Aroma Rempah Menggeliatkan Perekonomian Halmahera Barat
A
A
A
JAKARTA - Kabupaten Halmahera Barat merupakan daerah penghasil rempah yang sangat terkenal sejak dulu kala. Harumnya rempah di daerah ini telah mengundang bangsa-bangsa Eropa datang ke Halmahera Barat.Saat ini di bawah kepemimpinan Bupati Danny Missy, SE, MM perekonomian Kabupaten Halmahera Barat terus menggeliat menuju daerah pengekspor hasil bumi.
Menggandeng Javara, perusahaan industri makanan yang bekerja sama dengan petani di seluruh Indonesia, serta dukungan fasilitas dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Halmahera Barat fokus mengembangkan makanan olahan rempah-rempah.
Danny Missy ditemui di Jakarta, Selasa (28/8/2018) mengungkapkan, untuk mendorong ekonomi rakyat, Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat telah melakukan nota kesepahaman dengan Badan Ekonomi Kreatif mengenai pengembangan makanan olahan.
“Kami sudah melakukan MoU dengan Bekraf untuk pengembangan ekonomi kreatif yang ada di Halmahera Barat. Utamanya mengembangkan hasil rempah dari sisi produk sesuai arahan Pak Presiden yang ingin mengembalikan masa kejayaan rempah," kata Bupati Danny.
Menurtunya, produk-produk yang dibuat dari dari rempah seperti teh rempah, kopi rempah dan kue rempah ini yang ingin dikembangkan daerahnya lewat kerja sama dengan Bekraf. Danny berharap hasil olahan ini bisa jadi produk ekspor.
Butuh Dukungan BekrafDanny mengharapkan Bekraf dapat memfasilitasi Kabupaten Halmahera Barat menghasilkan produk dengan kualitas ekspor.
Selain itu untuk menghasilkan produk ekspor harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain sudah memiliki label halal dari MUI dan BPOM.
“Ini yang harus diurus secepatnya. Kalau sudah ada, kita sudah bisa menawarkan produk makanan rempah ke Malaysia,” ucap Danny.
Saat ini Pemerintah Halmahera Barat sedang dalam tahap mempersiapkan hasil rempah untuk diolah menjadi makanan. Sebelum diekspor, untuk langkah awal produksi makanan olahan rempah ini akan dipasarkan di sekitar Maluku.
Produk tersebut akan didistribusikan di lokasi wisata Maluku sehingga bisa menjadi buah tangan bagi wisatawan yang datang ke Maluku.
“Dengan ekonomi kreatif kita berharap ekonomi masyarakat dan kesejahteraannya meningkat,” tutur Bupati Danny.
Sumber rempah Halmahera Barat yang menjadi andalan saat ini di antaranya cengkeh dengan produksi 447 ton sekali panen dari perkebunan seluas 1.916 hekatare.
Kebun pala seluas 3.378 hektare yang menghasilkan 652 ton. Selain rempah, Halmahera merupakan daerah penghasil kopi yang menghasilkan 25 ton dari perkebunan kopi seluas 320 hektare.
Serta coklat dengan luas perkebunan 4360 hektare dengan produksi 1825 ton. Selama ini produk pertanian dan perkebunan Halmahera Barat di ekspor ke Bitung dan Surabaya.
Javara telah membina sebanyak 2500 petani di Halmahera Barat dengan memberikan edukasi agripreneur kepada para petani agar menjadi raja bagi hasil pertanian dan perkebunannya. Javara juga bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Pertanian dan Kewirausahaan (STPK) untuk mencari bibit agripreneur dan foodpreneur.
Menggandeng Javara, perusahaan industri makanan yang bekerja sama dengan petani di seluruh Indonesia, serta dukungan fasilitas dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Halmahera Barat fokus mengembangkan makanan olahan rempah-rempah.
Danny Missy ditemui di Jakarta, Selasa (28/8/2018) mengungkapkan, untuk mendorong ekonomi rakyat, Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat telah melakukan nota kesepahaman dengan Badan Ekonomi Kreatif mengenai pengembangan makanan olahan.
“Kami sudah melakukan MoU dengan Bekraf untuk pengembangan ekonomi kreatif yang ada di Halmahera Barat. Utamanya mengembangkan hasil rempah dari sisi produk sesuai arahan Pak Presiden yang ingin mengembalikan masa kejayaan rempah," kata Bupati Danny.
Menurtunya, produk-produk yang dibuat dari dari rempah seperti teh rempah, kopi rempah dan kue rempah ini yang ingin dikembangkan daerahnya lewat kerja sama dengan Bekraf. Danny berharap hasil olahan ini bisa jadi produk ekspor.
Butuh Dukungan BekrafDanny mengharapkan Bekraf dapat memfasilitasi Kabupaten Halmahera Barat menghasilkan produk dengan kualitas ekspor.
Selain itu untuk menghasilkan produk ekspor harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain sudah memiliki label halal dari MUI dan BPOM.
“Ini yang harus diurus secepatnya. Kalau sudah ada, kita sudah bisa menawarkan produk makanan rempah ke Malaysia,” ucap Danny.
Saat ini Pemerintah Halmahera Barat sedang dalam tahap mempersiapkan hasil rempah untuk diolah menjadi makanan. Sebelum diekspor, untuk langkah awal produksi makanan olahan rempah ini akan dipasarkan di sekitar Maluku.
Produk tersebut akan didistribusikan di lokasi wisata Maluku sehingga bisa menjadi buah tangan bagi wisatawan yang datang ke Maluku.
“Dengan ekonomi kreatif kita berharap ekonomi masyarakat dan kesejahteraannya meningkat,” tutur Bupati Danny.
Sumber rempah Halmahera Barat yang menjadi andalan saat ini di antaranya cengkeh dengan produksi 447 ton sekali panen dari perkebunan seluas 1.916 hekatare.
Kebun pala seluas 3.378 hektare yang menghasilkan 652 ton. Selain rempah, Halmahera merupakan daerah penghasil kopi yang menghasilkan 25 ton dari perkebunan kopi seluas 320 hektare.
Serta coklat dengan luas perkebunan 4360 hektare dengan produksi 1825 ton. Selama ini produk pertanian dan perkebunan Halmahera Barat di ekspor ke Bitung dan Surabaya.
Javara telah membina sebanyak 2500 petani di Halmahera Barat dengan memberikan edukasi agripreneur kepada para petani agar menjadi raja bagi hasil pertanian dan perkebunannya. Javara juga bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Pertanian dan Kewirausahaan (STPK) untuk mencari bibit agripreneur dan foodpreneur.
(akn)