Istana Kadriyah, Saksi Bisu Berdirinya Kota Pontianak

Jum'at, 20 Juli 2018 - 05:00 WIB
Istana Kadriyah, Saksi...
Istana Kadriyah, Saksi Bisu Berdirinya Kota Pontianak
A A A
SALAH satu destinasi wisata menarik di Kota Pontianak, Kalimantan Barat adalah Istana Kadriyah. Dari sinilah asal mula berdirinya Kota Pontianak dan kini menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Barat.

Kota yang dilalui garis khatulistiwa ini masih menyimpan khasanah budaya Melayu. Terlebih lagi dengan adanya Istana Kadriyah yang sampai kini berdiri kokoh sejak dibangun tahun 1773 silam.

Istana Kadriyah Pontianak yang masih tegak berdiri ini melewati berbagai zaman. Kesultanan Kadriyah Pontianak merupakan sebuah kesultanan Melayu yang didirikan tahun 1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, keturunan Rasulullah SAW dari Imam Ali Ar-Ridha.Letak Istana Kadriyah berada di daerah muara Sungai Kapuas yang termasuk kawasan yang diserahkan Sultan Banten kepada VOC Belanda. Bangunan mulai berdiri pada tahun 1773 masehi. Tujuh tahun kemudian Syarif Abdurrahman dikukuhkan sebagai Sultan Pontianak pertama.
Setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945, Sultan Hamid II yang berkuasa di Kesultanan Kadriyah Pontianak bergabung dengan Republik Indonesia dan diikuti oleh kerajaan-kerajaan Melayu lain di Kalimantan Barat.

Menariknya, selain menikmati arsitektur bangunan kerajaan yang indah, pengunjung juga bisa melihat meriam peninggalan Jepang dan Portugis di halaman istana. selain itu, singgasana raja juga masih terawat baik. begitu juga dengan kaca seribu, yang dimiliki oleh Istana Kadriyah.
Istana Kadriyah, Saksi Bisu Berdirinya Kota Pontianak
Di dalam istana, para pengunjung juga diperlihatkan dengan foto-foto silsilah Sultan Pontianak serta keturunannya. Begitu juga dengan sketsa lambang burung Garuda yang dirancang Sultan Hamid II, juga terpanjang di dinding ruang utama istana.

Sementara di dalam ruang Balairung Sari, tersimpang baju telok belanga milik Sultan Pontianak serta gamelan Jawa yang dihadiahkan dari Keraton Solo kepada Sultan Pontianak.

Setiap harinya, Istana Kadriyah memiliki warna kuning ini, selalu dikunjungi oleh wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Istana Kadriyah, Saksi Bisu Berdirinya Kota Pontianak

Hal ini diakui juru pelihara Istana Kadriyah Pontianak, Syarif Kasim Alkadrie, yang selalu melayani para wisatawan yang berkunjung ke istana kadriah pontianak.

Sementara salah seorang wisatawan, Gifa Garnisa mengaku takjub dengan bangunan Istana Kadriyah yang masih tegak berdiri hingga saat ini. Untuk itu, dirinya berharap kepada pemerintah, untuk melakukan pemeliharaan terhadap bangunan istana, agar bisa dinikmati generasi mendatang.

Tidak jauh dari Istana Kadriyah Pontianak, terdapat Masjid Jamik Pontianak, yang merupakan masjid tertua di Kota Pontianak. Masjid ini didirikan oleh Sultan Syarif Abdurahman Alkadrie, saat menemukan tempat untuk dijadikan pemukiman.

Selain menjadi cagar budaya, istana ini juga selalu digunakan oleh kerabat sultan sebagai tempat pengajian dan musyawarah.

Menyusuri Sungai Kapuas dengan Kapal Wisata
Selain Istana Kadriyah, Pontianak merupakan kota yang memiliki banyak potensi pariwisata. Apalagi ibukota provinsi Kalimantan Barat ini memiliki sungai terpanjang di Indonesia. Ini membuat beberapa masyarakat yang ada di sekitar Sungai Kapuas memanfaatkan potensi pariwisata dengan menyediakan kapal wisata menyusuri Sungai Kapuas dari sore hingga malam hari.

Bahkan di akhir pekan, kapal wisata sungai kapuas ini selalu ramai pengunjung dari dalam maupun luar Kota Pontianak. Satu persatu para wisatawan menghabiskan akhir pekannya di Taman alun-alun Kapuas Pontianak. Mereka menaiki kapal wisata guna melihat keindahan pemukiman pendudukan di pinggiran Sungai Kapuas.

Sejak pukul 15.00 sore kapal wisata yang bersandar di dermaga Taman Alun-alun Kapuas menunggu para wisatawan yang hendak menyusuri Sungai Kapuas. Kapasitas penumpang mencapai 120 orang. Para wisatawan dimanja dengan pesona Sungai Kapuas serta melihat kehidupan masyarakat di pinggiran sungai.

Ditambah lagi dengan pemandangan Masjid Jamik Pontianak, masjid tertua di Kota Pontianak ini semakin menambah indah pemandangan di waktu sore menjelang malam hari.

Di atas kapal wisata ini, para wisatawan bisa menikmati menu makanan maupun minuman tradisional Kota Pontianak seperti minuman lidah buaya.
Istana Kadriyah, Saksi Bisu Berdirinya Kota Pontianak
Satu orang penumpang akan dikenakan tarif sebesar Rp15.000 dengan jarak tempuh dari alun-alun kapuas menuju jembatan Kapuas satu. Tentunya tarif ini diluar biaya makan dan minum di atas kapal wisata.

Yunita Karolin, salah seorang penumpang yang baru tiba dari Jerman ini mengaku sangat tertarik dengan potensi pariwisata sungai. Sehingga dirinya mengajak suami dan anak-anaknya menikmati keindahaan sore hari menyusuri sungai Kapuas.

Sementara dua mahasiswa asal luar Kota Pontianak meminta kepada Pemkot Pontianak agar menjaga sungai kapuas dari masalah sampah. Sebab, saat menyusuri sungai kapuas dengan kapal wisata masih banyak sampah-sampah berserakan di sungai.

Sementara Merri Susanti, pemilik kapal wisata mengatakan dirinya bergelut di bidang pariwisata hampir enam tahun, khususnya mengelola kapal wisata menyusuri sungai kapuas di sore hingga malam hari.

Sayangnya, pemerintah setempat belum bisa menggali lebih dalam potensi pariwisata sungai yang ada di Kota Pontianak, sehingga pariwisata ini banyak dikelola oleh masyarakat sekitar.
Istana Kadriyah, Saksi Bisu Berdirinya Kota Pontianak

Dengan dibangunnya waterfront di pinggiran Sungai Kapuas diharapkan pariwisata air di kota pontianak lebih baik lagi untuk ke depannya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8990 seconds (0.1#10.140)