Diduga Bawa Bom, Pelaku Bom Bangil Diburu
A
A
A
PASURUAN - Tersangka pelaku bom Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Anwardi, 43, atau Abdullah diburu polisi setelah terjadi ledakan bom sebanyak tiga kali di rumahnya, kemarin.
Dia kabur ke Jalan Raya Bangil- Surabaya, Jawa Timur. Pelaku sempat menyerang Kapolsek Bangil Kompol M Iskhak dan warga yang berkerumun di dekat rumahnya. Setelah itu, kabur mengendarai sepeda motor sambil membawa tas ransel warna hitam. Anwardi kabur dalam kondisi terluka karena terkena ledakan bom.
Sebelumnya sejumlah warga datang ke rumah kontrakan pelaku di Jalan Pepaya No 321 RT 1/RW 1 Kelurahan Pogar, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, karena mendengar ledakan keras sekitar pukul 11.30 WIB. Yanto, 46, tetangga korban yang mengaku sempat masuk ke dalam rumah terduga pelaku, sempat melihat Anwardi sibuk memasukkan kardus ke dalam kamarnya.
Selain itu, tercium aroma mesiu di dalam rumah serta tangisan seorang anak dari dalam kamar. ”Kami datang mem beri pertolongan, tetapi dia (Anwardi) diam saja dan memilih sibuk memasukkan kar dus ke dalam rumah,” ungkapnya. Bersamaan dengan itu, kembali terdengar suara ledakan lagi yang kedua. Akhirnya warga berusaha memberikan pertolongan ketakutan dan lari menyelamatkan diri keluar rumah. ”Saya sempat menghadang pelaku saat keluar rumah, tetapi pelaku membawa tas ransel diduga bom, akhirnya saya memilih mundur,” ujar Yanto.
Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin menjelaskan, petugas sudah berusaha menangkap pelaku, tetapi akhirnya memilih menjaga arak karena diduga pelaku membawa bom di dalam tas ranselnya. Machfud menyatakan, istri pelaku berinisial DR, 40, masih dalam pemeriksaan intensif tim penyidik. Sedangkan anak pelaku berinisial U yang masih berusia enam tahun menjalani perawatan intensif di RS Bhayangkara, Surabaya, setelah dirujuk dari RSUD Bangil.
Keluarga Tertutup
Keluarga Anwardi yang tinggal di rumah kontrakan milik Sapranai dikenal sangat tertutup. Eko Hadi Sukamto, 58, warga yang rumahnya hanya berjarak satu rumah dengan rumah kontrakan A, mengaku tidak pernah bertegur sapa dengan A dan keluarganya. ”Mereka lebih banyak berada di dalam rumah,” ungkapnya.
Keluarga ini tidak pernah mengikuti kegiatan warga. Rumahnya juga selalu tertutup sehingga warga juga enggan untuk berkunjung. Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, keluarga ini baru sekitar 1,5 tahun ini tinggal di rumah kontrakan itu. ”Mereka sangat tertutup dengan lingkungannya,” ujar Kapolda.
Sementara itu, Tim Forensik Mabes Polri Cabang Surabaya menemukan puluhan buku di dalam rumah kontrakan Anwardi. Buku-buku tersebut berisi ajaran jihad dan terorisme. ”Selain buku-buku, kita temukan paku dan gotri. Mungkin itu sisa-sisa untuk mem buat bom,” ungkap Kapolda. Bom yang meledak tiga kali tersebut, termasuk dalam kategori low explosive sehingga kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu parah.
”Tadi ada kerusakan kaca-kaca jendela dan plafon rumah,” ujarnya. Jenderal polisi bintang dua ini belum bisa memastikan terduga pelaku masuk jaringan terorisme mana. Selama ini keberadaan dan pergerakannya juga belum masuk dalam pantauan aparat keamanan.
Dia kabur ke Jalan Raya Bangil- Surabaya, Jawa Timur. Pelaku sempat menyerang Kapolsek Bangil Kompol M Iskhak dan warga yang berkerumun di dekat rumahnya. Setelah itu, kabur mengendarai sepeda motor sambil membawa tas ransel warna hitam. Anwardi kabur dalam kondisi terluka karena terkena ledakan bom.
Sebelumnya sejumlah warga datang ke rumah kontrakan pelaku di Jalan Pepaya No 321 RT 1/RW 1 Kelurahan Pogar, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, karena mendengar ledakan keras sekitar pukul 11.30 WIB. Yanto, 46, tetangga korban yang mengaku sempat masuk ke dalam rumah terduga pelaku, sempat melihat Anwardi sibuk memasukkan kardus ke dalam kamarnya.
Selain itu, tercium aroma mesiu di dalam rumah serta tangisan seorang anak dari dalam kamar. ”Kami datang mem beri pertolongan, tetapi dia (Anwardi) diam saja dan memilih sibuk memasukkan kar dus ke dalam rumah,” ungkapnya. Bersamaan dengan itu, kembali terdengar suara ledakan lagi yang kedua. Akhirnya warga berusaha memberikan pertolongan ketakutan dan lari menyelamatkan diri keluar rumah. ”Saya sempat menghadang pelaku saat keluar rumah, tetapi pelaku membawa tas ransel diduga bom, akhirnya saya memilih mundur,” ujar Yanto.
Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin menjelaskan, petugas sudah berusaha menangkap pelaku, tetapi akhirnya memilih menjaga arak karena diduga pelaku membawa bom di dalam tas ranselnya. Machfud menyatakan, istri pelaku berinisial DR, 40, masih dalam pemeriksaan intensif tim penyidik. Sedangkan anak pelaku berinisial U yang masih berusia enam tahun menjalani perawatan intensif di RS Bhayangkara, Surabaya, setelah dirujuk dari RSUD Bangil.
Keluarga Tertutup
Keluarga Anwardi yang tinggal di rumah kontrakan milik Sapranai dikenal sangat tertutup. Eko Hadi Sukamto, 58, warga yang rumahnya hanya berjarak satu rumah dengan rumah kontrakan A, mengaku tidak pernah bertegur sapa dengan A dan keluarganya. ”Mereka lebih banyak berada di dalam rumah,” ungkapnya.
Keluarga ini tidak pernah mengikuti kegiatan warga. Rumahnya juga selalu tertutup sehingga warga juga enggan untuk berkunjung. Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, keluarga ini baru sekitar 1,5 tahun ini tinggal di rumah kontrakan itu. ”Mereka sangat tertutup dengan lingkungannya,” ujar Kapolda.
Sementara itu, Tim Forensik Mabes Polri Cabang Surabaya menemukan puluhan buku di dalam rumah kontrakan Anwardi. Buku-buku tersebut berisi ajaran jihad dan terorisme. ”Selain buku-buku, kita temukan paku dan gotri. Mungkin itu sisa-sisa untuk mem buat bom,” ungkap Kapolda. Bom yang meledak tiga kali tersebut, termasuk dalam kategori low explosive sehingga kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu parah.
”Tadi ada kerusakan kaca-kaca jendela dan plafon rumah,” ujarnya. Jenderal polisi bintang dua ini belum bisa memastikan terduga pelaku masuk jaringan terorisme mana. Selama ini keberadaan dan pergerakannya juga belum masuk dalam pantauan aparat keamanan.
(don)