Program 3T, Terobosan Walikota Tual Angkat Kesejahteraan Warga
A
A
A
KOTA TUAL - Adam Rahayaan, Walikota Tual, Maluku, terus melakukan berbagai terobosan dalam upaya mewujudkan kesejahterahaan masyarakat Kota Tual. Memasuki periode kedua kepemimpinannya, Walikota Adam Rahayaan melaksanakan program 3T (Triti).
Program yang dicanangkan tahun 2018 ini merupakan prioritas kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Tual.
“Program 3T merupakan pembangunan inklusif dan partisipatif. Pembangunan inklusif berarti semua komponen masyarakat bersama pemda dilibatkan dalam proses pembangunan. Konsep ini menggerakkan partisipasi warga lebih dinamis dalam pembangunan dan kehidupan sosial masyarakat di Kota Tual,” papar Adam dalam keterangan tertulis kepada Sindonews, Senin (27/8/2018).
Dengan pembangunan inklusif, lanjut Adam, dinamika dunia usaha juga berjalan, serta menghidupkan kebanggaan masyarakat terhadap desa dan pada akhirnya timbul kebanggaan kepada Kota Tual. Inilah gagasan yang terkandung dalam konsep 3T.
“Dengan 3T pula terdapat revitalisasi desa, agar proses membangun desa itu dapat berjalan secara optimal. Bahwa untuk membangun kota, maka pertama yang harus dibangun adalah orangnya atau sumber daya manusia, yakni dengan cara semua orang peduli terhadap kondisi kehidupan dirinya, dan kehidupan rumah tangga, lingkungan desanya dan seterusnya,” papar Adam.
Saat ini program 3T sedang dilaksanakan di 5 dari 16 kawasan kumuh di wilayah Kota Tual. Perhatian utama program 3T adalah dimulai dengan meningkatkan pendapatan setiap individu di dalam masyarakat. Orang yang pendapatannya masih rendah, akan lebih ditingkatkan lagi pendapatannya.
Program triti diprioritaskan kepada warga yang berada dalam deliniasi 16 kawasan kumuh seluas 141,09 hektar di mana bermukim 13.235 jiwa warga miskin dari total 20.356 jiwa. Ditargetkan program Triti dapat mengurangi hingga 40% angka kemiskinan di Kota Tual pada tahun 2021.
“Tujuan utama program 3T memang meningkatkan produktivitas dan nilai tambah,” papar Walikota Tual.
Seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) di jajaran Pemkot Tual dikerahkan untuk memahami makna konsep 3T. Keseriusan Walikota melaksanakan program ini ditunjukkan dengan mendatangkan para ahli untuk melakukan bimbingan bagi OPD.
“Materi peningkatan kapasitas OPD dalam upaya implementasi program 3T diberikan kepada perwakilan OPD Lingkup Pemkot Tual. Para utusan OPD ini akan dibekali muatan dari program 3T. Nantinya para perwakilan OPD ini kemudian menjadi motivator atau motor penggerak program 3T,” kata Walikota.
Konsep program 3T merupakan buah pikiran Walikota Tual Adam Rahayaan. Dia berharap pada masa akhir jabatan periode kedua, Kota Tual mulai mengalami perubahan dan kemajuan. Dalam konsep 3T setiap OPD diberikan tanggungjawab untuk membina satu hingga dua desa/dusun di wilayah Kota Tual.
"Pembinaan yang dimaksudkan adalah OPD melakukan identifikasi kebutuhan masyarakat setempat dan potensi atau keunggulan desa/dusun yang dapat dikembangkan.”
Melalui program ini pula Walikota ingin menyapa masyarakat melalui pendataan potensi desa dan potensi ekonomi rumah tangga di Kota Tual. Melalui OPD- OPD, Walikota ingin agar setiap rumah tangga disapa, tidak ada yang terlewati.
Menurutnya inilah bentuk blusukan yang paling bagus, karena setiap rumah tangga disapa dan pemerintah mendengarkan apa yang mereka alami, apa yang mereka rasakan, dan apa yang mereka harapkan.
“Itulah inti dari pendataan ini, sehingga ke depannya nanti dengan mudah membuat program kegiatan apa yang akan dilaksanakan oleh masing-masing OPD sesuai kondisi kebutuhan dan potensi desa/dusun binaan,” pungkas Adam.
Program yang dicanangkan tahun 2018 ini merupakan prioritas kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Tual.
“Program 3T merupakan pembangunan inklusif dan partisipatif. Pembangunan inklusif berarti semua komponen masyarakat bersama pemda dilibatkan dalam proses pembangunan. Konsep ini menggerakkan partisipasi warga lebih dinamis dalam pembangunan dan kehidupan sosial masyarakat di Kota Tual,” papar Adam dalam keterangan tertulis kepada Sindonews, Senin (27/8/2018).
Dengan pembangunan inklusif, lanjut Adam, dinamika dunia usaha juga berjalan, serta menghidupkan kebanggaan masyarakat terhadap desa dan pada akhirnya timbul kebanggaan kepada Kota Tual. Inilah gagasan yang terkandung dalam konsep 3T.
“Dengan 3T pula terdapat revitalisasi desa, agar proses membangun desa itu dapat berjalan secara optimal. Bahwa untuk membangun kota, maka pertama yang harus dibangun adalah orangnya atau sumber daya manusia, yakni dengan cara semua orang peduli terhadap kondisi kehidupan dirinya, dan kehidupan rumah tangga, lingkungan desanya dan seterusnya,” papar Adam.
Saat ini program 3T sedang dilaksanakan di 5 dari 16 kawasan kumuh di wilayah Kota Tual. Perhatian utama program 3T adalah dimulai dengan meningkatkan pendapatan setiap individu di dalam masyarakat. Orang yang pendapatannya masih rendah, akan lebih ditingkatkan lagi pendapatannya.
Program triti diprioritaskan kepada warga yang berada dalam deliniasi 16 kawasan kumuh seluas 141,09 hektar di mana bermukim 13.235 jiwa warga miskin dari total 20.356 jiwa. Ditargetkan program Triti dapat mengurangi hingga 40% angka kemiskinan di Kota Tual pada tahun 2021.
“Tujuan utama program 3T memang meningkatkan produktivitas dan nilai tambah,” papar Walikota Tual.
Seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) di jajaran Pemkot Tual dikerahkan untuk memahami makna konsep 3T. Keseriusan Walikota melaksanakan program ini ditunjukkan dengan mendatangkan para ahli untuk melakukan bimbingan bagi OPD.
“Materi peningkatan kapasitas OPD dalam upaya implementasi program 3T diberikan kepada perwakilan OPD Lingkup Pemkot Tual. Para utusan OPD ini akan dibekali muatan dari program 3T. Nantinya para perwakilan OPD ini kemudian menjadi motivator atau motor penggerak program 3T,” kata Walikota.
Konsep program 3T merupakan buah pikiran Walikota Tual Adam Rahayaan. Dia berharap pada masa akhir jabatan periode kedua, Kota Tual mulai mengalami perubahan dan kemajuan. Dalam konsep 3T setiap OPD diberikan tanggungjawab untuk membina satu hingga dua desa/dusun di wilayah Kota Tual.
"Pembinaan yang dimaksudkan adalah OPD melakukan identifikasi kebutuhan masyarakat setempat dan potensi atau keunggulan desa/dusun yang dapat dikembangkan.”
Melalui program ini pula Walikota ingin menyapa masyarakat melalui pendataan potensi desa dan potensi ekonomi rumah tangga di Kota Tual. Melalui OPD- OPD, Walikota ingin agar setiap rumah tangga disapa, tidak ada yang terlewati.
Menurutnya inilah bentuk blusukan yang paling bagus, karena setiap rumah tangga disapa dan pemerintah mendengarkan apa yang mereka alami, apa yang mereka rasakan, dan apa yang mereka harapkan.
“Itulah inti dari pendataan ini, sehingga ke depannya nanti dengan mudah membuat program kegiatan apa yang akan dilaksanakan oleh masing-masing OPD sesuai kondisi kebutuhan dan potensi desa/dusun binaan,” pungkas Adam.
(akn)