China Dominasi Impor ke Jawa Timur

Kamis, 28 Juni 2018 - 14:30 WIB
China Dominasi Impor...
China Dominasi Impor ke Jawa Timur
A A A
SURABAYA - Kinerja impor Jatim per Januari hingga Mei mengalami kenaikan hingga 12,54% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dari sebesar USD8,97 miliar menjadi USD10,09 miliar. China menjadi negara yang paling banyak memasok produknya ke Jatim.Selama Mei 2018, nilai impor sebesar USD2,42 miliar atau naik 15,41% dibanding bulan sebelumnya. Jika dibanding dengan Mei 2017, mengalami kenaikan 23,15%.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menyebutkan,untuk impor nonmigas, selama Mei 2018 mencapai USD2,05 miliar atau naik 15,79 persen dibanding April 2018. Nilai impor nonmigas tersebut naik 19,00% dibanding Mei 2017.

Sedangkan impor migas Mei 2018 mencapai USD362,46 juta atau naik 13,29% dibanding April 2018. Bila dibandingkan Mei 2017, angka tersebut juga mengalami kenaikan
sebesar 53,54%.

“Komoditas utama impor nonmigas bulan Mei 2018 adalah golongan mesin atau pesawat Mekanik dengan kontribusi USD223,35 juta. Disusul golongan barang besi dan baja sebesar USD192,58 juta dan golongan Gandum- ganduman sebesar USD149,27 juta,” kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, Kamis (28/6/2018).

Merujuk pada negara asal barang impor, maka China mendominasi dengan angka 29,30%. Disusul Singapura dan Thailand yang berkontribusi 6,91% dan 6,12%. Nilai impor dari China pada Mei 2018 sebesar USD602,09 juta, diikuti Singapura USD141,95 juta serta Thailand USD125,72 juta.

Negara-negara di kawasan ASEAN masih menjadi salah satu pemasok utama barang komoditi nonmigas Jatim yaitu mencapai USD407,00 juta atau 36,20%. Di kawasan ASEAN, Singapura menjadi negara utama dengan kontribusi 6,91% dari total impor.

Diikuti Thailand 6,12% dan dari Malaysia 2,34%. Nilai impor nonmigas dari Singapura USD141,95 juta. “Disusul Thailand USD125,72 juta serta dari Malaysia sebesar USD48,03 juta,” tandas Teguh.

Gubernur Jatim Soekarwo mengatakan, ketergantungan impor Jatim masih sangat tinggi. Diketahui, 74,99% bahan baku Indonesia, termasuk Jatim berasal dari impor. Untuk menekan volume impor, pengusaha lokal mestinya dapat melihat potensi bahan baku yang ada di dalam negeri.

Pengusaha bisa mengolah atau mengganti bahan baku dengan bahan substitusi. Jika ada bahan baku yang tersedia di Jatim, maka tidak perlu lagi impor. “Untuk menekan impor salah satunya dengan mendirikan smelter untuk mengolah bahan baku di Jatim. Misalnya, mengolah bauksit dan nikel untuk industri rumah tangga. Jadi tidak harus impordari China,” katanya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2264 seconds (0.1#10.140)