinama daerahnya dengan Desa Jembrak. Ini untuk menghargai dan mengenang jasa RM Rekso Wijoyo yang telah mengajarkan agama Islam dan membangun desa.

"Nama Jembrak itu, terinspirasi dari perawakan RM Rekso Wijoyo yang berbadan kekar berambut panjang dan berewokan. Kalau terkena angin rambut dan brewok panjangnya rembyak-rembyak (menjuntai melambai-lambai). Ciri fisik RM Rekso Wijoyo akhirnya dijadikan nama desa. Itu sejarah syiar Islam dan berdirinya Desa Jembrak," tuturnya.

Kini Desa Jembrak yang terdiri dari lima dusun, yakni Godegan, Ngerangan, Tegalsari, Grompol dan Tegalsale menjadi desa wisata. Untuk menarik wisatawan berkunjung ke Desa Jembrak, maka setiap Merti Desa, digelar kirab budaya dan pagelaran kesenian lokal.

"Kirab budaya dan pentas seni ini juga untuk nguri-nguri (melestarikan) budaya Jawa. Kegiatan tahun ini, merupakan kegiatan ke lima kali. Dan setiap Merti Desa, kami akan menggelar kirab budaya dan pentas kesnian lokal seperti wayang, reog dan lainnya," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6989 seconds (0.1#10.140)
pixels